DEMI KELANCARAN PEMERIKSAAN ET, SUDOMO DIANJURKAN CUTI

DEMI KELANCARAN PEMERIKSAAN ET, SUDOMO DIANJURKAN CUTI[1]

 

Jakarta, Antara

Wakil Ketua DPAP rof. Suhardiman menjamin Ketua DPA Sudomo tidak akan mundur dari jabatannya, namun untuk memperlancar proses pemeriksaan kasus Bapindo sehubungan dengan referensinya kepada pengusaha ET, Sudomo dianjurkan cuti.

“Agar jangan teijadi pelecehan terhadap DPA sebagai lembaga tinggi negara, yang paling baik, Pak Domo cuti sampai pemeriksaan oleh Kejaksaan Agung dianggap selesai dan tuntas, tanpa harus mundur,” katanya kepada pers di Jakarta, Kamis.

Suhardiman sengaja mengundang sejumlah wartawan untuk menjelaskan masalah referensi Sudomo dalam kasus Golden Key Group dan tuntutan masyarakat luas yang meminta tokoh itu mundur.

Kepada pers Suhardiman meminta agar di Indonesia tidak dibudayakan budaya mundur, karena budaya Indonesia justru budaya pantang mundur. Bangsa Indonesia, katanya, bangsa pejuang yang punya falsafah “rawe-rawe rantas, malang-malang puntung” atau maju terus pantang mundur.

“Kalau yang punya kesalahan, justru tidak bertanggungjawab kalau dia mundur. Kalau dia teruskan dia bertanggungjawab, sebab dia bisa memperbaiki dan menebus kesalahannya  itu,” katanya.

Suhardiman menilai, Sudomo adalah figur pejuang yang tidak begitu saja mau mundur dari tanggungjawabnya. “Saya mengenal baik siapa Pak Domo,” kata tokoh SOKSI itu. Menurut dia, di negara hukum Indonesia yang menganut asas praduga tak bersalah, juga jangan dibiarkan berkembangnya peradilan oleh rakyat.

“Kalau peradilan oleh rakyat ini dibiarkan terus, dikhawatirkan akan dirnanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang bisa menimbulkan instabilitas dan dikait­ kaitkan dengan isu suksesi,” katanya.

Sejauh yang Prof. Suhardiman ketahui, referensi dalam dunia perbankan adalah hal yang lumrah dan memang diperlukan. Sehingga adanya referensi bukan suatu hal yang salah. Namun jika dalam referensi itu ada unsur kolusi, jelas tidak boleh dan itulah yang harus dibuktikan. Wakil Ketua DPA itu mengatakan, sampai saat ini Sudomo belurn mengajukan cuti dan tetap melaksanakan tugasnya seperti biasa. Pada tanggal 28 Maret 1994 akan diadakan rapat pleno DPA untuk membahas saran-saran lembaga itu kepada Presiden mengenai perkembangan politik nasional yang berkembang sekarang ini.

“Tidak tertutup kemungkinan dalam rapat itu juga dibicarakan masalah-masalah lain termasuk perlunya cuti bagi Ketua,” katanya.

Meskipun ada sorotan dan tuntutan terhadap Sudomo, Suhardiman yakin semua itu tidak menganggu pelaksanaan tugas Dewan yang meliputi pemberian pertintbangan kepada Presiden, baik diminta atau tidak diminta itu.

Wabah politik

Pada kesempatan lain, Suhardiman mengamati munculnya wabah demam politik, khususnya demam suksesi yang melanda masyarakat. “Virus” politik itu, katanya, muncul disebabkan adanya kekhawatiran terhadap kemungkinan Presiden Soeharto berhenti di tengah jalan sebelum masa tugasnya rampung pada 1998.

“Oleh karena itu Pak Harto selama dua minggu berturut -turut berbicara masalah suksesi untuk meredam keresahan dan kekhawatiran sejumlah kalangan masyarakat itu,” katanya.

Wabah deman politik juga, katanya, disebabkan adanya isu Pak Harto telah menyiapkan tokoh-tokoh tertentu sebagai putera mahkota untuk menggantikannya pada l998.

“Selain itu, wabah demam politik juga disebabkan adanya kemungkinan Pak Harto masih menjadi Presiden lagi pada periode 1998-2003,” katanya.

Semua kekhawatiran itu, menurut Suhardinlan, menjadikan munculnya kelompok­ kelompok tertentu yang ingin mendorong berlangsungnya Sidang Istimewa MPR. Kelompok itu terdiri dari para pendukung Golput, elit yang frustasi, pengangguran politik dan intelektual, kelompok opportunis, pastpower syndromme, ekstrim kiri dan ekstrim kanan.

Agar tidak terjadi gejolak di masa datang, Suhardiman  menganjurkan dilaksanakannya tiga program yakni pengentasan penduduk miskin, pemerataan sosial dan revitalisasi atau refungsionalisasi lembaga-lembaga tinggi negara dan aparatur negara. “Jangan terlalu mesra dengan konglomerat, sebaiknya mesralah dengan masyarakat luas,” demikian Suhardiman. (T.PU.02/5:10PM/DN04/24/03/9416:02/RB2)

Sumber: ANTARA (24/03/1994)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 561-562

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.