CERMINAN TANAH AIR
PRESIDEN DI ACEH RAKER PERINDUSTRIAN
Oleh Nasrudin Hars
Komentar Peristiwa Sepekan
Walaupun hingga saat diturunk:an tulisan ini MTQ ke-12 di Banda Aceh masih sedang mencapai puncaknya dalam penentuan siapa-siapa yang bakal keluar pembaca Al-Quran terbaik untuk dua tahun ini, akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan MTQ di Propinsi Serambi Mekkah tersebut cukup berjalan sukses.
Dari laporan-laporan yang dapat kita ikuti sehari-hari baik lewat pers, Radio atau Televisi, kita mendapat kesan bahwa segala sesuatu berjalan sebagaimana yang direncanakan. Tentu saja di sana sini pasti ada kekurangan, namun semua orang mengagumi akan kemampuan daerah tersebut dalam penyelenggaraan satu kegiatan Nasional yang baru untuk pertama kali dipusatkan disana.
Oleh karena itu sekali lagi kita angkat salut pada penyelenggaraan MTQ tersebut, serta ucapan selamat pada mereka yang berhasil memperoleh piala-piala.
Lebih lanjut disini kita tidak lagi ingin berbicara mengenai MTQ ke XII yang Minggu malam kemarin sudahberakhir itu. Yang hendak kita ketengahkan acialah yang menyangkut dengan kehadiran Presiden dan Ibu Tien Suharto di Aceh yang selesai membuka MTQ telah berkesempatan meresmikan proyek-proyek pembangunan yang telah selesai di daerah itu.
Seluruhnya ada sembilan proyek yang diresmikan Presiden secara simbolis, dengan biaya seluruhnya lebih kurang Rp 20 miliyar. Dalam hal ini kita ingin menekankan penegasan Presiden pada kesempatan peresmian proyek-proyek tersebut.
Yaitu bahwa di antara bangsa-bangsa yang sedang membangun sekarang ini Indonesia tergolong yang berhasil. Ini bukan kata-kata basa-basi atau untuk memuji diri, akan tetapi semata-mata sebagai pernyataan yang meyakinkan kita bahwa apa yang kita tempuh sudah pada jalan yang benar.
Ini juga dimaksudkan untuk lebih menumbuhkan semangat percaya kemampuan diri sendiri, yang oleh Presiden dikatakan akan lebih mendorong kita untuk bekerja makin keras lagi.
Selain itu ingin kita ingatkan, bahwa setiap Presiden Soeharto meresmikan MTQ terutama dalam beberapa MTQ terakhir kita lihat selalu saja dikaitkan dengan peresmian proyek-proyek pembangunan.
Dengan demikian, meskipun seperti dalam pekan lalu kita harus memusatkan perhatian pada MTQ akan tetapi. kita juga tidak bisa melepaskan perhatian terhadap masalah-masalah pembangunan yang memang masih sedang kita hadapi.
Dengan lain perkataan sebetulnya antara pembangunan phisik dan spiritual tetap dijaga adanya keseimbangan yang serasi. Jadi akan kelirulah pandangan-pandangan yang menganggap bahwa Pembangunan sekarang ini terlalu bersifat material dan mengabaikan segi-segi kerohanian atau sebaliknya.
Selain kehadirannya di Aceh adalah patut kita catat pula kesempatan Presiden Soeharto untuk membuka Rapat Kerja Departemen Perindustrian, Rabu pekan kemarin.
Hal ini kita anggap penting mengingat sektor industri sebagaimana dikatakan pada kesempatan tersebut, merupakan taruhan untuk masa datang apakah bangsa Indonesia akan menikmati kesejahteraan atau tidak.
Adalah tidak dapat dielakkan bahwa industrialisasi merupakan cita-cita segenap bangsa sedang berkembang, termasuk Indonesia. Yang menjadi soal adalah bentuk industri yang bagaimana yang akan kita pilih.
Selama ini memang kita bersepakat bahwa untuk Indonesia yang masih agraris, yang paling tepat adalah industri pertanian. Meskipun usaha-usaha kearah itu telah banyak juga dilakukan, namun dibandingkan dengan kemunculan industri-industri perakitan atau pun barang konsumsi termasuk yang bersifat mewah, keadaannya masih sangat tidak menggembirakan.
Sehingga sungguh menyedihkan kalau kita mendengar masih banyak saja hasil-hasil industri pertanian yang sebetulnya dapat kita kerjakan sendiri namun masih kita import. Umpamanya saja seperti tepung ikan, makanan ternak, dan macam-macam lagi. Ini semua membuat kita prihatin rerhadap perkembangan dunia industri kita.
Akan tetapi, dengan demikian kita bukan tidak mencatat akan besarnya keberhasilan yang telah dicapai oleh sektor industri kita dalam bidang di luar pertanian. Pada pameran-pameran, termasuk pada Pekan Raya Jakarta yang sedang berlangsung sekarang ini, kita dapat menyaksikan berbagai hasil produksi industri dalam negeri mulai dari yang bersifat industri rumah tangga hingga ke industri baja.
Hanya dalam hal ini yang masih memprihatinkan kita, bahwa penghargaan masyarakat terhadap barang-barang hasil industri dalam negeri masih belum sebanding dengan kepesatan perkembangan sektor industri itu sendiri.
Hal ini antara lain terlihat pada masih banyaknya barang-barang produksi dalam negeri yang memakai merk luar negeri. Keadaan semacam ini bukan saja bertentangan dengan semangat nasionalisme yang ingin kita kembangkan, akan tetapi jug a tidak menumbuhkan rasa percaya pada kemampuan sendiri. Faktor masih cinta pada barang-barang asal luar negeri ini kiranya sudah waktunya kita hilangkan.
Mudah-mudahan saja kita harapkan bahwa apa yang berkembang sekarang itu hanyalah bersifat sementara dalam masa-masa permulaan. Namun dalam hal ini ada baiknya juga kalau dalam lebih menggairahkan masyarakat terhadap kecintaan pada barang-barang produksi dalam negeri perlu diadakan semacam kampanye yang lebih intensif.
Misalnya saja dengan lebih memperbanyak, lagi pameran-pameran perkenalan barang-barang produksi dalam negeri sambil, pemberian keteladanan oleh para pemimpin sebab kalau tidak, agaknya terlalu lama waktu yang diperlukan untuk dapat menciptakan suatu suasana dimana perkembangan industri dalam negeri sekaligus menumbuhkan kebanggaan nasional dan rasa percaya pada kemampuan sendiri.
Dalam hal ini peranan Pemerintah, khususnya Departemen Perindustrian, kiranya masih lebih banyak diharapkan. (DTS)
…
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (16/06/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 399-401.