GADIS AJU DARI PASAR ATOM DAN PENGALAMAN
NJONJA TENA DI LOBANG BUAJA
Ada perdjandjian bersama NU-PKI Lampung?[1]
Palembang, Berita Yudha
Sebagian besar pengundjung telah dibuat terpesona dan nampaknja kurang pertjaja pada penglihatannja, ketika seorang putri djelita masuk keruang sidang Mahmillub di-iring oleh petugas keamanan, atas perintah hakim ketua.
Banjak orang tidak menduga sama sekali, bahwa seorang gadis aju, luwes marak hati jang pernah dijumpainja sebagai pendjual minjak dan kelapa dipasar Kertapati, kemudian djuga sering2 muntjul didekat djembatan Karang depan kantor besar Pertamina dan dipasar Atom djl. Ratna, dibalik keluwesan dan keajuannja itu terselip tjap CGMI.
Itulah Sugiati alias Lisjati, mahasiswi Akademi Ali Archam anggota teras CGMI jang dengan kamuflase mendjalankan research ke Palembang, telah banjak mendjalankan tugasnja di daerah ini sebagai seorang kader G 30 S/PKI dan tugas2 perintah tertuduh Suwardiningsih.
la pada sidang Mahmillub siang hari tgl. 8/6 atas pertanjaan hakim ketua telah mengakui menerima pendjelasan dalam suatu briefing, tentang Gerakan 30 September jang dipimpin Untung, gerakan mana menurut saksi harus disokong dan didukung, karena telah “menggagalkan coup Dewan Djenderal” dan bertudjuan “menjelamatkan” Presiden dan pemerintah.
Tugas utama bagi saksi menurut pengakuannja, ialah menarik dan menghimpun potensi seluruh mahasiswa CGMI kedalam aksi komando PKI untuk dapat diarahkan kepada pelaksanaan pendukungan terhadap G 30 S.
Saksi2 Nj. Tena jang telah dilatih di Lobang Buaja dalam angkatan terachir dan turut pula menjaksikan penjiksaan terhadap Djenderal Pahlawan Revolusi, menjatakan setelah terlebih dahulu dilatih pada baris berbaris selama 2 hari di dekat kantor BTI Rawasari Djakarta, maka oleh Asmu ketua BTI pusat, mereka diantar ke Lobang Buaja bersama rombongan dari BTI sebanjak 75 orang, 6 orang diantaranja adalah wanita2.
Di Lobang Buaja telah menunggu DN. Aidit jang pada saat pembukaan latihan tsb. menjatakan: “Inilah jg akan mengganjang kabir2”.
Selandjutnja saksi mengungkapkan kedjadian jang dilihatnja pada tgl. 30 September 1965 mendjelang padjar 1 Oktober, dimana djenderal2 dipukul, ditelandjangi dan ditendang2 dalam keadaan tangan terikat, mata tertutup, kemudian ditembak dan terachir dimasukkan kedalam Lobang sumur tua jang diperuntukkan untuk itu, Menurut Nj, Tena djenderal2 tsb. tidak hanja ditelandjangi dan ditendang sadja, tetapi djuga oleh anggota Gerwani jang tiada bermoral, dengan iringan tarian Gendjer2 lantas memegang2 perkakas (istilah Nj. Tena) mereka jang sedang disiksa tsb. Hadirin gemuruh mendengarnja dan karenanja terpaksa hakim ketua membunjikan palu tiga kali untuk menentramkan suasana.
Setelah ngumpet dengan berpindah2 tempat di Djakarta, maka pada tanggal 5 Oktober 1965, saksi Nj. Tena dikirim kembali ke Palembang dengan membawa pistol jang diperolehnja dalam latihan Lobang Buaja tsb. Menurut saksi pistol tsb. diterimanja dari Asmu Ketua BTI Pusat.
Achirnja dalam kesaksian tsb, diserahkannja kepada ketua Komando Aksi ala PKI Hajat Daripi jang mengkomandoi seluruh kegiatan jang ditudjukan untuk mensukseskan dan mendukung Gerakan 30 September PKI.
Saksi Azhari S, wk. Sekretaris I CDB Lampung, mengakui, bahwa pada achir bulan Agustus 1965, antara NU/Ansor dengan PKI/PR telah ditanda tangani suatu perdjandjian bersama jang isinja memperkokoh kerdja sama dan tidak saling hantam-menghantam.
Sidang malam itu oleh hakim ketua dianggap selesai, dan akan dilandjutkan hari Senin tgl. 12/6 untuk mendengarkan requsitoir Oditur. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (12/06/1967)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 825-826).