BULATKAN TEKAD UNTUK MENINGKATKAN PEMBANGUNAN
Presiden Soeharto mengajak seluruh rakyat Indonesia agar membulatkan tekad untuk meneruskan pembangunan, bukan hanya meneruskan, melainkan harus ditingkatkan. Untuk itu, salah satu syarat utama adalah persatuan dan kesatuan di antara kita semuanya, karena tanpa persatuan kekuatan akan tercerai berai.
Presiden menyatakan hal in dalam sambutannya ketika meresmikan penggunaan jembatan Muara Tembesi di desa Muara Tembesi kabupaten Batanghari, Jambi, hari Sabtu.
Dalam kunjungannya ke daerah Jambi itu Kepala Negara didampingi Ibu Tien Soeharto, yang disertai pula Mensesneg Sudharmeno dan nyonya, Menteri PU Purnomosidi, Menteri Perhubungan Roesmin Noerjadin, Menteri Nakertrans Harun Zain, Sekkab Moerdiono, Sekmil Presiden Kardono serta Sesdalopbang Solihin GP.
Presiden mengemukakan lebih lanjut, dalam Garis2 Besar Haluan Negara (GBHN) digambarkan bahwa Indonesia harus membangun lima sampai enam kali Repelita agar bangsa Indonesia tiba pada landasan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila.
Proses pembangunan yang panjang itu harus dilalui karena kebutuhan2 kita sangat banyak dan tantangan yang kita hadapi masih cukup berat. Kebutuhan tersebut karena masyarakat Indonesia memang ingin maju. Tantangan yang dahulu baru disadari, sekarang menjadi tantangan yang harus diatasi.
Apabila beberapa tahun lalu salah satu persoalan pokok yang kita hadapi adalah bagaimana meningkatkan produksi beras, sekarang setelah produksi beras ditingkatkan tantangan yang baru adalah bagaimana kita memproses dan menyimpan beras secara efektif dan efisien.
Apabila beberapa tahun lalu tantangan kita adalah bagaimana menyediakan sekolah untuk murid2 sekolah dasar, maka setelah anak2 tersebut lulus, kita menghadapi tantangan baru lagi yaitu bagaimana kita menyediakan sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas sampai ke perguruan tinggi.
Semuanya itu baru merupakan sebagian saja dari tantangan pembangunan, sedang kebutuhan dari tantangan baru sangat banyak jumlahnya, kata Presiden.
Tanpa ketenteraman kita tidak mungkin membangun, karena diganggu oleh gejolak2 yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Karena itu, Kepala Negara mengajak seluruh rakyat Indonesia tetap memelihara persatuan dan kesatuan dalam keadaan apapun. Sebab, hanya dengan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat membangun.
Tugas Nasional Paling Utama
Selanjutnya Kepala Negara menegaskan bahwa pembangunan merupakan tugas nasional bangsa Indonesia yang paling utama. Pembangunan adalah untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali.
Karena itu, seperti yang sering dikatakan Presiden bahwa pembangunan adalah darirakyat, oleh rakyat dan untuk seluruh rakyat dengan bimbingan pemerintah.
Dalam melaksanakan pembangunan, peranan perhubungan sangat panting, kata Presiden sambil menambahkan bahwa tanpa perhubungan yang baik kekayaan alam Indonesia akan tetap terpendam, pulau Sumatera yang kaya ini seolah-olah terus tertidur.
Karena itu, sejak bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan satu setengah dasawarsa lalu pemerintah sangat memperhatikan pembangunan perhubungan didarat maupun di sungai, di laut maupun di udara.
Setahap demi setahap pembangunan jalan Lintas Sumatera terus dilanjutkan, kata Presiden.
Salah satu wujud dari pembangunan itu ialah jembatan Muara Tembesi yang peresmiannya dilakukan pada hari Sabtu, dan jembatan ini sangat panting artinya rakyat Jambi karena terietak diantarajalan Muara Bungo dan kota Jambi.
Dengan selesainya jembatan tersebut, urat nadi perekonomian daerah ini akan bertambah kuat dan lancar yang akhirnya akan dapat lebih memakmurkan daerah ini serta membuat rakyat lebih sejahtera.
Karena itu, Kepala Negara mengajak rakyat setempat mensyukuri selesainya pembangunan jembatan tersebut serta memanfaatkan dan memelihara sebaik-baiknya.
"Kita panjatkan segala rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkahi kita dalam membangun jembatan ini," kata Presiden Soeharto.
Sejak tahun 1980 jalan Lintas Sumatera dilanjutkan pembangunannya menuju Bangko-Sarolangun-Lubuk Linggau. Di samping itu jalan Muara Bungo menuju Jambi juga ditingkatkan, yang pada Sabtu ini mencapai puncaknya dengan selesainya pembangunan Jembatan Muara Tembesi.
Keinginan dart Pelaksanaan
Presiden juga menekankan bahwa jika ada sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan oleh rakyat tetapi belum dapat dipenuhi pemerintah, hal itu tidak berarti bahwa pemerintah tidak tahu kebutuhan rakyat atau tidak memperhatikan keinginan rakyat. Tetapi hal ini karena kemampuan pemerintah memang terbatas.
"Sungguh ada perbedaan besar antara keinginan dan pelaksanaan," kata Kepala Negara sambil mengemukakan bahwa membangun memang tidak bisa hanya dengan janji-janji atau hanya dengan menyatakan keinginan saja.
Membangun berarti mengerahkan kemampuan dan segala kekuatan untuk mewujudkan keinginan itu menjadi kenyataan, katanya.
“Makin besar kekuatan kita ak:an makin besar pula kemampuan kita untuk membangun dan semakin maju pula perjalanan mendekati kemajuan serta kesejahteraan yang dicita-citakan”, kata Presiden.
Dengan jalur dan jaringan perhubungan yang lancar berkenaan dengan peresmian jembatan Muara Tembesi itu, lalu lintas orang dan barang akan mudah berjalan antara satu daerah dengan daerah lain.
Karena itu, dengan selesainya jembatan tersebut Kepala Negara yakin bahwa kehidupan perekonomian dan pembangunan daerah Jambi juga akan meningkat, yang akhirnya akan makin memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyat.
Pembangunan jembatan ini membawa arti dan kebanggaan tersendiri, karena dibangun oleh perusahaan nasional dan digarap oleh tenaga2 muda bangsa Indonesia.
Presiden dalam meresmikan jembatan tersebut ditandai dengan penekanan tombol, diiringi bunyi sirene, dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti.
Selesai upacara tersebut Kepala Negara menyerahkan hadiah kepada KUD/ kontak tani yang berprestasi baik, kemudian pemberian hadiah kepada kontak tani wanita berprestasi baik dilakukan Ibu Tien Soeharto.
Upacara pengguntingan pita dilakukan Ibu Tien Soeharto, setelah itu Presiden dan rombongan menyaksikan pertunjukan kesenian rakyat di atas perahu.
Selesai acara, Kepala Negara bersama rombongan meninggalkan desa Muata Tembesi dengan pesawat helikopter, menuju Pelud Sultan Thaha dan kembali ke Jak:arta dengan pesawat F-28 Pelita. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (24/04/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1083-1085.