FEISAL TANJUNG, TOKOH 1993 VERSI REPUBLIKA[1]
Jakarta, Antara
Pangab Jendral TNI Feisal Tanjung terpilih sebagai tokoh 1993versi Republika, sebuah surat kabar bertiras sekitar 200 ribu eksemplar yang 4 Januari 1994 akan genap berumur setahun. Menurut Pemred Republika, Parni Hadi di Jakarta, Senin, orang nomor satu di jajaran ABRI itu terpilih berdasarkan penilaian bahwa ia merupakan sosok yang berperan menentukan dalam mengarahkan sikap ABRI dalam proses keterbukaan sistem politik Indonesia.
“Pada berbagai peristiwa dan isu politik yang mencuat sepanjang tahun 1993, ABRI tampak konsisten mengambil sikap tut wuri handayani, membimbing dari belakang dan tanpa terlalu jauh turun tangan dalam proses pendewasaan demokratisasi yang dijalani segenap masyarakat,”katanya.
Menurut dia, adalah benar bahwa perkembangan proses keterbukaan pada akhirnya ditentukan oleh kebijaksanaan Presiden Soeharto sendiri. Namun dalam proses pengambilan kebijaksanaan itu, lebih-lebih dalam pelaksanaannya, ABRI memainkan peranan penting, disamping kekuatan sospollainnya.
Fakta empiris menunjukkan bahwa ABRI telah berperan tidak hanya dalam hal memungkinkan keterbukaan itu berlangsung, namun sekaligus mengamankannya, sehingga gelombang keterbukaan itu sendiri tak berujung pada bentuk-bentuk yang menghancurkan diri sendiri sebagaimana halnya terjadi di negara-negara bekas Blok Komunis.
“Harus diakui, sebagian besar pujian terhadap posisi ABRI yang mendorong sekaligus mengamankan demokrasi iniperlu dialamatkan pada Jendral Feisal Tanjung, dalam posisinya sebagai orang nomor satu dijajaran ABRI dan pembantu Panglima Tertinggi ABRI,” katanya.
Menurut Parni, sepanjang masa jabatan Pangab yang masih sangat singkat ini, Feisal Tanjung banyak menunjukkan komitmennya. Adalah saat ABRI di bawah pimpinannya berlangsung apa yang disebut sebagai pendekatan antara Petisi 50 dengan pihak pemerintah. Pangab juga menunjukkan sikap tegas, tidak berupaya menutupi kesala han jajarannya dan menomorsatukan tegaknya hukum dalam sejumlah konflik yang memakan korban, misalnya Tragedi Nipah, Haur Koneng dan kasus Marsinah.
Menahan Diri
Dalam gelombang unjuk rasa-dengan SDSB sebagai kasus puncak-Pangab membawa ABRI bersikap menahan masyarakat untuk memandang gelombang itu secara proporsional. Pada saat yang sama sikap menahan diri itu tidak menjadikannya kehilangan sikap tegas bilamana diperlukan.
“Ia memperingatkan akan bahaya dari tindakan-tindakan ke arah anarkis yang pada gilirannya dapat menghancurkan keseluruhan proses demokratisasi itu sendiri,” katanya.
Parni juga menunjuk pada peristiwa pemilihan Ketua Umum Golkar-sebuah test case bagi hubungan ABRI-Sipil-, Feisal membuktikan sikap ABRI yang tutwuri handayani. Selanjutnya dalam kekisruhan PDI, ABRI baru turon tangan, yang dinilai banyak pihak sebagai bantuan, setelah PDI sendiri tak mampu menyelesaikan konflik internya. Selain itu, sikap Feisal dalam isu Islam politik juga patut dicatat. Dalam pidatonya ketika menerima pengurus teras ICMI, Pangab dengan jelas menunjukkan arti penting peranan umat Islam dalam segenap wilayah kehidupan bangsa Indonesia termasuk wilayah politik, sesuatu yang sangat menyejukkan mengingat adanya warisan kecurigaan menahun terhadap Islam.
“Pemilihan ini didasari harapan bahwa semua perkembangan yang menggembirakan ini akan terns mendapatkan momentumnya menuju terciptanya masyarakat Indonesia yang lebih terbuka sesuai dengan tuntutan zaman,” kata Parni Hadi.
Pemilihan tokoh Republika dilakukan oleh sebuah tim yang memantau perkembangan di berbagai bidang kehidupan selama satu tahun. Parni mengakui ada sejurnlah nama yang dinilai memenuhi persyaratan, baik dari kalangan pemerintah maupun non pemerintah, namun akhirnya menempatkan peringkat pertama kepada Pangab Feisal Tanjung. Menurut Parni, Republika akan mentradisikan acara pemilihan tokoh tiap tahun. ‘Tokoh’ di sini bisa berarti pejabat pemerintah, wiraswastawan, pengusaha, seniman, akadernisi ataupun warga negara biasa.
“Ia bahkan tak selalu seorang ‘newsmaker’ , yang terpenting adalah apa yang dilakukannya merniliki arti penting bagi kesejahteraan masyarakat luas,” katanya. T.PU-20/8:12AM 12/27/93/EL0227/ 12/9315:24
Sumber:ANTARA(27/0l/1994)
___________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 701-702.