DJENDERAL SUWAGIO DGN TAWANAN: SUDAH TAK ADA RUANG HIDUP LAGI BAGI PKI

DJENDERAL SUWAGIO DGN TAWANAN:

SUDAH TAK ADA RUANG HIDUP LAGI BAGI PKI [1]

Oleh Ramelan

 

Blitar, Berita Yudha

Baru2 ini Djenderal Gatot Suwagio dari Mako Mabad, telah datang menindjau Blitar Selatan.

Dalam kesempatan ini, dipergunakan waktunja untuk berwawantjara dengan para tawanan tokoh2 PKI di Blitar, antara lain Suwandi anggota CC PKI dan CDB/Sek CDB Pratomo eks Dan Dlm Pandeglang, Sri Sukatno wartawan PKI, Djadi Wirosubroto Pembantu CC urusan Germas.

PERTANJAAN: “Apakah PKI masih mempunjai laboratorium di Indonesia?”

PRATOMO : “Menurut pendapat saja sekarang tidak lagi. Karena menurut kenjataan PKI pada masa sekarang tidak lagi mendapat dukungan rakjat lagi.

PERTANJAAN: “Apa perbuatan saudara2 mengandjurkan menjerah akan diikuti sepenuhnja oleh teman2 saudara jang belum tertangkap?”

SUTARTO : “Adapun kesan2 kami dapat kita golongkan ke dalam 3 golongan. Pertama jang ingin insaf tentu mengikuti anjuran saya, jang kedua adalah meraka jang merasa ragu2. Dan ketiga jang menentang. Mungkin golongan jang terachir inilah jang tidak segera mengikutinja.

SUWANDI : “Disebabkan seluruh pimpinan CC telah tertangkap semuanja, maka disini adalah mendjadi faktor jang penting untuk mereka. Mereka bisa beladjar dari kenjataan, bhw disebabkan pukulan jang terus menerus dari ABRI dan penerangan pemerintah kepada rakjat mengenai PKI makin tidak bahaja.

Sjarat2 untuk hidup dan memikirkan lagi PKI tidak mentjukupi. Sedangkan pukulan2 dari ABRI semakin giat dan terus menerus.

Dengan demikian maka mereka jang tadinja ragu2 akan segera mengikuti panggilan kami. Djuga dengan demikian jang menentangpun diharapkan akan segera memenuhi panggilan kami.

PERTANJAAN : Apakah PKI mendapat bantuan dari dalam dan luar? Dari siapa?

PRATOMO : Tadinja kita sangat mengharapkan bantuan dari Anggota ABRI jang sependirian dengan kita. Kita harapkan djika kita telah mulai bergerak mereka akan segera lari dan menggabungkan diri dengan kami.

Tetapi bantuan itu tak kundjung datang. Jang lari tak ada. Kalaupun ada itu hanja satu dua sadja.

Bantuan dari luar tidak kami perhitungkan. Kita lebih mempertjajakan pada kekuatan kita sendiri. Bantuan dari luar negeri, setjara geografis terlalu djauh. Ada djuga setjara logistik, kami mendapat bantuan dari warga negara Tjina, tetapi itu sangat sedikit.

IR. MURDANI: “Memang kami mengharapkan bantuan hanya dari dalam negeri selain dari ABRI kami djuga mengharapkan bantuan dari massa. Pun bantuan dari massa ini tidak seperti jang diharapkan. Rakjat jang tadinja kita sangkakan PKI, tetapi njatanja tidak demikian.

Massa jang tidak begitu merasakan bantuan jang didapat dari kita, baik bantuan berupa pembangunan, maupun kebudajaan atau pendidikan tidak mampu mendirikan sekolah bagi mereka.

Mereka kekurangan sekolah, paling2 satu desa hanja mempunyai satu sekolah. Pendeknja bantuan langsung jang mereka rasakan hampir tak terasa oleh massa. Djuga mereka tak merasakan perlindungan dari PKI. Achirnya massa membantu ABRI, tidak membantu PKI.

Mengharapkan disertai dari ABRI tidak ada atau hanja 1-2 orang sadja. Padahal mereka telah lama dibina oleh PKI. Dari luar negeri bantuanpun tidak ada.

Menurut kenjataan bantuan jang kongkrit tidak ada. Djadi bantuan dari dalam maupun dari luar ngeri tidak ada.

WANDI : Disinilah pemikiran jg subjektif dari pemimpin2 PKI. Dulu dibajangkan djikalau aksi telah dimulai maka rakjat dan ABRI akan segera membantu. Njata2nja tidak. Rakjat tidak bisa dibikin fanantik, meskipun mereka djuga telah lama dibina.

PERTANJAAN: “Mengapa dipilih Blitar Selatan?”

LIES SUKATNO : Karena kedatangan saja ke Blitar Selatan ini adalah untuk menyusul suami saja, jang ternjata dia telah pergi dari sini, djadi saja bukanlah orang jang menguasai dalam persoalan ini. Saja tak dapat menerangkan mengapa dipilih Blitar Selatan.

DJADI : Perdjuangan PKI dititik beratkan pada kekuatan Pak Tani adalah sumber jang tak habis2nja. Sebab itu pandangan kami, kami alihkan kedesa. Kami pilih desa untuk menjadi pangkal perdjuangan dan sebagai tempat pembina. Dimana tokoh2 di Djawa Timur ada sehingga dapat kita tempatkan para pemimpin CDB.

Areal luas dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Atau boleh dikatakan daerah jang tidak didjamah. Lalu kami rintji. Achrinja kami putuskan desa tersebut bisa kita djadikan projek komoro.

Selain Blitar Selatan djuga kita akan bikin komoro2 lain. Kalau ini telah djadi nantinja anggota CC akan dipentjar2 ke komoro tadi. Dalam persiapan itu banjak terjadi emosi2 perhitungan mendjadi meleset karena disebabkan emosi2 tadi.

IR MURDANI : Perdjuangan kami mengandalkan bantuan massa. Faktor lain adalah kemudian. Tetapi niatannja masa tidak membantu PKI bahkan sebaliknja. Karena kerdjasama ini harus ada rasa atau saling timbal balik. (DTS)

Sumber: BERITA YUDHA (05/09/1968)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 75-77.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.