DEPHANKAM TERIMA LAGI CN-235 VERSI MILITER DARI IPTN[1]
Bandung, Antara
Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam), Jumat, menerima satu pesawat CN-235 Medical Evacuation (Evakuasi Medis) produk IPTN yang merupakan pesawat terakhir dari enam CN-235 versi militer. Pesanan tahap I Dephankam, lima diantaranya sudah diserahterimakan secara bertahap beberapa waktu lalu.
Penyerahan CN-235 keenam itu dilaksanakan Senior Executive Vice President General Manager PT IPTN Ir Hari Laksono serta Diijen Material Fasilitas dan Jasa (Matfasjasa) Dephankam, Mayjen TNI I Made Sadha AR, SE kemudian menyerahkannya kepada TNI-AU melalui Asisten Perencanaan Kastaf TNI-AU Marsekal Muda TNI Zaenal Abidin.
CN-235 yang baru dan yang sudah diserahkan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), dioperasikan TNI-AU di Skadron 02. Keenam CN-235 versi militer buatan IPTN itu, masing-masing dua buah versi Medivac (angkut medis), Paratrooper (angkut pasukan) dan LAPES (pendropan barang pada ketinggian rendah). Pesawat-pesawat tersebut merupakan wahana angkut serbaguna yang disiapkan khusus untuk misi-misi militer yang mampu lepas landas dilandasan pendek dan medan relatif sulit serta dapat dialih fungsikan ke versi lain dalam tempo 1-2 jam.
CN-235 menggunakan instrumen navigasi model EFIS (electronicsflight inte grated system/sistem kendali terbang elektronik terpadu) yang menyatu di kokpit, dengan lima panellayar tabung monitor presentasi data ketinggian, kecepatan, posisi pesawat, tekanan udara, serta pengukuran radar cuaca. Dirjen Matfasjasa Dephankam Mayjen TNI I Made Sadha mengemukakan, ABRI cukup puas dengan hasil produk CN-235 yang telah dioperasikan di TNI-AU dan menilai pelayanan puma jual oleh IPTN pun makin baik dari waktu ke waktu. Meski demikian, ia mengimbau IPTN, agar memperhatik:an ikhwal pelatihan bagi operator dan profesionalisme pemeliharaan, pengawasan yang lebih ketat terhadap pemeliharaan, pelayanan puma jual yang konsisten dan baik serta penyediaan suku cadang yang cukup secara berlanjut. Hal itu penting untuk menumbuhkan citra yang baik dari produksi dalam negeri, seiring dengan upaya penumbuhan kepercayaan dan kebanggaan prajurit ABRI untuk menggunakan peralatan dan perlengkapan produksi dalam negeri. Made Sadha mengatakan, serah terima pesanan CN-235 kali ini merupakan yang terakhir dari pesanan tahap pertama, tetapi bukan yang terakhir, karena kini terbuka peluang bagi TNI-AU untuk pemesanan pada tahap berikut. Ia menjelaskan, Presiden Soeharto lewat Keppres No 16/ 1994 tentang Pengadaan Barang dan Jasa serta MOU antara ABRI dan BPSI, membuka peluang bagi industri strategis di dalam negeri untuk memenuhi pengadaan alat utama ABRI sertajasa pemeliharaan tingkat depo.
Sehubungan dengan itu dia mengajak para pengelola industri strategis, khususnya IPTN agar mampu memanfaatkan peluang terse but dengan tetap bekerja keras menghasilkan produk berkualitas yang sesuai dengan tuntutan teknis dan operasional ABRI. Kepada pers Dirjen Matfasjasa menjelaskan, ABRI masih memerlukan banyak pesawat CN-235, NC-212 maupun jenis-jenis helikopter, tetapi realisasi pengadaannya, ditentukan anggaran yang tersedia.
Tank Scorpion
Dirjen Matfasjasa Dephankam menjawab pers mengemukakan, ABRI dewasa inimenunggu kedatangan 50 tank Scorpion buatan Inggris yang direncanakan tiba pada HARI ABRI 5 Oktober 1995, sebagian sudah bisa dipamerkan dan sisanya tiba pada talmn ini. Tank-tank kecil itu direncanakan ditempatkan di batalion-batalion TNI-AD, karena dibeli dengan kelengkapan canon dan senapan dengan total biaya, tennasuk pelatihan di Inggris dan suku cadangnya, mencapai 125 juta dolar AS, katanya. Selain pengadaan kendaraan taktis, ABRI sudah pula memesan kendaraan jenis truk dan jeep untuk dua batalion TNI AD serta 20 unit kendaraan sejenis untuk dioperasikan di kepolisian di kota-kota besar. (U.BDG-004/B/EL-02 /31103/95 14:42/RUl/15 :56)
Sumber: ANTARA (31/03/ 1995)
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 422-423.