BKSAP TANYAKAN SIKAP SOVIET TENTANG TIMTIM

BKSAP TANYAKAN SIKAP SOVIET TENTANG TIMTIM

Presiden Soeharto di Bina Graha hari Sabtu menerima kunjungan kehormatan delegasi Parlemen Uni Soviet yang dipimpin AS Berkauskas. Beberapa hari sebelumnya delegasi tsb. juga telah mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Presiden Adam Malik.

Kunjungan delegasi Uni Soviet ke Indonesia atas undangan Ketua DPR Daryatmo tsb dimaksudkan untuk mengadakan tukar pikiran dengan pemimpin­pemimpin Indonesia mengenai berbagai hal yang menyangkut kepentingan kedua negara serta membicarakan masalah-masalah international.

Ketua delegasi Parlemen Uni Soviet, AS Barkauskkas, kepada wartawan mengatakan hubungan antara Indonesia dengan Uni Soviet dalam keadaan baik. Ia melihat hubungan yang telah baik tsb di masa-masa mendatang bisa dikembangkan dan diperluas bidangnya.

Uni Soviet melihat Indonesia merupakan negara yang berbobot dan berwibawa. Peranannya sangat diperlukan di dunia Internasional.

Delegasi Parlemen Uni Soviet yang sudah 6 hari di Indonesia tsb telah mengunjungi Yogyakarta, Bali serta mengadakan pertemuan dengan beberapa pejabat tinggi Indonesia.

"Kami senang melihat yang telah dicapai serta alamnya yang indah permai," Berkauskas melalui penterjemahnya.

Dengan BKSAP

Delegasi Parlemen Soviet tsb. Hari Sabtu mengadakan pertemuan dengan Badan Kerja sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR. Dalam pertemuan tsb BKSAP-DPR RI mempertanyakan masalah Timor-Timur.

Ketua BKSAP DPR Sukardi, atas pertanyaan wartawan mengemukakan pada prinsipnya mereka berpendapat bahwa dalam menyelesaikan suatu persoalan di suatu negara jangan ada campur tangan dari pihak luar.

Namun terhadap Timor-Timur, delegasi Parlemen Uni Soviet menegaskan sikap mereka yang terakhir terhadap resolusi PBB yang menganggap integrasi Timor-Timur ke Indonesia tidak sah, sudah abstain. Diakui sebelumnya bahwa mereka setuju dengan resolusi PBB tersebut.

"Meskipun demikian, kami tidak pernah menyerang Indonesia di dalam forum dan hanya dalam voting," kata Sukardi menirukan ucapan ketua delegasi tersebut.

Berbicara masalah Kamboja, menurut Sukardi, delegasi Parlemen Uni Soviet tersebut terlebih dahulu menceritakan keadaan negeri itu ketika masih dipimpin oleh Pol Pot.

Dijelaskan juga bahwa perundingan mengenai tentara Vietnam di Kampuchea, bukan antara Heng Samrin dengan Soviet melainkan dengan Vietnam. Demikian pula soal Perang Iran-Irak, delegasi mengambil sikap supaya perang itu diselesaikan dengan cara damai.

Dalam kunjungannya selama di Indonesia, menurut Sukardi, delegasi Parlemen Soviet terkesan dengan pendidikan di Indonesia, demikian juga terhadap pembangunan yang masih mempertahankan arsitektur lama.

Mereka juga mengharapkan kerja sama antara dua negara dalam bidang budaya dan teknologi. Usul kerja sama itu sendiri menurut Sukardi sangat baik. (RA)

Jakarta, Suara Karya

Sumber: SUARA KARYA (02/08/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 757-758.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.