EKSPOR TEKSTIL TAK MELONJAK AKIBAT DAYA SAING TURUN [1]
Jakarta, Antara
Indonesia harus berusaha kembali meningkatkan daya saing ekspor tekstil dan produk tekstil-nya (TPT), karena pada tahun 1993 laju ekspor TPT hanya mencapai dua persen, jauh di bawah waktu sebelumnya.
Masalah ekspor tekstil itu dikemukakan Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Handoko Tjokrosaputro kepada pers, setelah menemui Presiden Soeharto di Bina Graha, Kamis. Ia mengatakan, penurunan laju ekspor juga disebabkan munculnya pesaing pesaing yang menghasilkan barang-barang sejenis. Resesi juga mengakibatkan turunnya ekspor walau tahun 1993 mencapai lebih dari lima miliar dolar AS. Para pengusaha anggota API telah mengajukan berbagai alternatif kepada pemerintah agar ekspor TPT bisa kembali pulih. Menurut Handoko, berbagai alternatif itu sedang dipelajari para pejabat instansi terkait. Ketika menjelaskan kaitan penurunan ekspor dengan penyerapan tenaga kerja, Handoko mengatakan, turunnya ekspor sebesar satu miliar dolar AS akan mempengaruhi tidak kurang dari 200.000 pekerja.
“Apakab penurunan itu akan mengakibatkan para pengusaha melakukan PHK?” tanya wartawan yang kemudian dijawab secara diplomatis oleh pimpinan API itu, “PHK baru merupakan salah satu alternatif ‘. Di tempat yang sama, Presiden menerima Menparpostel Joop Ave yang melaporkan kesiapan peresmian sejumlah proyek Telkom oleh Presiden tanggal 11 April di Bandung. Presiden juga menerima Mentrans/ PPH Siswono Yudohusodo yang melaporkan perkembangan transmigran swakarsa.(T-EU02/EU05 / 7/04/94 15:12/RU2)
Sumber:ANTARA(07/04/1994)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 243-244.