GARA-GARA PON, EMILIA CONTESA BATAL TAMPIL DI LONDON[1]
Jakarta, Antara
Emilia Contesa, yang mendapat penghormatan menyanyikan lagu “Gelora Prestasi PON “, mengaku sangat bangga bisa tampil memberi semangat kepada atlet peserta PON XIII yang dibuka Presiden Soeharto di stadion utama Senayan Jakarta, Kamis petang.
“Saya benar-benar bangga karena dipercaya memberi semangat kepada kontingen dari 27 propinsi. Bahkan rencana saya untuk tampil di London saya batalkan demi PON XIII,” katanya ketika diserbu para kuli tinta seusai pembukaan PON XIII. Emilia sempat memukau pengunjung yang menghadiri pembukaan PON XIII ketika bersama Yan Berlin beberapa saat setelah Api PON menyala, mendendangkan lagu Gelora Prestasi PON ciptaan Ireng Maulana.
Ia mengakui untuk membawakan lagu tersebut ia tidak melakukan persiapan yang terlalu lama, tetapi sungguh-sungguh. Ia tidak menolak menerima bayaran untuk membawakan lagu tersebut, namun sebenamya menumt dia tidak dibayar pun tidak apa-apa. “Saya di sini tidak hanya mencari uang, tetapi bisa ikut menyukseskan acara pembukaan PON saja sudah bangga,” katanya. Seharusnya, kata Emilia, ia harus berangkat ke London 5 September 1993 dalam rangka misi kesenian Indonesia di London.
“Selain rencana ke London, masih banyak acara lain yang harus saya batalkan demi PON ini,”kata Emil yang sore itu mengaku baru berumur 20 tahun.
Repotnya, begitu keluar dari pintu merah stadion utama, perjalanan artis itu tidak mulus, karena beberapa atlet dari daerah memaksanya untuk berfoto bersama.
Irja Memukau
Para kontingen PON XIII Irian Jaya tidak saja memukau ribuan pengunjung yang menghadiri pembukaan PON XIII di Stadion Utama Senayan, Kamis petang.
Sejak keluar dari hotel penampungan atlet, Century Park, para atlet Irja sebanyak 143 orang yang akan mengikuti 17 cabang olahraga itu sempat menarik perhatian kontingen lainnya yang akan menuju stadion utama mengikuti acara pembukaan.
Pasalnya, dalam perjalanan dari tempat penampungan menuju stadion beberapa dari mereka ada yang memainkan musik dan bernyanyi bersama mendendangkan lagu daerah Irian.
Semangat dan sikap optimisme para atlet Irja tersebut menjadi pusat perhatian para kontingen dari daerah lain tertuju ke arah mereka. Bahkan beberapa atlet daerah lain ada pula yang larut dalam kegembiraan itu dengan memberi tepukan tangan.
Mules
Penempatan para atlet daerah peserta PON XIII di masing-masing tempat penampungan nampaknya tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Di PHI Cempaka Putih misalnya, puluhan atlet yang akan menempati kamar ketika baru datang di Jakarta pada 7 September 1993 sempat uring-uringan, karena kamar-kamar yang nomomya sudah diketahui sejak berangkat dari daerahnya, ternyata belum bisa langsung dihuni.
Masalahnya, kamar yang disediakan ternyata sudah ditempati kontingen lain yang datang lebih dahulu. Akibatnya, mereka hams menunggu sedikitnya sekitar satu jam untuk mengosongkan kamar itu. Para petugas hotel ketika menerima keluhan atas kasus itu mengatakan, hal itu terjadi karena PHI Cempaka Putih menjadi hotel transit bagi para atlet.
”Para atlet yang datang untuk sementara ditarnpung dulu di sana, sambil menunggu pengaturan ke tempat yang sebenarnya,” kata petugas itu.
Namun, 12 atlet sepak takraw yang selama satu jam menunggu pengosongan tujuh kamar sempat perutnya mules, bukan masuk angin tetapi karena sudah kangen sekali ke kamar kecil. (T.Bdl-003/0K04/ 9/09/93 21 :48/LNO 1)
Sumber: ANTARA (09/09/ 1993)
_______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 776-778.