BULAN BINTANG DAN PROKLAMASI

BULAN BINTANG DAN PROKLAMASI [1]

 

Oleh: Drs. Achmad Mansur

 

Djakarta, Harian Abadi

RESPONESE MASJUMI adalah tepat dalam pendjelasan Proklamasi jakni dengan djalan perang gerilja, djihad Fi Sabilillah. Untuk mempersiapkan Perang djihad ini dibentuklah HISBULLAH dan SABILILLAH. Dalam waktu jang relatif pendek telah tersusun Barian HISBULLAH sebanjak 25.000 atau 25 bataljon. HISBULLAH terdiri dari pemuda dan SABILLAH adalah barisan Djihad dari setiap Muslim jang terpanggil djiwanja untuk mempertahankan proklamasi sekalipun telah tua.

Perlawanan Umat Islam

Pembentukan Pasukan Gerakan HISBULLAH adalah memang sesuatu jang partai politik memiliki Pasukan Bersendjata situasi saat ini memungkinkan Partai Politik untuk membentuk Pasukan bersendjata karena petempuran dimana2 telah bekobar seperti Medan, Padang, Palembang, Djakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Magelang, Surabaja, Makasar dan Bali. Sedangkan pemerintah belum djuga membentuk dan melahirkan tentara, (Kol. AH Nasution, Tentara Nasional Indonesia).

Ummat Islam dibawah pandji2 BULAN BINTANG tidak mau membiarkan negaranja diindjak2 kembali oleh imperialis. Tentara Sekutu dan Nica jang mentjoba memadamkan semangat Proklamasi mendjumpai perlawanan sengit dari Ummat Islam dimana sadja itu mendekati.

Komando ALLAHU AKBAR menggerakkan seluruh Ummat Islam untuk rela bekorban, demi tegaknja Proklamasi, Rahmat Ilahy Perlawanan heroik tanpa tanding dari Ummat Islam mendjebak, lumpuhkan Tentara Sekutu dan Nica di Surabaja jang berkobar sedjak 10 Nopember 1945, pertempuran jang tinggal memetik kemenangan mutlak dihentikan oleh Presiden Soekarno untuk cease fire atau gentjatan sendjata. Ummat Islam jang bertempur dibawah pandji BULAN BINTANG mentaati perintah Presiden, kendati perintah darinya cease fire berarti memberikan kesempatan lawan untuk mengadakan konsolidasi.

Namun begitu sedjarah telah mentjatat petempuran Surabaja sebagai puntjak petempuran dan pengorbanan jang terbesar didalam rentetan sedjarah pertempuran fisik Bangsa Indonesia jang merupakan manifestasi bangsa jang ingin ber FAKURAQABAH membebaskan ummat dari segala bentuk perbudakan dan pendjadjahan.

Peristiwa itu diperingatkan tiap tahunnja sebagai HARI PAHLAWAN oleh seluruh bangsa Indonesia jang tjinta kemerdekaan dan menghargai pahlawannja satu peristiwa jang pantas disjukuri dan didjadikan doa dan karena hanja tiga hari setelah bersatu dibawah BULAN BINTANG MASJUMI Ummat Islam dapat mempertahankan dan membandjiri kota Surabaja dengan para suhada jang mendjadi pupuk pembangkit spirit djihad menegakkan Proklamasi.

Siasat Tan Malaka

Man power BULAN BINTANG jang demikian dahsjat ini dikagumi oleh Tan Malaka. Dia mengatakan: MASJUMI itu ibarat sebuah mobil keluaran jang paling baru, perabotnja baru, bensinnja tjukup sajang sopirnja “tidak pandai”.

Utjapan Tan Malaka jang demikian ini tidak lain kalau Tan Malaka jang memiliki dan memimpin massa ummat Islam: pasti akan didjadikan alat untuk mengcoup Republik ditengah situasi nasional jang memungkinkan untuk berbuat.

Bagi MASJUMI sendiri jang dilahirkan oleh Charter Nopember 1945 sama nasibnja dengan Republik Indonesia jang dilahirkan oleh Proklamasi 17 Agustus 1945. Charter Nopember 1945 berisi Unilarisme dalam susunan perdjuangan Ummat Islam. Proklamasi 17 Agustus 1945 berisi Unilarisme jang berbentuk Republik Indonesia.

Dengan demikian Indonesia sebagai kesatuan negara rakjat – bangsa kita meneruskan perdjuangan kemerdekaan melantjarkan revolusi nasional kita Republik Indonesia adalah: revolusi Indonesia dengan arti jang sedalam2nja. Demikian penegasan KH Isa Anshary.

Sebaliknja Tan Malaka melihat situasi nasional jang sangat katjau digunakan untuk melantjarkan kudetanja. Peristiwa ini dimulai dengan menghadapkan DJENDRAL SUDARSONO jang disertai MUHAMMAD YAMIN pada tanggal 3 Djuli 1946, sebagai delegasi jang menjampaikan tuntutan Tan Malaka; Coup Tiga Djuli (tidak mungkin terdjadi kalau tidak ada tjampur tangan kekuatan bersendjata). Dan adanja DJENDRAL SUDARSONO ini membuktikan untuk pertamakalinja unsur Angkatan Bersendjata terlibat mempelopori “menjebabkan timbulnja kebakaran2 di Republik ini. Untunglah kudeta mereka ini dapat digagalkan.

Linggar Djati

Perdjuangan menegakkan Proklamasi selain ditempuh dengan perang gerilja djuga disertai DIPLOMASI; perdjuangan Diplomasi jang pertama dimulai dengan Linggardjati Agreement, jang dipimpin oleh SJAHRIR sebagai Wakil Indonesia. Dalam perundingan ini ditelorkan Naskah Linggardjati jang berisi a.l.

  1. Belanda mengakui setjara de facto wilajah Republik Indonesia terdiri Djawa Madura Sumatera.
  2. Indonesia – Belanda membentuk Negara Indonesia Serikat.
  3. Ratu Belanda sebagai Kepala Uni Indonesia Belanda.
  4. Penarikan kembali tentara Belanda.
  5. Pengembalian kembali hak milik asing.

Adalah wadjar, Naskah Linggardjati tersebut diatas mendapatkan kritikan tadjam dari MASJUMI; terutama mengenai wilajah lndonesia tinggal Djawa-Madura­ Sumatera. Uni Indonesia Belanda dibawah Ratu Belanda dan Indonesia harus mengembalikan milik asing. Seluruhnja ini bertentangan dengan tjita2 Proklamasi.

Sebaliknja PKI – Partai – Partai Katolik – Parkindo menjetudjuinja. Bagi PKI mudahlah dimengerti mengapa menjetudjui Linggardjati karena mereka adalah orang2nja van Mook. Begitu pula orientasi Partai Katolik dan Parkindo adalah logis kalau menjambut dari menjetudjui Naskah tsb.

Perombakan KNIP

Sebenarnja wakil2 Indonesia jang dipimpin oleh SJAHRIR tidak menjetudjui adanja kedaulatan Ratu Belanda atas Indonesia. Hal itu dapat terdjadi setelah Sukarno mengadakan perundingan informil dengan van Mook hasil perundingannja membatalkan SJAHRIR jang bertahan menimang kedaulatan tersebut. Karena itu Sukarno berusaha keras untuk menggoalkan supaya KNIP menjetudjui hasil Naskah Linggardjati; jang mendapat tantangan dari MASJUMI dan PNI jang tergabung dalam Sajap Kanan Benteng Republik.

Untuk memutuskan diposisi MASJUMI – PNI Sukarno merombak KNIP dan keanggotaannja – 200 mendjadi 514; Tambahan sebanjak 314 adalah terdiri dari penambahan menjolok dari PKI jang djadinja hanja 2 wakil mendjadi 35 wakil Partai Buruh dari 6 wakil mendjadi 35 wakil. Wakil2 golongan pekerdja dan petani jang semula tidak ada dalam perubahan tersebut memiliki 80 wakil; Perwakilan daerah ditambah misalnja Sumatera dari 1 mendjadi 50 wakil. Partai ketjil lainnja dan militer dari 49 berubah mendjadi 121 wakil PNI tidak mengalami penambahan tetap 35 wakil.

Sedangkan MASJUMI sendiri dari 35 ditambah mendjadi 60 wakil penambahan 25 wakil ini tidak berarti apa2 karena djumlah kursi Sajap Kirijang mendukung Linggardjati djauh lebih besar.

Bagi PKI perubahan penambahan wakil2nja dalam KNIP mempunjai nilai tersendiri. Satu langkah lebih madju dalam ekspansi dilembaga2 negara.

Kesemuanja ini didjadikan modal untuk memperkuat diri dan melantjarkan kudetanja.

KNIP telah dirombak namun persidangan berdjalan penuh dengan perdebatan sengit antara pro dan contra, MASJUMI pemegang kuntji utama sebagai opposan. Sukarno – Hatta tidak berhasil mentjipta ikilim persidangan jang mengarah kepada penjetudjuan naskah. Hanja dengan antjaman meletakkan djabatan, berhasil memaksa KNIP merealisir Naskah – Linggardjati.

Iklim politik Indonesia semakin memburuk setelah persidangan KNIP tsb. diatas: Imperialis Calynis Belanda mentjoba mengail diair keruh dengan membatalkan Linggardjati Agreement dengan menjalahkan interpretasi isi perdjandjian: MOHAMMAD ROEM (MASJUMI) jang mendjabat sebagi Menteri Dalam Negeri Mendjelaskan perbedaan tsb. sbb:

Bahwa apa jang ditjapai dalam Dasar fihak Belanda ialah mendudukkan radjanja atas kedaulatan Indonesia sebagai sebelum Proklamasi sebaliknja Indonesia mendasarkan kedaulatan negara sendiri, sedjak proklamasi.

Mengeliminir Masjumi

Imperialis Calynis Belanda masih berfikir setjara kolot mau memadamkan tjita2 kemerdekaan dengan kekuatan sendjata pada tgl 21 Djuni 1947 melantjarkan perang Kolonial 1: Saat itu KABINET SJAHRIR mengalami krisis pada tgl. 30 Djuni 1947 Sukarno memanggil pemimpin2 partai MASJUMI PNI, PSI, dan Partai Buruh untuk membentuk kabinet baru.

Dalam pertemuan (hearing) tsb MASJUMI menjatakan bersedia duduk sebagai Perdana Menteri Pertahanan, Luar dan Dalam Negeri: Tetapi Sukarno tidak menjetudjui, bahkan menundjuk AMIR SJAIFUDIN sbg formatur kabinet. Dengan pengangkatan dan penundjukkan AMIR, MASJUMI menolak untuk duduk dalam kabinet jang dipimpin oleh orangnja- Van der Plas:

Kahja dalam “Nationalism and Revolution In Indonesian” tentang usaha AMIR supaja mendapatkan dukungan dari Parpol Islam, karena MASJUMI telah menolak:

Usaha ini berhasil setelah PSII sbg Partai politik sebelum perang keluar dari MASJUMI dan membangun kembali PSII. Oleh AMIR, PSII diberi kedudukan dalam Kabinet WONDOAMISENO sbg Menteri “Dalam Negeri, ARUDJI KARYAWANTA sbg Wakil Menteri Pertanian.

SJAHBUDIN LATIF sbg Menteri Penerangan, KJAI ASJAKRI sbg Menteri Agama dengan wakilnja HANWARUDDIN:

Nampaknja pengalaman AMIR berhasil mengeliminir MASJUMI didjadikan pedoman fihak lawan2 BULAN BINTANG, apabila MASJUMI dianggap menghalangi politiknja: Mereka berusaha memetjah belah kesatuan dan persatuan Ummat Islam dari wadah MASJUMI :

Satu hal jang sulit dimengerti mengapa dalam situasi negara jg gawat PSII keluar dari MASJUMI: Tidakkah pada 7 Nopember 1945, telah berikrar menjatakan MASJUMI adalah satu2nja Partai Politik Islam Indonesia?

Djawab problem ini, M Rusjad Nurdin dengan artikelnja “Ummat Islam Berpolitik” jang dimuat dalam Madjalah “Aliran Islam”, No 12 Th 11 Okt 1949 mengutip Warta Berita 24 September 1949 mengenai pendjelasan ANWAR TJOKROAMINOTO mengapa PSII, berfusi dalam MASJUMI al: SEBABNJA PEMIMPIN2 PSII MULA2 MENTJURAHKAN TENAGANJA DALAM MASJUMI IALAH UNTUK MENGHINDARKAN PERPETJAHAN DALAM UMMAT ISLAM:

Kartosuwirjo dan Masjumi

Kalau PSII dibangunkan kembali berarti mengadakan kembali timbulnja perpetjahan dalam kalangan ummat -Islam: Demikianlah komentar Redaksi “Aliran Islam”.

Suatu tragedy jang sangat SCHISMA melanda MASJUMI’ tak dapat dihindarkan 1agi: SM KARTOSUWIRJO mengambil tindakan tersendiri, MEMBUBARKAN MASJUMI Seluruh Djawa Barat dan membentuk Negara Islam Indonesia serta mengangkat dirinja sbg Imam. Di Djabar sering terdjadi pertempuran antara HISBULLAH TNI dengan Tentara Islam Indonesia; Tindakan jang demikian logislah kalau MASJUMI tidak dapat membenarkan tindakan SM KARTOSUWIRJO:

Situasi nasional jang sangat kritis sebenarnja menuntut persatuan dan kesatuan ummat Islam: Tetapi Ummat Islam benar2 tidak memiliki pemimpin2 jang ingin bersatu;

Tambahan lagi perpetjahan seperti diatas sangat diharapkan oleh Imperialis jang menitipkan tugasnja kepada PKI; Dengan adanja pemisahan PSII dan SM KARTOSUWIRJO membubarkan MASJUMI Djawa Barat, lawan2 Islam merasa mendapat angin; Tetapi ini tidak berarti MASJUMI benar2 lemah, kendatipun hanja mendapatkan dukungan dari MUHAMMADYAH dan NU. MASJUMI masih nampak merupakan Parpol Islam jang disegani lawan. Hal jang sematjam ini membuat PKI makin naik pitam.

Renville Agreement adalah perundingan balas djasa AMIR kepada madjikannja, Indonesia diserahkan kepada Belanda; AMIR melalui Renville memporak­porandakan neopolitik dan geostrategi perang gerilja kita ; Tidak mengherankan kalau hal itu sampai terdjadi karena AMIR dalam perundingan tsb sangat merugikan Indonesia; MASJUMI dengan tegas menolak hasil Renville Agreement; Demonstrasi Ummat Islam di Djogja Ibukota RI, menuntut dibubarkannja KABINET-AMIR; Achirnja KABINET AMIR djatuh tidak mendapat kepertjajaan rakjat;

Kabinet Hatta – Masjumi

Presiden Sukarno menundjuk Drs. Mohammad Hatta untuk membentuk Presidentil Kabinet; Kabinet baru ini mendapat dukungan dari MASJUMI, PNI, PSI, Partai Katolik, Parkido, PGRI dan Non Partai; Wakil2 MASJUMI adalah DR SUKIMAN, WIRJOSANDJOJO sebagai Mendagri, SJAFRUDIN PRAWIRA NEGARA sbg Menteri Kemakmuran, MOHAMMAD NATSIR sbg Menteri Penerangan ;

Kegagalan AMIR dalam usahanja untuk duduk kembali dalam pemerintahan, disalurkan, untuk menggerakkan dan mempengaruhi “GOLONGAN” diluar pemerintahan untuk membentji KABINET HATTA. AMIR berentjana mengeruhkan situasi dengan menimbulkan kekatjauan seperti dalam Dokumen Rahasianja.

Jang pernah dimuat dalam Surat Kabar Murba pada tgl 1 April 1948 al: Bahwa Kabinet jang sekarang ini bukan Zaken Kabinet, akan tetapi KABINET MASJUMI jang bersembunji dibalik figur Wakil Presiden Hatta; Front Demokrasi Rakjat (FDR) sama sekali tidak dapat menerima KABINET MASJUMI ini, karena sudah barang tentu nanti pemerintahan serba berbau Alim Ulama, ISLAM meradjalela dan sudah njata sekali pokok2 Adjaran KOMUNISME bertentangan dengan pokok2 Adjaran ke – Islaman ;

Selandjutnja pada pasal 6 ajat 11 sub a dan b diandjurkan :

Menimbulkan kekatjauan dimana – mana selama kabinet MASJUMI memegang tampuk pimpinan pemerintahan dengan djalan menggerakkan organisasi pendjahat, supaja giat melakukan penggedoran2, pentjurian2 diwaktu malam hari; Kepolisian belum kuat untuk mengendalikan semua itu.

Kalau semua didjalankan dengan teliti dan rapi, maka pertjaja seluruh rakjat selalu ketakutan, akibatnja pemerintahan tidak bisa mendapat kepertjaan dari rakjat ; Tindakan keras kalau perlu pentjulikan harus dilakukan terhadap orang2 jang melawan FDR, termasuk mereka djuga jang melepaskan diri (Periksa, Muhammad Dimjati, Sedjarah Perdjuangan Sri Widjaja Djakarta).

Coup Komunis

Rentjana tsb mendapat dukungan dari unsur2 kekuatan bersendjata baik Lasjkar Perindo ataupun dari TNI dan ALRI jang kena rasionalisasi; Hal ini disebabkan KABINET HATTA programnja mengadakan rasionalisasi Angkatan Bersendjata; tindakan HATTA ini sangat menguntungkan rentjana AMIR-AIDIT-MUSSO;

Ketika AMIR mendjadi Menteri Pertahanan telah mempersendjatai Laskar Rakjat dan Pesindo; kekuatan ini bertambah ketika HATTA melaksanakan rasionalisasi tsb, sehingga AMIR berhasil membentuk TNI MASJARAKAT; Demikian pula akibat rasionalisasi terhadap ALRI berfihak kepada FDR atau FRONT NASIONAL;

Ketika Madiun Affair meletus TNI dan ALRI tsb diatas terlibat menimbulkan kebakaran jang kedua di Republik ini setelah coup 3 Djuli.

Dengan menggunakan sedjumlah 5.000 pasukan ALRI & Pesindo dibawah perintah LET KOL SUADI, PKI menjerang kota Surakarta; Untuk melakukan kudetanja di Madiun PKI mendapatkan bantuan dari TNI Pro PKI dibawah pimpinan KOL DJOKOSUJONO; LET KOL DAHLAN, LET KOL SUMANTRI;

KABINET HATTA segera menindak coup komunis dengan mengerahkan operasi militer jang dipimpin oleh LET KOL SADIKIN dan ARt GADE SUNGKONO; Operasi ini berhasil merebut Madiun pada tgl 30 SEPTEMBER 1948; MUSSO ditembak mati di Ponorogo oleh LETNAN SUMADI dari Bataljon Sunandar (Letnan Sumadi sekarang Pangdan XII Tandjungpura – Kalimantan Barat); AMIR Cs tertangkap jang kemudian djuga ditembak mati;

Ummat Islam jang berada dibawah rezim Komunis AMIR – MUSSO, terutama tenaga teras MASJUMI, hanja beberapa tokoh pimpinan jang masih berhasil diselamatkan;

Tikaman Komunis dari belakang atas Republik jang ditangani oleh AMIR­-MUSSO sebagai orangnja van der Plas, adalah logis kalau membawa akibat petjahnja Perang Kolonial II, Karena ini semua telah direntjanakan; Ibu kota Djogjakarta diduduki Belanda pada tgl 19 Desember 1948; PRESIDEN SUKARNO – HATTA; SJAHRIR, HA SALIM, SURJADARMA, ditangkap dan dibuang ke Bangka, kemudian Sukarno, Sjahrir, HA Salim dipindahkan ke Brastagi. (DTS)

Sumber: Abadi (09/12/1970)

 

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 534-541.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.