ALI YAFIE: ULAMA “SOWAN” UMARA ITU WAJAR TAPI FUNGSI TETAP

ALI YAFIE: ULAMA “SOWAN” UMARA ITU WAJAR TAPI FUNGSI TETAP[1]

Surabaya, Antara

WakiI Ketua MUI Pusat Prof KH Ali Yafie berpendapat ulama yang “sowan” (silaturrahmi) kepada Presiden Soeharto merupakan fenomena yang wajar, tetapi fungsinya harus tetap, yaitu memberi ‘amar ma’ruf nahi munkar ‘dan mendidik umat agar bisa terbina ketakwaan dan keimanan.

“Ya wajar-wajar saja, karena tidak berarti ulama yang ingin mempertahankan fungsi dan peran keulamaannya secara murni itu harus menjauh dari pemerintah,”ujar Arab (LPBA) Sunan Ampel Surabaya di Surabaya, Minggu.

Rektor Institut Ilmu Quran (IIQ) Jakarta ini mengemukakan hal itu menanggapi adanya sejumlah ulama Aceh, sekitar 60 ulama. Jatim dan sekitar 78 ulama Jabar yang telah “sowan” kepada Presiden Soeharto dan Wakil Presiden.

Kiai Ali Yafie menegaskan, fungsi ulama sekarang ini tampak semakin hari semakin bertambah penting, sehingga seluruh komponen dari kehidupan masyarakat perlu adanya saling komunikasi dan mengerti dengan ulama untuk melaksanakan tugas-tugas yang besar. Menurut dia, adalah pandangan yang tidak tepat, jika ada masalah-masalah umat yang agak negatif, lantas ulama yang dituntut mempertanggungjawabkan.

“Nah itu tidak tepat karena ulama itu punya keterbatasan dan fungsi yang jelas yaitu memberi amar ma ruf nahi munkar dan mendidik umat agar bisa terbina ketakwaan dan keimanan ,”katanya.

Ali Yafie mencontohkan tuntutan terhadap adanya iklan-iklan yang tidak pantas atau siaran televisi yang macam-macam tidak bisa diarahkan kepada untuk menurunkan iklan atau menyetop siaran televisi karena memang tidak pada tempatnya.

“Soal itu adalah porsi dari fungsi umara, tapi tugas ulama menjelaskan dan mengingatkan bahwa hal itu tidak baik dan mendorong semangat umara untuk mengambil langkah-langkah konkrit lebih lanjut,”katanya.

Ketika ditanya tentang sinyalemen bahwa terjadi penurunan fungsi ulama, dia menyatakan hal itu tidak betul, karena jika benar maka bisa saja ada orang yang diulamakan atau belum ulama diulamakan.

“Kalau betul-betul ulama, tak bisa dibeli dengan satu tujuan yang rendah, yang namanya ulama sesungguhnya bukan saja kualitas keilmuannya tapi kualitas kesalehan yaitu pengamalan agama secara konsekuen serta integritasnya dengan umat. Ini baru ulama,” katanya.

Sebelumnya Ketua Umurn PB NU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam sebuah seminar di Surabaya menjawab pertanyaan seorang mahasiswa menegaskan bahwa ulama “sowan”kepada umara itu tidak apa-apa.

“Kalau ada ulama yang menghadap ke Pak Harto bukan merupakan ukuran bagi hubungan ulama-umara. Tak bisa dipahami secara doktriner bahwa ulama harus ke umara atau umara harus ke ulama, yang luwes sajalah. Jadi, harus saling menghormati dan menjaga independensi masing-masing,”katanya . (U.SBY-K01/SBY002 /C/DN07/ 18:17/RU6/ 18:27)

Sumber: ANTARA (25/09/ 1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 537-538.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.