DOKUMEN SUPARDJO UNGKAPKAN: PRESIDEN RESTUI/BANTU GESTAPU/PKI

DOKUMEN SUPARDJO UNGKAPKAN:

PRESIDEN RESTUI/BANTU GESTAPU/PKI

Djen. Sugandhi Mau Ditempeleng Karena Memihak Pak Nas dan Emoh PKI [1]

 

Djakarta, Angkatan Bersendjata

Dokumen Supardjo setjara hitam diatas putih telah memperdjelas peranan Presiden Sukarno dalam memupuk dan mematangkan coup Gestapu / PKI, demikian diterangkan Djen. Nasution dalam kelandjutan pertanggungan djawabnja berhubung dengan Pel. Nawaksara.

Diantara bukti2 jang dikemukakan Djen. Nasution adalah dokumen Supardjo jang memperdjelas bahwa Presiden Sukarno merestui / membantu Gestapu / PKI dan menzahirkan kemarahannja kepada Djen. Nasution dan Djenderal Sugandhi jang tak mau diseret kedalam penjelewengan jang mendurhakai Pantjasila dan Saptamarga itu. Bahkan Presiden jang naik darah mengusir dan mau menempeleng Djen. Sugandhi.

Tentang ini dinjatakan dalam keterangan Djenderal Nasution itu sbb: Dari dokumen SUPARDJO hal – hal tersebut mendjadi lebih djelas, bahwa Presiden defakto merestui / membantu dan dari bahan – bahan team pemeriksa Pusat, antara lain pembitjaraan Brigdjen SUGANDHI dengan SUDISMAN tanggal 27 September, AIDIT dan Presiden, jang diterangkan atas pertanjaan Terpadu, sesuai sumpah Djabatan dengan ini seidzin Terpadu:

SUGANDHI: “MAN, ini ada apa kok dikampung-kampung ada persiapan dan pembuatan sumur?

SUDISMAN: “Sudahlah, JU ikut kita sadja”

SIGANDHI: “Ndak bisa MAN saja ikut PKI, karena saja punja agama”

SUDISMAN: “kalau JU ndak mau, memang kamu sudah ditjekoki NASUTION”

SUGANDHI: “Bukan soal ditjekoki, tapi soalnja adalah ideologi. Tapi bila JU akan meneruskan rentjanamu, pasti kau akan digilas dan akan habis MAN’

SUDISMAN: ‘nDak bisa, kita akan pegang inisiatif, siapa jang memulai dan pukul dulu itu jang menang.

Pertjajalah pada kita, semuanja sudah kita perhitungkan dengan masak­-masak”

Sebentar kemudian datanglah AIDIT mendekati saja dan menanjakan pada saja sebagi berikut: “Bung Harian-mu masih reaksioner? sudah bitjara dengan SUDISMAN? Kita akan mulai sebentar lagi dalam satu, dua, tiga hari ini. Dan ini semua BUNG KARNO sudah tahu.

Lebih baik Saudara ikut sadja kita!

SUGANDHI: “SUDISMAN sudah bitjara sama saja, tapi saja tak mau ikut PKI. Memangnja PKI mau adakan coup.

Saja (AB) punja doktrin sendiri ialah Saptamarga”

D.N. AIDIT: “Bung, djangan bilang coup, itu perkataan djahat, PKI akan perbaiki istilah jang dipakai ndandani Revolusi jang dirongrong oleh Dewan Djenderal, dua – tiga hari ini kita akan mulai, Bung ikut apa ndak? ini semua BUNG KARNO saja beri tahu semuanja”

SUGANDHI: “Pak, PKI akan coup, Bapak sudah tahu ? Saja telah dihubungi sendiri oleh SUDISMAN dan AIDIT”

Presiden: “Kamu djangan PKI – phobi (dengan nada marah). Kau tahu Dewan Djenderal? Kau tahu Djenderal-djenderal brengsek? Kamu hati – hati kalau ngomong”

SUGANDHI: “Kalau ada Djenderal – djenderal brengsek ja dipetjat sadja to pak, kan wewenang ada ditangan Bapak. Dewan Djenderal itu ndak ada Pak. Jang ada adalah Wandjakti jang tugasnja membantu Men / Pangad untuk peneropong Kolonel – kolonel jg akan dinaikkan djadi Djenderal, djadi bukan untuk tudjuan lain”.

Presiden: “Wis, kowe ora usah tjampur, diam sadja kamu. Kowe wis ditjekoki NASUTION ja?

SUGANDHI: “Betul pak, DD itu tidak ada, Kan Pak YANI sudah bitjara sendiri dan menjatakan pada Bapak, bahwa DD tidak ada. Dan lagi Pak YANI itu kan orang jang sangat setia pada Bapak, boleh dibilang rechterhand”

Presiden: “Sudah kamu djangan banjak bitjara, djangan ikut-ikut. Kamu tahu dalam Revolusi menurut Thomastonlyk seorang Bapak dapat makan anaknja sendiri. Kamu tahu”

SUGANDHI: ”Waduh, kalau begitu Bapak ini sudah djadi PKI

Presiden: “Diam kamu, tak tempeleng pisan kowe menko. Sudah pulang sana, jang ati-ati”.

Demikian lebih – kurang kata-kata jang dipakai, Dan Brigdjen SUGANDHI telah melaporkan hal – hal itu kepada Presiden dan Men / Pangad pada tanggal 30 September dan kepada saja sesudah 1 Oktober. (DTS)

Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (15/2/1967)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 804-806.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.