EKSPOR KE TUNISIA TURUN KARENA TINGGI NYA BEA MASUK[1]
Jakarta, Antara
Indonesia masih defisit dan ekspornya ke Tunisia menurun karena tingginya bea masuk yang diterapkan negara Timur Tengah itu dan tidak kontinyunya ekspor Indonesia.
Selain kedua kendala tersebut, menurut keterangan Humas Departemen Perdagangan, Rabu, upaya meningkatkan perdagangan Indonesia dan Tunisia masih menghadapi banyak permasalahan, seperti jauhnya jarak kedua negara dan tidak adanya jalur pelayaran langsung yang menghubungkan kedua negara.
Akibatnya, biaya transportasi semakin mahal, sehingga komoditi ekspor Indonesia kurang mampu bersaing di pasar Tunisia.
Berkaitan dengan upaya peningkatan perdagangan kedua negara, pertemuan antara Menlu Tunisia AI Habib Ben Yahia, dengan Menko Indag Hartarto, diharapkan dapat memecahkan berbagai kendala tersebut.
Selain dengan Hartarto, Ben Yahia yang berkunjung ke Indonesia dari 19-22 Mei juga akan bertemu Menlu Ali Alatas dan mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto. Indonesia masih mengalami defisit sekitar 20,2 juta dolar AS pada tahun 1991 dalam neraca perdagangannya dengan Tunisia, sementara untuk tahun 1992 defisit itu naik menjadi 22,5 juta dolar AS.
Defisit tersebut terutama disebabkan Indonesia mengimpor pupuk dan pospat rata-rata di atas 15 juta dolar AS setahun. Sebaliknya, ekspor utama Indonesia, yakni kopi dan kayu, menurun dari 8,4 juta dolar AS tahun 1989 menjadi 1,4 juta dolar AS tahun 1990 atau turun sebesar 85 persen.
Menurut seorang anggota misi dagang Tunisia yang berkunjung ke Indonesia tahun lalu, Tunisia tidak mengimpor kayu secara kontinyu karena Indonesia menerapkan pajak ekspor sebesar 300 persen untuk ekspor kayu gelondongan.
Tingginya pajak ekspor tersebut menyebabkan Tunisia berpaling ke negara lain untuk mencukupi kebutuhan industri mebel dan produk kayu olahannya.
Selain kopi dan kayu, komoditi ekspor Indonesia ke negara tersebut antara lain kertas, tekstil dan produk tekstil, produk kaca, sepatu. Sementara dari Tunisia, Indonesia mengimpor antara lain pupuk buatan, baja dan mesin. Guna meningkatkan perdagangan Indonesia dan Tunisia, Kadin Indonesia mengusulkan dibukanya perwakilan dagang di kedua negara dan pembangunan rumah pamer di Tunisia.
Sementara itu, di sela-sela Konferensi Biro Koordinasi Tingkat Tinggi (KTM) Non-Blok di Nusa Dua, Bali, Menlu Indonesia dan Tunisia menandatangani persetujuan peningkatan dan jaminan investasi dan penghindaran pajak berganda. (T.PE04/EU07/19/05/93 20:04)
Sumber: ANTARA (l9/05/1993)
________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 447-448.