ARAFAT : SOEHARTO SALAH SATU PEMIMPIN DUNIA
Jakarta, Suara Pembaruan
Pemimpin Palestina, Presiden Yasser Arafat memandang Presiden Soeharto bukan saja merupakan pemimpin Indonesia yang berhasil membangun bangsanya, akan tetapi juga sebagai salah seorang pemimpin dunia.
Hal itu dikemukakan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono Selasa malam di dalam pesawat Garuda DC-10 pada penerbangan antara Dakar, Senegal, dan Abudhabi. Persatuan Emirat Arab, beberapa saat setelah Presiden Soeharto dan rombongan meninggalkan negara Afrika paling barat itu.
Presiden Soeharto dan rombongan kembali ke Tanah Air setelah meninggalkan Indonesia sejak tanggal 19 November lalu. mengunjungi lima negara, dua di Amerika Latin masing-masing Mexico dan Venezuela, dan tiga di Afrika, masing-masing Zimbabwe, Tanzania dan Senegal. Di Caracas, Venezuela, Kepala Negara menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 15, dan di Dakar, Senegal, menghadiri KIT VI Organisasi Konferensi Islam (OKl).
Berhasil
Secara keseluruhan, kata Mensesneg, kunjungan Presiden Soeharto kali ini dan kehadiran Kepala Negara pada KTT OKl sangat berhasil. Moerdiono menambahkan, mengingat pengaruh Zimbabwe yang besar sekali di Afrika, demikian juga Tanzania, sehingga kunjungan ke kedua negara itu, serta demikian banyaknya kepala pemerintahan yang ingin bertemu, mencerminkan keberhasilan kunjungan Kepala Negara.
Presiden Soeharto pada berbagai kesempatan pertemuannya dengan kepala pemerintahan dari negara-negara Nonblok menyampaikan undangan untuk mengunjungi Indonesia, dan dari mereka Presiden Soeharto meminta sumbangan pikiran tentang arah baru dan tujuan baru dari Gerakan Nonblok.
Selama hari Selasa di Dakar, Presiden Soeharto menerima kunjungan pemimpin Persatuan Emirat Arab Sheikh Hamid Al Shag, Presiden Guinea-Bissau Jaco Bernado Viciero, dan terakhir diwawancarai oleh wartawati surat kabar AI Hayot terbitan London dan berbahasa Arab. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan wartawati bernama Raghita Begliam itu adalah mengenai KTT Nonblok yang akan datang.
Dalam pertemuan antara Presiden Soeharto dengan pemimpin PLO itu, Arafat juga meminta dukungan Indonesia agar Palestina bisa benar-benar mendapatkan haknya untuk menjadi bangsa yang merdeka, menentukan nasib sendiri dan mempunyai tanah airnya sendiri di Palestina. Tanggal 10 Desember ini, tambah Moerdiono, perundingan mengenai masalah Palestina dimulai di Washington.
Juga Arafat menyampaikan terima kasih atas bantuan pangan yang pernah diberikan Indonesia kepada rakyat Palestina. Karena beberapa bagian Palestina sedang mengalami kekurangan pangan yang serius, Yasser Arafat meminta kepada Presiden Soeharto untuk sekali lagi memberikan bantuan pangan yang serupa. Hal itu ditanggapi Kepala Negara dengan mengatakan akan mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh.
Setelah Kepala Negara selesai menyampaikan pidatonya pada perdebatan umum (general debate) sidang KIT VI OKl Selasa pagi, Arafat berdiri dari ternpat duduknya dan memeluk Presiden Soeharto. Sebelumnya, tepuk tangan yang risuh terdengar ketika Kepala Negara menyatakan dukungan terhadap perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel.
Emirat Arab
Dalam pertemuan antara Presiden Soeharto dan Putra Mahkota Persatuan Emirat Arab, Sheikh Hamid Al Shagh, keduanya sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi. Mereka menyadari perlunya mengetahui potensi masing-masing, sehingga kerja sama dapat ditingkatkan.
Putra Mahkota itu sangat menaruh perhatian pada kemampuan Indonesia dalam memproduksi pesawat terbang dan helikopter. Ia menyatakan kebanggaannya, Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim mempunyai kemampuan teknologi seperti itu.
Presiden Soeharto menjadi pembicara pertama dalam perdebatan umum. Selasa pagi, tidak seperti dijadwalkan sebelumnya sebagai pembicara ke-4. Moerdiono menjawab pertanyaan mengatakan, dalam pertemuan dengan Presiden Senegal, Abdou Diuuf, yang juga menjabat sebagai Ketua KTT VI OKl, Presiden Soeharto mengungkapkan rencananya untuk pulang ke Indonesia hari Rabu, dan meminta agar dapat menyampaikan pidatonya lebih awal. Rupanya permintaan itu diperhatikan, kata Mensesneg.
Pada sidang Selasa pagi itu, yang pertama-tama diminta untuk tampil adalah Arab Saudi, tetapi pidato Raja Fahd hanya dibagi- bagikan. Yang kedua adalah Raja Hussein dari Yordania, tetapi pada saat diminta, belum hadir. Dengan demikian, Presiden Soeharto menjadi pembicara pertama pada perdebatan umum itu. (SA)
Sumber : SUARA PEMBARUAN (12/12/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 397-399.