BERPEGANG PADA KHITTAH ADALAH SIKAP YANG TEPAT

BERPEGANG PADA KHITTAH ADALAH SIKAP YANG TEPAT[1]

 

Jakarta, Republika

SOAL KHITTAH 26 yang belakangan banyak diperbincangkan warga Nahdliyin agaknya bakal segera berakhir. Ketika bertemu Presiden Soeharto di Istana, Kamis (20/10), PBNU menegaskan untuk tetap berpegang teguh pada Khittah 26. Sikap ini dinilai Pak Harto tepat. “Saya menyampaikan rasa terima kasih, gembira dan bersyukur atas sikap tegas warga NU untuk tetap berada dalam Khittah 26 itu,” katanya .

Kamis (20/10), pengurus PBNU yang dipimpin RoisAam KH. M llyas Ruchiyat diterima Presiden sekitar satu jam. Para kyai itu melaporkan rencana Muktamar ke- 29 NU yang akan diselenggarakan di Pesantren Cipasung Tasikmalaya Jabar, 1-5 Desember 1994. Selain Kyai Ilyas, hadir dalam pertemuan itu Wakil Rois Aam K.H.M Sahal Mahfudz, Ketua Panitia Muktamar K.H. M Moenasir, Katib Aam Syuriah K.H. Ma’rufAmin, Ketua Umum PBNU KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ketua M. Rozy Munir, dan Sekjen HM Ichwan Sam.

Soal kembali ke Khittah 26 yang disepakati dalam Muktamar Situbondo ini, belakangan menjadi soal yang ramai diperbincangkan. Beberapa kalangan menginginkan agar Khittah tersebut ditinjau kembali. Menurut Kyai Sahal, tidak ada pemikiran untuk meninjau kembali Khittah tersebut. Menurut dia, dengan kembali ke Khittah, warga NU bebas berkiprah secara pribadi di dalam politik praktis lewat orsospol pilihannya. “Ini berbeda dengan ketika NU belum kembali ke Khittah,” ucapnya.

Sementara itu Gus Dur yang ditanya wartawan tak seperti biasanya enggan memberikan komentar. Ketika didesak untuk memberikan komentar, ia hanya berkata, “Saya selama ini kan sudah banyak ngomong, sekarang giliran yang lainnya ngomong”. Soal pelaksanaan muktamar, menurut Kyai Ilyas, Pak Harto bersedia membukanya. Sehubungan dengan penyelenggaraan muktamar itu, Presiden memberi petunjuk agar NU menambah muatan kegiatannya dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah sosial. Peran NU dalam menangani bidang pendidikan, terutama pesantren, cukup besar. “Yang dianggap beliau belum memadai adalah kegiatan­ kegiatan sosial. Beliau mencontohkan penanganan rumah sakit dan yatim piatu. Presiden menganggap NU mempunyai potensi untuk itu,”kata Kyai llyas. Presiden, kata KH. Sahal,juga menyarankan agar dalam menyusun program pengembangan dan aplikasi Khittah ini, NU hendaknya berorientasi pada GBHN.

Presiden menyarankan agar NU dengan pesantrennya mengembangkan koperasi manajer koperasi di masyarakat setelah selesai di pesantren, karena itu perlu dididik. “Jadi koperasi di pesantren bukan sekadar ajang pengembangan ekonominya, tetapi  menjadi wahana pendidikan pengembangan manajernen ekonomi dan manajernen koperasi pengembangan masyarakat,”kata Kyai Sahal mengutip saran Presiden.

Sumber :REPUBLIKA ( 21/10/1994)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 118-1119.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.