EDI SUDRADJAT : PASCA PAK HARTO PERLU KADER LURUS DAN SEJUK

EDI SUDRADJAT : PASCA PAK HARTO PERLU KADER LURUS DAN SEJUK[1]

 

Jakarta, Merdeka

Soal “Putra Mahkota”, Menhankam Edi Sudradjatjuga menolak.

“Kita kantidak mengenal monarki, putra mahkota berarti monarki. Hanya putra terbaik yang bisa terpilih menjadi pimpinan nasional kelak.” ujarnya menjawab pertanyaan Merdeka dan Jawa Pos seusai meresmikan Gedung Personalian Tenaga Manusia dan Veteran (Persmanvet) Departemen Hankam dan patung pahlawan revolusi Leen Anumerta R Suprapto, di Jalan Merdeka Barat, kemarin.

Bahkan dengan tegas Edi mengatakan, yang perlu dicari oleh bangsa kita untuk pemimpin mendatang pasca Presiden Soeharto adalah kader terbaik, terpercaya, lurus dan bisa membawa keteduhan.

Mengenai kemungkinan adanya tarik-menarik untuk mencari figur pimpinan nasional, menurut Edi, bukan mempakan hal yang istimewa, sebab tarik-menarik dalam politik itu mempakan dinamika.

Berikut petikan wawancara dengan orang nomor satu di Dephankam itu. Merdeka :   Pak  Edi,  Pak  Habibie   memprakirakan   bahwa   pergantian kepemimpinan nasional nanti tidak perlu ada yang dikhawatirkan?

Edi : Pernyataan orang kok ditanyakan saya.

Merdeka : Maksudnya, pemikiran Pak Edi bagaimana? Selama ini Pak Edi dikenal pejabat yang paling diam danjarang ngomong?

Edi : Lho, kalau masalah itu (pergantian pimpinan nasional), kita kan sudah punya sistem ya. Sistem itu yang harus kita yakini. Tinggal bagaimana kita setia, mau memegang teguh sistem yang ada, yakni sistem konstitusi yang kita anut ; Kalau semua mau melaksanakan sistem dengan tulus, teguh, dan lurus saya kira tidak ada masalah.

Merdeka : Persoalannya, kita belurn memiliki pengalaman pergantian pimpinan nasional yang menggunakan sistem itu?

Edi : Ya kan harus dialami. Suatu saat kan harus toh. Itu harus diikuti dan semua orang harus berpegang teguh pada konsep itu.

Merdeka : Meski sudah ada sistemnya, masih ada yang khawatir karena saat ini mulai muncul kelompok- kelompok yang ancang-ancang ikut bermain?

Edi : Lho, di mana-mana kan begitu juga. Hanya, kita ingatkan semua kelompok itu agar tetap teguh, lurus, dan berpegang teguh pada dasar-dasar negara.

Merdeka : Yang diinginkan semua kelompok bisa berpegang teguh pada sistem. Tapi biasanya, sistem itu sering dilanggar. Apalagi saat ini ada yang memiliki kekuatan politik cukup besar dan dominan?

Edi : Karena amplifiernya itu ya ha,.ha..ha..Saya kira seluruh rakyat Indonesia ini kan mengerti dan memahami. Semua kan pada pinter itu lho.

Merdeka : Kelihatannya saat ini sudah mulai muncul tarik menarik antar kelompok untuk memperebutkan pergantian kepemimpinan  nasional?

Edi : Itu kan dinamika dan proses toh. Dinamika politik itu memang penuh dengan tarik-menarik. Tapi, sepanjang aturan main dipegang teguh dan sepanjang orentasinya untuk kepentingan rakyat tidak ada masalah.

Merdeka : Ada yang mulai bicara putra mahkota?

Edi : Kita kan tidak mengenal monarki toh. Putra mahkota kan berarti monarki.

Merdeka : Berarti harus diinstitusionalkan dulu, sehingga semuanya paham?

Edi : Begini, yang dicari adalah kader yang terbaik, terpercaya, lurus dan bisa membawa keteduhan, kesejukan. Itu yang dicari oleh masyarakat.

Merdeka : Kira-kira seperti apa?

Edi : Ya itu tadi, figur yang bisa memberi keteduhan, membawa kemajuan, yang bisa dipercaya sepenuhnya, yang jujur dan yang lurus.

Merdeka : Apa sudah ada orangnya?

Edi : Nanti dicari kan ada sendiri, oke.

Sumber : MERDEKA (10/12/1996)

________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVIII (1996), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal 46-47.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.