BAGAIMANA PASCA – SOEHARTO?

BAGAIMANA PASCA – SOEHARTO?[1]

 

Jakarta, Bisnis Indonesia

Sudah menjadi trend tentang munculnya berbagai pengkajian awal terhadap suatu masalah atau situasi yang akan dihadapi dimasa depan. Berbagai kajian itu tidak hanya terbatas pada masalah ekonomi, sosial-budaya, dan politik, melainkan juga semua aspek kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Sejumlah seminar pun digelar untuk mengkaji prospek masa depan dunia, kawasan regional, dan nasional.

Pengkajian seperti itu tampaknya sudah menjadi kebutuhan,tidak sajabagi pelaku bisnis dan pengambil keputusan, melainkan juga menarik bagi semua kalangan. Dengan adanya pengkajian secara substansial itu, orang akan mudah mengambil langkah dalam mengantisipasi kondisi masa depan.

Dari bahan kajian yang cukup menarik belakangan ini, sudah tentu,perlu kita simak pendapat Menristek/Ketua BPPT B.J. Habibie tentang kondisi bangsa Indonesia pasca Presiden Soeharto. Habibie secara tegas mengatakan tidak ada alasan untuk prihatin, pesimistis, atau meragukan kesinambungan pembangunan politik dinegeri ini.

Jika kita dapat menyimpulkan optimisme Habibie sekitar kondisi pasca-Soeharto dan abad mendatang, hal itu karena yang akan terus hidup sepanjang masa adalah strategi dan pemikiran dalam bentuk nilai dan semangatjuang yang ditinggalkan generasi terdahulu kepada generasi masa depan. Jadi, bangsa ini tidak terikat mutlak pada kharisma ketokohan, apalagi sampai terjerumus pada pengkultusan pribadi.

Mengapa ada konstalasi yang disebut sebagai keprihatinan dan pesimisme pada pasca-Soeharto? Keperihatinan dan pesimisme itu barangkali muncul ke permukaan karena hingga kini kita tampaknya belum menemukan figur pemimpin bangsa yang setara dengan Pak Harto. Orang menjadi gamang, bagaimana bangsa ini dapat survive di tengah gelombang globalisasi jika sampai sekarang saja belum tergambar bakal munculnya seorang figur pemimpin bangsa. Padahal, Pak Harto sudah lama menganjurkan kalangan partai politik dan organisasi kemasyarakatan agar mengutus “jagoan” mereka.

Sejauh yang kita ketahui sampai sekarang belum ada kalangan mana pun yang berani memunculkan kadernya. Padahal, rakyat umumnya ingin mengetahui siapa kader pemimpin bangsa ini di masa depan. Dalam hal munculnya pemimpin berkualitas, Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) ABRI Leijen TNI Syarwan Hamid mengemukakan keyakinannya bahwa pasca-Soeharto nanti akan muncul. Walau mungkin (sampai sekarang) figur sehebat Pak Harto belum muncul, menurut Syarwan, kemunculan pemimpin berikutnya tidak perlu disangsikan lagi.

Ketidaksabaran untuk melihat munculnya kader pemimpin bangsa, sebelum pasca-Soeharto mulai terasa. Hal ini tergambar dari ketidaksabaran kalangan pelaku bisnis. Adalah pengusaha Sofjan Wanandi, yang berpendapat bahwa jika Pak Harto menyiapkan kademya,bangsa ini dianggap sudah aman.

Terutama bagi pelaku bisnis, tranparansi dalam membicarakan kader pemimpin bangsa masa depan tampaknya menjadi penting.Tidak saja untuk membicarakan kader pemimpin bangsa pasca-Soeharto, masalah calon wakil Presiden pada sidang MPR hasil pemjlihan umum 1997 sudah dianggap begitu penting karena hal itu ikut menentukan masa depan bangsa ini. Cukup beralasan memang, karena posisi wakil Presiden menjadi penting apabila kita mempertimbangkan faktor usia Pak Harto yang sekarang 74 tahun.

Karena masih dalam era Soeharto, maka muncul pertanyaan : Siapakah calon wakil Presiden yang diinginkan Pak Harto? Siapa pula kader pemjmpin bangsa ini, yang menurut penilaian beliau (dalam pengalamannya selama 30 tahun), dapat melanjutkan kesinambun gan pembangunan bangsa ini?

Secara konstitusi, hal ini sebenamya mudah dijawab. Pemilihan Presiden maupun wakil Presiden adalah wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Hal ini berlangsung sejak kepemimpinan nasional berada ditangan Orde Baru.

Selain stabilitas nasional terpelihara, pembangunan nasional selama Orde Baru dapat berlangsung di segala bidang. Sepanjang nilai-nilai yang dikembangkan Orde Baru berkesinambungan dari generasi ke generasi maka, agaknya, membangunan bangsa ini pun akan tetap terjamin!

Sumber : BISNIS INDONESIA (06/12/1996)

________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVIII (1996), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal 40-41.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.