BANK DUNIA BICARAKAN KEBIJAKAN INDONESIA DAN REPELITA VI

BANK DUNIA BICARAKAN KEBIJAKAN INDONESIA DAN REPELITA VI[1]

Jakarta, Antara

Presiden Bank Dunia Lewis Preston akan membicarakan kebijakan-kebijakan Indonesia dan Repelita VI dengan para menteri kabinet pembangunan VI selama kunjungan tujuh harinya di Indonesia, kata Kepa la Biro Hukum dan Humas Depkeu Agus Haryanto di Jakarta, Sabtu.

Dalam siaran persnya, Agus mengatakan, Lewis Preston yang didampingi Wapres Bank Dunia untukAsia Pasifik Gautam S.Kaji, serta Direktur Bank Dunia yang bertanggungjawab atas program bantuan di Indonesia Marianne Haug, tiba 18 Maret lalu di Denpasar, dan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Soeharto.

Para menteri yang akan bertemu dengan Preston adalah Menko Ekku Wasbang Saleh Afiff, Gubernur Bank Indonesia Soedrajad Djiwandono, penasehat ekonomi Presiden Soeharto, Widjojo Nitisastro dan Ali Wardhana di Departemen Keuangan, serta dengan Meneg PPN/Ketua Bappenas Ginandjar Kartasasmita di Gedung Bappenas.

Selain melakukan serangkaian pembicaraan, Preston juga akan meninjau beberapa proyek bantuan Bank Dunia di Indonesia, antara lain Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) BRI di Bali, penanggulangan hama terpadu dan pendidikan luar sekolah di Yogyakarta serta perbaikan kampung di Surabaya. Preston juga diharapkan menghadiri peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Batubara oleh Presiden Soeharto di Paiton, Jawa Timur, 23 Maret 1994. Pembangkit listrik berkekuatan 400 megawatt itu dibangun antara lain dengan pinjaman dari Bank Dunia sebesar 354 juta dolar AS atau sekitar Rp708 miliar.

Menurut data Bank Dunia, Indonesia sebagai negara dengan pendapatan per kapita sekitar 670 dolar AS atau sekitar Rp1,34 juta per tahun, pada 1992 mempunyai catatan pembangunan yang mengesankan dan dengan perturnbuhan yang mantap serta angka kemiskinannya semakin berkurang.

Dengan pertumbuhan rata-rata enam persen pertahun, Indonesia berhasil mengurangi angka kemiskinan dari 60 persen pada 1970 menjadi hanya sekitar 15 persen dalam tahun-tahun terakhir. Indonesia mulai mengubah ketergantungannya pada min yak dengan melakukan diversifikasi mendasarkan pada sektor manufaktur. Keberhasilan itu merupakan landasan untuk beralih menjadi negara dengan pendapatan menengah pada pergantian abadini. Proyek-proyek Bank Dunia selama 25 tahun terakhir mencakup proyek dalam sektor-sektor yang penting termasuk pertanian, industri, keuangan, tenaga listrik, kesehatan, telekomunikasi, jalan, pendidikan, sumber-sumber daya alam  dan lingkungan hidup, demikian Agus. (Tz.PE02/14:30/EU09/19/03 /9414:55!RE3)

Sumber: ANTARA(19/03/1994)

_________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 229-230.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.