CITRA LAMTOROGUNG BUKAN PEMINAT TUNGGAL PENGEMBANGAN TANJUNG PERAK [1]
Surabaya, Kompas
Citra Lamtorogung, perusahaan milik Ny. Siti Hardiyanti Rukmana atau akrab dipanggil Mbak Tutut, bukanlah satu-satunya peminat yang ingin ikut investasi di dalam pengembangan fasilitas terminal peti kemas di pelabuhan Tanjungperak, Surabaya. Paling tidak sudah ada tiga perusahaan yang berminat untuk ikut dalam proyek penambahan terminal peti kemas lengkap dengan fasilitasnya, yang akan dimulai sejak tahun 1995 mendatang.
Direktur Utama Perumpel III Prans R Masengi menegaskan hal tersebut, ketika ditemui Kompas hari Sabtu di pelabuhan Tanjungperak, seusai penyerahan dua kapal pandu dari Dirjen Perhubungan Laut Soentoro kepada Dirut Perumpel III. Kedua kapal pandu masing-masing berkecepatan 16. knot (mil per jam) itu kemudian diteruskan kepada Kepala Cabang Perumpel III Tanjungperak Muhammad Suhita. Kapal-kapal pandu yang digunakan hingga sekarang ini berkecepatan maksimum 12 knot.
Dirut Perumpel III itu juga membantah bahwa kerja sama Citra Lamtorogung dengan Perumpel III itu akan dimulai dengan mengoperasikan dermaga Zamrud yang kini tingkat penggunaannya (berth occupancy rate/BOR) sudah mencapai 80 persen ; Menurut Masergi, Perumpel III tidak merasa perlu untuk mengikat kerja sama dengan pihak swasta dalam pengelolaan dermaga Zamrud, karena kapal-kapal yang ditangani hanyalah kapal-kapal konvensional yang lebih banyak ditujukan untuk angkutan antar pulau.
Hal ini agak berbeda dengan Tanjungperak yang merupakan pusat angkutan laut untuk Indonesia Bagian Tengah. Dengan dioperasikannya Unit Termal Peti Kemas (UTPK) II yang baru diresmikan Presiden Soeharto Agustus lalu. kebutuhan bagi Tanjungperak sekarang ini memang sudah dapat dipenuhi. Namun menghadapi tantangan tahun 2000, Tanjungperak perlu mempersiapkan diri termasuk dengan penambahan terminal peti kemas lengkap.
Karena proses pembangunan mulai dari persetujuan pemerintah sampai konstruksi memakan waktu lama, maka diperhitungkan langkah awal sudah harus dimulai tahun 1995. Perkiraan-perkiraan memang telah dibuat dengan beberapa alternatif pembiayaan mulai. dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), perusahaan (Perumpel) sendiri dibantu pinjaman luar negeri atau bekerja sama dengan swasta.
Menurut mantan Athan RI di Singapura ini, swasta adalah alternatif ketiga. Dan dalam konteks pelabuhan Tanjungperak, tidak hanya Citra Lamtorogung yang berminat.
“Ada tidak kurang dari tiga peminat ,” ujarnya tanpa menyebut dua lainnya.
Atas dasar itu terlalu dini untuk mengatakan bahwa Citra Lamtorogung akan menginvestasi Rp 500 milyar untuk membangun terminal peti kemas ke III untuk pelabuhan Tanjungperak.
“Apa lagi kalau sudah akan mulai dengan kerja sama operasional mengelola dermaga Zamrud yang dilihat dari BORnya menjadi andalan bagi Perumpel dalam menyediakan pelayanannya,” ujar Masengi .
Baru Rencana
Sementara itu Dirut Perumpel II Tanjung priok Ir. Ahmad Harbani tentang pengembangan UTPK III Tanjung priok oleh PT Samudera Reksa Buana (SRB) yang disebut berasal dari Grup Bimantara, mengatakan bahwa rencana itu baru dalam tahap negosiasi.
“Mudah-mudahan akhir tahun ini sudah dapat ditandatangani perjanjian kelja sama antara SRB dengan Perumpel II ini,” ujar mantan dirut Perusahaan Jawatan Kereta Api PJKA ini.
Keterangan lain yang diperoleh Kompas menyebutkan bahwa penambahan UTPK yang ketiga untuk pelabuhan Tanjung priok memang sudah harus dimulai sekarang ini. Karena itu dilakukan contigency plan berupa penambahan delapan hektar tanah di timur UTPK sekarang ini. Perumpel II memperolehnya dengan merelokasi kantor PT Rukindo (BUMN) dan reklamasi kanal Koja.
Penambahan UTPK ini hanya laik jika diperluas ke luar areal pelabuhan yang mencakup wilayah Kelurahan Koja Utara yang kini dihuni oleh lebih kurang 8.000 kepala keluarga. Penduduk ini direncanakan pidah ke Kelurahan Cilincing, Sukapura, dan Nagrak, semuanya di wilayah kota Jakarta Utara. Pembiayaan pemindahan mulai dari penyediaan lokasi tujuan dan proses pemindahan penduduk belum dapat ditanggulangi oleh lembaga patungan Perumpel dengan SRB ini.
Sedang diupayakan agar Perumpel menyediakan biaya awal yang kemudian dinegosiasikan dengan SRB dalam perwujudan sahamnya dalam kerja sama tersebut.
Sumber : KOMPAS (26/10/ 1992)
________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 636-638.