BERBAGAI BENTUK BANTUAN BAGI KORBAN BENCANA ALAM DI NTB

HM Soeharto dalam berita

BERBAGAI BENTUK BANTUAN BAGI KORBAN BENCANA ALAM DI NTB [1]

Presiden Terima Laporan Team Widjojo

Korban yang Tewas 175 orang

Jakarta, Kompas

Bantuan untuk para korban bencana gelombang-pasang akibat gempa di Lombok dan Sumbawa tidak hanya untuk mengembalikan mereka kepada kehidupan semula. Tapi sekaligus untuk lebih memperbaiki lagi kehidupan mereka.

Hal ini diputuskan Presiden Soeharto hari Sabtu, ketika menerima laporan baru peninjauan team pimpinan Menteri Ekuin Prof Widjojo Nitisastro di Cendana.

Menurut Menteri Widjojo, kepada para korban yang semula hidupnya dari pertanian, akan dilakukan pemukiman kembali di daerah-daerah yang kemungkinan pertaniannya lebih baik. Jika di daerah-daerah sekitamya tidak mungkin mereka akan ditransmigrasikan.

Sedang bagi mereka yang nelayan, akan diberikan perahu-perahu yang lebih baik dan lebih besar daripada perahu-perahu mereka yang kini binasa akibat bencana tersebut.

Mereka akan diorganisir dalam koperasi nelayan. Ditjen Perikanan dan Ditjen Pemerintahan Daerah ditugaskan untuk menangani bantuan tersebut beserta Pemda setempat.

Selain itu, Presiden memberi bantuan dana Rp 50 juta untuk keperluan-keperluan lain dewasa ini. Sedang untuk para yatim-piatu yang kehilangan orangtua mereka akibat bencana tersebut, Yayasan Dharmais pimpinan Presiden akan menyediakan bantuan tersendiri. Jumlah anak-anak malang itu sekitar 50 orang. Presiden menghendaki adanya keluarga-keluarga yang dapat menampung mereka. Sehingga selain mempermudah penyaluran bantuan yayasan juga agar anak-anak itu tidak kehilangan kasih-sayang.

Prof. Widjojo mengatakan, dengan serangkaian tindakan tersebut, berarti akibat-­akibat bencana alam di NTB itu kini dapat diatasi bersama serta tidak menjadi berlarut-larut. Korban yang tewas tercatat 173 orang, termasuk 100 ketahuan meninggal dan 67 lain hilang dan diduga tewas.

Pada kesempatan itu, Presiden menyatakan terimakasih dan penghargaan kepada masyarakat sekitar yang ikut membantu meringankan penderitaan para korban, serta kepada team SAR, termasuk para pilot dan anggota pasukan lainnya.

Pertamina Membantu

Menteri Perhubungan Emil Salim dan Ketua SAR Nasional Marsekal Dono Indarto kepada pers menjelaskan berita-berita yang menyebutkan seolah Pertamina Bali tidak membantu tugas-tugas operasional SAR tidaklah benar.

Mereka mengatakan, justru Pertamina pada saat-saat pertama dengan cepat menyediakan dua heli Purna yang diminta, lengkap beserta para pilotnya. Sedang mengenai bahan bakar yang konon tidak disediakan Pertamina di Denpasar, ini disebabkan Pertamina di daerah itu tidak memiliki bahan bakar dalam drum-drum.

Bahkan di Surabayapun, bahan bakar pesawat tak tersedia dalam drum, kecuali atas permintaan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kebersihan bahan bakar tersebut.

Marsekal Dono Indarto menambahkan, di Denpasar pihak Pertamina menyediakan fasilitas berupa mendahulukan pelayanan bahan-bakar bagi pesawat­pesawat SAR. Biasanya di daerah lalu lintas yang ramai itu, pesawat-pesawat besar milik maskapai penerbanganlah yang didahulukan sedang pesawat-pesawat yang lebih kecil menunggu.

 Tidak Dibedakan

Menurut Ketua SAR Nasional, bagi pihaknya usaha membantu korban bencana alam di NTB itu merupakail “pengalaman pertama”, dalam arti sasarannya adalah suatu daerah dan masyarakat. Bukan pesawat atau kapal seperti yang selalu dilakukan sebelumnya.

Ia mengatakan dengan lingkup seperti itu maka yang dirasa oleh SAR masih merupakan kekurangan adalah pola kerjasama dengan berbagai pihak lain yang merupakan pengalaman barn bagi SAR sendiri. Misalnya dengan Pemda, Ditjen Bantuan Sosial dan sebagainya.

Sementara itu Menteri Ekuin Widjojo menjelaskan pola baru penanggulangan bencana alam sekarang adalah tiadanya pembedaan lagi antara apa yang disebut bencana alam nasional dengan bencana lainnya.

“Pokoknya kalau ada bencana cukup besar dan sulit untuk diatasi Pemda setempat sendiri, maka Pusat akan langsungturun,” katanya.

Selain ketiga pejabat tersebut, ikut melapor kepada Presiden Ka Bulog Bustanil Arifin, Sekjen Depdagri R. Suprapto dan Dirjen Bantuan Sosial Depsos Harun Al Rasyid. (DTS)

Sumber: KOMPAS (29/08/1977)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 596-598.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.