ARIFIN SIREGAR OPTIMIS PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS TERCAPAI
Jakarta, Antara
Menteri Perdagangan Kabinet Pembangunan V, Dr Arifin Siregar optimistis peningkatan ekspor komoditi nonmigas akan tercapai sekalipun situasi perekonomian masih tetap sulit.
Arifin Siregar mengemukakan rasa optimistisnya itu ketika ditemui ANTARA di Jakarta, Senin malam, sesudah Presiden Soeharto mengumumkan susunan kabinet baru .Ahli moneter ini dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 11 Februari 1934 dan kini menteri perdagangan menggantikan Rachmat Saleh.
“Keadaan ekonomi sulit. Faktor-faktor ekstem (luar negeri, red) cukup sulit. Tapi bukan berarti kita harus bersikap pesimistis. Contoh telah menunjukkan betapa ekspor komoditi nonmigas dapat meningkat walau faktor ekstem kurang menguntungkan,” kata Arifin Siregar yang ketika ditemui nampak santai mengenakan baju kaus.
Menurut catatan Biro Pusat Statistik (BPS), sejak pertengahan tahun silam ekspor nonmigas Indonesia setiap bulan rata-rata di atas angka 700 juta dolar AS, suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Nampaknya Pak Arifin sudah benar-benar siap untuk jabatan baru sebagai menteri perdagangan,” tukas ANTARA dan dijawab mantan gubernur Bank Indonesia yang meraih gelar doktor tentang perdagangan luar negeri dan perkembangan ekonomi Indonesia di Jerman Barat dengan predikat magna cum laude.
“Ha, ha, ha. Bukan, bukan. Terus terang kalau berdasarkan pengalaman dan pendidikan saya lebih banyak berkecimpung dalam dunia moneter dan keuangan, karena pernah bekerja di Dana Moneter Internasional (IMF) dan PBB”.
“Walaupun perdagangan banyak berhubungan dengan masalah moneter, bidang ini merupakan bidang yang agak baru buat saya,” katanya.
Ayah dua anak ini belajar di The Netherlands School of Economics, Rotterdam dengan meraih gelar BA. Ia kemudian melanjutkan sekolahnya di University of Munster, Jerbar untuk meraih gelar MA dan ketika belajar di perguruan tinggi yang sama mendapatkan gelar doktor.
Ketika ditanya langkah-langkah yang akan ditempuhnya dalam upaya peningkatan ekspor, menteri perdagangan yang akan dilantik Rabu besok mengatakan, akan meminta masukan dari para pengusaha swasta.
“Pemerintah dapat memperbaiki iklim berusaha, menciptakan prasarana dan sarana ekonomi yang lebih baik.Tapi yang menentukan adalah dunia usaha, apakah mereka mau memanfaatkan prasarana dan peluang yang diberikan pemerintah,” kata Arifin Siregar.
Namun, ia juga menekankan pentingnya kerja sama erat di antara sesama departemen dan instansi terkait, misalnya Departemen Perindustrian, Departemen Keuangan, dan Bank Indonesia.
“Selama ini, Pak Radius Prawiro dan Pak Rachmat Saleh yang pemah menjadi gubernur Bank Indonesia selalu menjadi menteri perdagangan apakah ini merupakan suatu perkembangan yang menarik?,” tanya ANTARA.
“Orang Indonesia biasanya mengatakan hal ini merupakan suatu preseden,” katanya.
Tapi ia mengingatkan, pemilihan pejabat baru itu merupakan hak penuh dari kepala negara.
Gubernur BI, katanya, harus banyak mengetahui masalah-masalah perdagangan, dan neraca pembayaran, sebab moneter tidak bisa dipisahkan dari sektor perdagangan.
Orang yang pemah bekerja di Bank Sentral, sudah mempunyai pandangan yang luas tentang perdagangan, moneter dan juga produksi.
…
Jakarta, ANTARA
Sumber : ANTARA(21/03/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 283-284.