DPR-GR SAHKAN RUU PEROBAHAN
ANGGARAN MONETER 1966 [1]
Djakarta, Kompas
Sidang paripurna terbuka DPR GR hari Sabtu jl. setjara aklamasi menjetudjui dan mengesjahkan RUU tentang Perubahan ke II atas anggaran Moneter tahun anggaran 1966 mendjadi Undang2.
RUU jang disjahkan itu terdiri dari 4 pasal dan menetapkan Undang2 Perubahan dan Tambahan ke II atas Anggaran Moneter tahun Anggaran 1966 sebagaimana ditetapkan dengan Undang2 No. 22 tahun 1965 (Lembaran Negara tahun 1963 No. 117) dan telah diubah dan ditambah dengan UU No. 13 tahun 1966 (Lembaran Negara tahun 1966 No. 43).
Pasal I dari UU ini menjatakan bahwa Anggaran Belandja ditambah dgn Rp. 5.130.000.000,- (UB) dan diperintji sbb: (semuanja terbilang dalam rupiah baru).
- Belandja Pengawai dan Pensiunan ditambah dengan Rp. 802 djuta dan
- Belandja Routine lainnja ditambah dengan Rp. 4.328.000.000,
- Anggaran Belandja untuk membiajai projek2 pembangunan dari Departemen2 dan Lembaga2 Negara ditambah dengan Rp. 4.228.000.000,-
Taktik Baru Gerpol PKI Gunakan Sistim Tripandji & Diskreditkan Kab. Ampera. Bagaimana Sistim Tripandji beroperasi.
Sementara itu dari Letkol A. Durdjani, Komandan Kodim 0705 Magelang, kita memperoleh pendjelasan lebih mendekati mengenai sistim Tripandji itu.
Dalam keterangannja didepan RK/RT Kedungsari Magelang baru2 ini didjelaskannja bahwa dalam sistim Tripandji itu ada SATU orang jang bertindak sebagai POROS jang tugasnja adalah menarik DUA orang lagi.
Sistim Tripandji atau berantai itu dapat digambarkan berikut
C1<——B1<—-A—->B2——>C4
| |
| |
| |
C2 C3
A mengadjak BI dan B2 B1 sendiri menarik C1 dan Seterusnja B2 menarik C3 dan C4.
Dalam hal ini diusahakan agar A. hanja dikenal oleh BI dan B2 sadja, B1 dan B2 sendiri tidak saling kenal mengenai B1 membentuk ikatan rantai dengan C 1 dan C2, sedangkan B2 dengan C3 dan C4.
Begitu rapih dan peliknja mereka menjusun anggota2nja jang kebanjakan djuga tidak berasal dari satu kampung kota, hingga terak mereka sukar diikuti.
Menjusup disemua bidang Disemua bidang kehidupan mereka penjusup baik dilingkungan ABRI, buruh, petani pegawai maupun ormas/orpol dan golongan2 lain lagi.
Pertemuan jang diadakannja merupakan rapat/diskusi jang dikuti oleh tidak lebih dari sepuluh orang, dengan tempat jang selalu bertukar2.
Umpamanja mereka jang berasal dari Wonosobo ditugaskan bergerak di Muntilan sambil melebarkan djaringan2nja.
Dari hasil penangkapan terhadap beberapa anggota sel2 subversi itu diketahui bahwa mereka berpindah2 tempat dan mempunjai kartu penduduk lebih dari satu.
Kegiatan Dalam Pendjara
Sementara itu para tahanan djuga tidak tinggal diam dalam melangsungkan gerpolnja untuk mempertebal ideologinja tawanan2 Gestapu/PKI itu mengadjarkan Marxisme/Lenisme dari mulut lewat mulut, sambil mengadakan otokritik.
Sembojan para simpatisan Gestapu/PKI itu-baik jang bergerak bebas maupun ditahanan adalah :
ngolah, ngalih dan ngantem. Artinja selama belum kuat, mereka menerima nasib untuk selalu lari kesana kemari, tetapi sekali bila sudah kuat dan waktunja datang mereka akan ngantem (memukul).
Demikian pendjelasan Letkol A.A. Durdjani jang sebagian kami petik dari KB, PAB. (DTS)
Sumber: KOMPAS (27/09/1967)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 702-704.