“BELIAU MEMANG PEMIMPIN PIAWAI”

“BELIAU MEMANG PEMIMPIN PIAWAI”[1]

 

Jakarta, Merdeka

Kalangan DPR menyambut baik penjelasan PakHarto seputar isu-isu pekakolusi dan monopoli yang selama ini ditujukan kepada pengusaha besar tertentu, terutama Liem Sioe Liong.

Wakil Ketua FPP Yusuf Syakir, anggota FKP yang juga salah satu Ketua KUK-MI Djimanto, dan Wakil Ketua DPR/ MPR Soeljadi memberikan tanggapan atas penjelasan Pak Harto di depan anggota KUKMI, kemarin.

“Kita sambut gembira langkah Pak Harto yang secara terbuka menanggapi hal­ hal yang peka sekali ini,”kata Yusuf Syakir.

Yusuf berharap para pejabat pemerintah di tingkat menteri hingga jajaran paling bawah juga berani mengungkapkan secara terus terang hal-hal yang selama ini dianggap peka sehingga tidak menjadi rumor. Anggota Komisi VII DPR itu menilai, keterusterangan Pak Harto itu menunjukkan bahwa sebagai pemimpin mengetahui banyak rumor yang berkembang di masyarakat, misalnya mengenai masalah yang berkaitan dengan kolusi.

“Kita patut memuji beliau yang menjelaskan apa adanya. Langkah Pak Harto ini merupakan keberanian yang sangat istimewa,” tegasnya.

Yusuf berpendapat, anjuran Pak Harto untuk menghilangkan saling kecurigaan di antara pengusaha itu perlu digaris bawahi, karena selama masih ada kecurigaan, kerjasama kemitraan antara pengusaha besar, menengah dan kecil tidak akan terjadi. Padahal kemitraan usaha antara yang besar dan kecil sebagai hal yang prinsipiil dan harus dilaksanakan.

Transparan

Dihubungi secara terpisah, anggota FKP Djimanto juga memuji penjelasan Pak Harto. “Saya pikir memang sudah waktunya semuanya transparan,” katanya. Sebagai Ketua KUKMI, Djimanto sangat tidak percaya terhadap isu-isu bahwa telah terjadi kolusi antara Pak Harto dengan Om Liem, karena selain tidak dapat dipertanggungjawabkan, memang isu itu tidak beralasan dan tidak benar. Dalam kaitannya dengan Bogasari, katanya dulu ada sekitar 13 perusahaan yang mengajukan izin untuk mernbuka usaha penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Tapi dari calon sebanyak itu hanya perusahaan miliki Liem Sioe Liong yang mempunyai akses modalluar negeri dan mesin-mesin.

“Jadi tidak benar keberhasilan Om Liem itu kemudian dianggap telah terjadi kolusi. Jadi syukurlah kalau Pak Harto menjelaskan masalah ini sehingga masyarakat tahu betul masalahnya,” tandas Djimanto.

Menurutnya, keterusterangan Pak Harto di Tapos akan rnemberi contoh kepada rakyatnya dan keteladanan itu harus diakui oleh para pembantunya serta para pelaksana pemerintahan lainnya.

“Sebagai pemimpim, Pak Harto memang piawai menangkap moment-moment politik yang berkembang di masyarakat dan menggunakannya sebagai penggerak kepemirnpinanya sehingga keteladanannya semakin teresonansi hingga ke tingkat bawah,” tegas Djimanto.

“Kecanggihan pemimpin kita ini otomatis menjawab sangkaan-sangkaan yang tidak betul, merupakan langkah yang jitu untuk memberantas kolusi itu sendiri sehingga tidak akan ada kolusi. Karena itu kita sependapat jika langkah ini diikuti oleh para pembantunya,” tambahnya.

Belum Pernah Dengar

Wakil Ketua DPR/MPR Soerjadi ketika ditanya soal keterusterangan Pak Harto menanggapi isu kolusi dengan Om Liem malah tampak tercengang. “Terus terang secara umum sejauh ini kita tidak pernah dengar tentang adanya kolusi antara Pak Harto dengan siapapun termasuk dengan Om Liem,” katanya. Yang dia dengar adalah pernyataan-pernyataan pengamat mengenai pemberian fasilitas kepada Bogasari dan Indocement beberapa bulan terakhir yang kemudian mendapat tanggapan dari instansi yang berwenang. Sementara pengamat menyoroti soal hubungan kerjasama antara Bogasari dengan Bulog.

Dari adanya pernyataan dan tanggapan itu terlihat bahwa data yang dikemukakan pengamat dengan keterangan pejabat tampak tidak klop. Dia melanjutkan, dengan adanya pernyataan Pak Harto ini seakan-akan ada tuduhan telah terjadi kolusi. Namun karena belum pernah mendengar maka Soerjadi tidak bisa menanggapi. “Jadi ya susah dong saya menanggapinya, karena saya baru sekali ini mendengarnya, “tambah Soerjadi.

Menanggapi  seruan Pak Harto agar ditumbuhkan kemitraan  di kalangan­ pengusaha besar, menengah dan kecil, Soerjadi mengatakan, secara eksplisit seruan tersebut benar sekali mengingat kita selalu berpegang pada masalah kekeluargaan. Kalau ada konfrontasi, katanya memang tidak akan menyelesaikan masalah, Mereka harus membangun kemitraan, bukan atas dasar belas kasihan tapi kerjasama bisnis yang saling menguntungkan. Dalam kaitan ketjasama antara pengusaha kecil dan besar memang harus ada skenario untuk mewujudkannya dan untuk ini tentu berswnber pada kebijaksanaan pemerintah. “Kalau disebut rekayasa, inilah rekayasa yang perlu didorong karena tujuannya sangat baik,” kata Soerjadi.

Sumber: MERDEKA (25/09/1995)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 273-275.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.