Djendral A.H. Nasution: SELAMAT DJALAN ADIK2KU, KAMU SEKALIAN TELAH DIFITNAH & DIBUNUH
Jikalau Fitnah itu Benar Kami Sekalian Bersedia Mengikuti Djedjakmu [1]
Djakarta, Berita Yudha
Di dalam pesannja pd. pemberangkatan ketudjuh djenazah Pahlawan Revolusi, korban kebiadaban aksi kontra revolusi “Gerakan 30 September” ke tempat istirahatnja jang terachir, Menko Hankam/Kasab Djend. Nasution a.l. menjatakan: Hari ini adalah hari Angkatan Bersendjata kita jang selalu gemilang, tetapi kali ini dihinakan oleh fitnahan, pengchianatan dan penganiajaan. Tetapi hati AB kita tetap dirajakan oleh setiap pradjurit, dengan nama Allah akan tetap menegakkan kedjudjuran, kebenaran dan keadilan.
Djendral Nasution kemudian menjebut nama satu persatu ketudjuh Pahlawan Revolusi itu dan mengatakan:
“Kamu semua mendahului kami. Kami semua jang kamu tinggalkan mempunjai kewadjiban meneruskan perdjuanganmu, memikul tugas2 AB, meneruskan perdjuangan TNI kita, suatu tugas jang sutji. kamu semua tidak ada jang lebih tahu dari kami semua, bahwa sedjak 20 tahun kamu selalu berdjuang membela negaramu, membela bangsamu, membela pemimpin besarmu, dan membela tjita2 rakjat Indonesia”.
“Manusia memang tidak luput dari kekurangan, tetapi didalam 20 tahun penuh kamu telah memberikan dharma-bhaktimu untuk tjita2 jang tinggi itu. Biar pun hendak ditjemarkan, difitnah sebagai pengchianat, tapi kami tahu bahwa kamu sudah berdjuang di atas djalan jang benar. kami tidak pernah ragu2 kami semua akan melandjutkan perdjuangan kamu. Menghadaplah sebagai pahlawan, Pahlawan dihati TNI kita, kepada Panglima jang paling tertinggi jang akan menetukan. dan dengan keimanan ini semua, jakinlah bahwa jang benar itu jang akan menang”
Fitnah, fitnah, fitnah berkali-kali. Fitnah itu lebih djahat dari pada pembunuhan. kami semua telah difitnah, dan kamu semua dibunuh, kalau fitnah itu benar, kami sekalian bersedia mengikuti djedjakmu djangan dendam, karena ini adalah iman kepada Allah. Iman akan meneguhkan kita. Allah telah memerintahkan untuk menegakkan kebenaran dari keadilan. DIA-lah jang mendjandjikan akan sukses, DIA-lah jang menetukan kita semua. Maka menghadaplah kepada-NJA. Doa kami semua mengantarkan kamu semua. Ja Allah, terimalah mereka disisi-MU. Ampunilah segala dosa dan kesalahan mereka. Kami djuga telah memaafkan segala kesalahan mereka”.
“Para Prajurit, kita harus mengikuti perdjuangan mereka, hanja pengchianat jang tidak mengikuti. Kepada seluruh Rakjat dan kepada panglima Tertinggi ABRI, kami mememohonkan maaf djika ada kesalahan atau kekurangan didalam mereka melaksanakan tugasnja. Para keluarga dan kita semua, sekarang mereka mati dilepaskan pergi, Selamat djalan adik2ku selamat djalan. Terimakasih atas segala pengorbananmu. selamat djalan sampai bertemu”
Demikianlah kurang lebih pesan Djendral Nasution, jang diutjapkannja dalam nada menagis penuh haru dan keprihatinan, jang sekaligus mentjerminkan keprihatinan seluruh rakjat Indonesia chususnja peradjurit2 TNI/AD.
Suasana keharuan jang amat mendalam dari rakjat ibukota telah mengiringi perdjalanan djasad para Pahlawan Revolusi ketempat pesemajaman terachir di taman Pahlawan Kalibata.
Hadir pada upatjara pemakaman di kalibata ini diantaranja Men/Pangal Martadinata, Men/Pangak Irdjen Pol. Sutjipto Judodihardjo, Panglima Kostrad Major Djendral Soeharto, Caretaker A.D. Majdjend. Pranoto Reksosamudro, para anggaota Kabinet Dwikora, para tokoh partai politik dan ormas 2 jang revolusioner, para Perwira Tinggi, Perwira menengah dan Perwira Pertama Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Kepolisian dan beberapa Perwira Tinggi Angkatan Udara diantaranja Laksamana Muda (U) H. Sudjono serta beberapa Perwira Menengah dan Perwira Pertama Angkatan Udara, para Keluarga almarhum dll.
Suasana kepiluan memenuhi Taman Pahlawan. Setelah dilakukan tembakan Salvo kemudian dienazah para almarhum diturunkan keliang makam dimana pada saat ini raung dan tangis para anggota keluarga almarhum terdengar sangat menjajat hati seluruh jang hadir dimakam pahlawan.
Men/Pangal Laksamana Madya (L) Martadinata jang selalu terlihat tenang2 sadja nampak merah padam wadjahnja menahan kesedihan dan kepanasan hati , sedangkan Ibu Martadinata sedjak turun dari mobil terus menerus mengugurkan air mata
Perasaan jang hadir bertambah tersajat, ketika para putri alm. Pak Yani, dengan rasa penuh kasih sajangnja, hanja bisa mengugapkan selamat berpisah untuk selamanja dengan mentjiumi peti ajahanda tertjinta. Sedang untung A. yani, putranja jang berusia 12 tahun telah pingsan sewaktu peti djenazah ajahandanja, ajah tempat ia menumpahkan segala perasaan seorang anak, akan diturunkan keliang makam demikian pula dengan Ibu Yani. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA( 06/10/1965)
[1]Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, Hal 170-172.