GEROMBOLAN RMS MENJERAH TANPA SJARAT; PRES. SOEHARTO DJADI KE NEDERLAND

GEROMBOLAN RMS MENJERAH TANPA SJARAT; PRES. SOEHARTO DJADI KE NEDERLAND [1]

* Keluarga Dubes Taswin selamat *Belanda minta maaf

* Selama ditahan Nj. Taswin dan kedua anaknja diikat dan dipukuli

* Belanda tdk beri konsesi kepada kaum teror *

 

Djakarta, Berita Yudha

Pemerintah Indonesia setjara resmi kemarin memberitahukan kepada Pemerintah Belanda bhw. Presiden Soeharto djadi melakukan kundjungan kenegaraan kenegeri Belanda, Keberangkatan dari Djakarta ditetapkan hari Rabu Tgl. 2 September. Djam keberangkatan masih ditentukan kemudian karena harus menantikan clearence pesawat.

Menteri Penerangan Boedihardjo jang memberikan keterangan pers ditempat kediaman Presiden Soeharto di Djl. Tjendana 8.lebih landjut menjatakan bahwa Pemerintah Indonesia setelah mempeladjari laporan2 dari negeri Belanda dan setelah memperhatikan pertimbangan2 dari Pimpinan DPRGR serta suara2 jang senada dari kalangan masjarakat, memperhatikan pula akan security dan tehnis pelaksanaan, maka kundjungan kenegaraan Belanda itu dilangsungkan hari Rabu tanggal 2 September jang tadinja semula direntjanakan tanggal 31 Agustus 1970. Dengan demikian Presiden Soeharto dan rombongan hanja berada semalam dinegeri Belanda. Sedangkan atjara kundjungan kenegaraan ke Djerman Barat dan Lusaka tetap sesuai rentjana.

Atas pertanjaan Menteri Boedihardjo, katakan bahwa Presiden Soeharto tetap bersedia memenuhi undangan kundjungan kenegaraan kenegeri Belanda tsb. meskipun waktunja disesuaikan dengan keadaan. Hal ini dilakukan pula demi hubungan baik Indonesia dan Belanda dan demi persahabatan.

Sementara itu Menteri Boedihardjo membatjakan pula surat dari Pimpinan DPR­GR jang ditanda tangani H.A. Sjaichu jang ditudjukan kepada Pemerintah RI, dimana disebutkan bahwa pada tgl. 1 September itu Pimpinan DPR-GR telah bertemu dengan pimpinan fraksi2 dalam DPR-GR dan berkesimpulan sbb: Menjesalkan terdjadinja insiden dinegeri Belanda djustru pada saat2 mendjelang kundjungan kenegeraan Soeharto. Adalah merupakan kewadjiban Pemerintah Belanda untuk mengadakan persiapan2 dibidang keamanan. Terdjadinja insiden tsb. membuktikan adanja kelemahan2 dalam persiapan2 keamanan tsb. Disarankan djuga agar kundjungan Kepala Negara RI ke-negara2 lain, chususnja kundjungan ke Lusaka menghadiri KTT Non-Blok nanti hendaknja pengamanan Kepala Negara RI supaja lebih diperhatikan.

Atas pertanjaan wartawan, dikatakan bahwa pemerintah Belanda telah mengadjukan permintaan maaf kepada Pemerintah Indonesia disampaikan lewat Dubes RI Taswin dinegeri Belanda, menjesalkan terdjadinja peristiwa insiden tsb. Ketika wartawan bertanja lagi mengapa keberangkatan itu tidak dilakukan hari Selasa malam, didjawab bahwa hal itu dilakukan hari Rabu atas dasar security dan alasan tehnis persiapan penerbangan. Demikian Pokok2 keterangan Pemerintah RI jg disampaikan oleh Menteri Penerangan Boedihardjo.

Ikut serta dalam pertemuan di Tjendana bersama Presiden Soeharto itu adalah Menlu Adam Malik, Menteri Negara/Wakil Pangad Djenderal M. Panggabean, Menpen Boedihardjo, Sekneg H. Alamsjah, Sekab Soedharmono SH, Aspri Presiden/Djubir Istana Widya Latief.

Adam Malik: Sudah Ada Djaminan Keamanan Pemerintah Belanda

H. Adam Malik setelah dari pertemuan Pemerintah ditempat kediaman Presiden Soeharto di Djl. Tjendana 8, menjatakan bahwa keberangkatan Presiden Soeharto dan rombongan ke Belanda jang ditunda akan dilakukan hari Rabu 2 September ini. Rentjana kundjungan kenegaraan ke Djerman Barat tetap sesuai rentjana dilakukan setelah serangkaian pertemuan dan laporan2 jg oleh pemerintah RI di Djakarta dari Den Haag serta laporan Dubes Taswin dinegeri Belanda.

Pertanjaan Pers, dikatakan bahwa sudah ada djaminan pemerintah Belanda akan pengamanan kundjungan kepala Naegara Rl disana. Untuk mewudjudkan kundjungan itu perlu persiapan tehnis.

Dikatakan pula bahwa pemerintah Belanda telah resmi diberitahukan bahwa anak2 gerombolan “RMS” jang menjerahkan diri bakal diperiksa di pengadilan atas perbuatan baru2 ini. Menurut Menteri Luar Negeri Adam Malik, peristiwa serupa pertama kali terdjadi demikian keterangan Pers. Menlu Adam Malik, walau kundjungan diperpendek SEKRETARIS Negara H. Alamsjah menjatakan, bahwa beberapa laporan2 terachir di Den Haag jang disampaikan ke Djakarta. Gerombolan bersendjata “RMS” jang menempati kediaman resmi Duta Besar RI Taswin, telah menjerah kepada Polisi Belanda. Keluarga dari Dubes Taswin dikabarkan dalam keadaan selamat, sedang Dubes Taswin sendiri jang berhasil menjelamatkan diri dari pengepungan, telah memberi laporan langsung kepada Pemerintah RI di Djakarta.

Menurut Sekneg H. Alamsjah bagaimanapun kundjungan kenegaraan Presiden Soehato kenegeri Belanda djadi dilakukan, maka waktunja akan diperpendek supaja tidak merobah rentjana kundjungan kenegaraan ke Djerman Barat, serta kundjungan menghadiri KTT Non-Blok di Djakarta.

No Comment RI

Mengenai peristiwa jang terdjadi di Wassenaar jang dilakukan oleh gerombolan “RMS” itu, dikatakan oleh Alamsjah bahwa Pemerintah RI tidak mengeluarkan komentar karena hal tsb. merupakan masalah dan tanggung djawab Pemerintah Belanda. Setelah 12 djam menduduki kediaman resmi Dubes Taswin tsb. Gerombolan “RMS” tsb menjerah tanpa sjarat kepada Polisi Belanda. Mengenai ultimatum jang dimadjukan oleh gerombolan “RMS” tsb. dikatakan bahwa kita (RI) tidak mengenal adanja “RMS”, karena kita hanja mengenal Republik Indonesia jg berwilajah dari Sabang sampai Merauke.

Di Djakarta, seluruh mass media harian pagi dan sore memuat berita kedjadian di Wassenaar dekat Den Haag itu sebagai berita utama dihalaman pertama. Sementara itu oleh Pemerintah RI telah ditempatkan pasukan Polisi Negara (Brimob) untuk mendjaga keamanan kedutaan Besar Belanda di Djl. Kebon Sirih sebagai usaha preventif terhadap hal2 jang tidak kita ingini dan demi mendjaga hubungan baik kita dengan negeri Belanda, Pemerintah serta rakjatnja.

Dipukuli dan Diikat

Kantor berita Belanda ANP sementara itu mengabarkan, bahwa anggota pengawal kediaman resmi Dubes RI di Wassenaar jang tertembak mati adalah Hoofdagent Moolenaar. Sampai kini belum diketahui pasti siapa diantara gerombolan pemuda2 Maluku (“RMS”) jang menembak mati anggota Polisi Belanda tsb. Sewaktu mendjadi sandera pihak gerombolan dalam menjampaikan ultimatumnja, maka Njonja Taswin dua orang anaknja, anggota2 Kedubes RI lainnja, termasuk Sekretaris I dan II, semuanja berdjumlah 13 atau 14 orang, telah diikat erat dengan tali dan mereka mendapat pukulan2 dari pihak gerombolan teror tsb. Pihak KBRI tidak mengetahui apa isi ultimatum jang disampaikan kepada Pem. Belanda oleh gerombolan “RMS” tsb, terbukti dati pertanjaan jang diadjukan wartawan ANP apakah isi ultimatum itu diteruskan ke Djakarta oleh KBRI jang didjawab bahwa pihak KBRI tidak mengetahui adanja sesuatu ultimatum jang dimadjukan.

Dari rentetan peristiwa teror di Wassenaar itu dapat diberitakan bahwa pihak gerombolan “RMS” mengantjam akan menembak mati salah seorang sandera Indonesia pada djam 20.00 tgl. 31 Agustus apabila permintaan mereka dalam ultimatum itu tidak dipenuhi Pem. Belanda. Salah satu ultimatum itu berbunji bahwa a.l. supaja Presiden Soeharto selama berada dinegeri Belanda, “Presiden RMS Ir. Manusama dapat diterima bertemu oleh Presiden Soeharto”.

Ultimatum lainnja, berbunji agar pihak Polisi Belanda tidak mendekat kediaman Dubes RI tersebut kalau mendekat maka seorang sandera Indonesia lagi akan ditembak mati.

Tak lama setelah kedjadian tsb. PM Belanda Piet de long sendiri turun tangan dan seharian menunggu disalah satu rumah dekat tempat kediaman resmi Dubes RI. Semua lalu-lintas umum jang menudju kedaerah tsb. dikepung Polisi. Balabantuan oleh Polisi Den Haag segera datang memperkuat Polisi Wassenaar, bantuan itu antaranja berupa dua mobil berlapis badja Polisi. Wassenaar ini terletak kl. 5 km diluar kota Den Haag disebelah barat daja, merupakan daerah elite di Den Haag. Pemuda2 gerombolan “RMS” melakukan penembakan2 dan berteriak2 serta menjatakan hanja mau berunding dengan Walikota Wassenaar Mr. Geerisema jg segera datang kedaerah tsb. dan mengikuti segala kedjadian dari dekat sedjak pagi buta peristiwa teror berlangsung.

Tanpa Sjarat

Djam 17.15 sore tgl. 31 Agustus gerombolan 15 pemuda “RMS” itu menjatakan kesediannja untuk menjerahkan sendjata api mereka, diserahkan kepada Walikota Wassenaar setelah sepasukan Polisi Belanda jang ada disekitar itu lebih dahulu menjingkir. Baru begitu sendjata2 api ini diserahkan, mereka menjerah tanpa sjaraat kepada Polisi Belanda dan segera dibawa kesuatu tempat jang tidak disebutkan dimana Perdana Menteri Belanda Piet de Jong kemudian menjatakan dengan tegas bahwa persoalan ini dan para pelakunja akan ditindak tegas sesuai dengan hukum jang berlaku. Dinjatakan pula bahwa tidak acta konsesi apapun jang diberikan Pem. Belanda kepada ultimatum pihak gerombolan “RMS” ini. Setelah menjerah tanpa sjarat mereka djuga tidak memadjukan permintaan apa2lagi. Dinjatakan bahwa oleh Pem. Belanda akan dilakukan suatu pembitjaraan dengan Ir. Manusama jg menamakan dirinja “Presiden RMS” tsb. guna mengatasi persoalan ini.

PM Belanda de Jong kemudian menjampaikan rasa penjesalan Pemerintahnja kepada Njonja Taswin atas perlakuan buruk jg dideritanja selama teror kl. 12 djam oleh gerombolan “RMS”. Demikian pula rasa penjesalan resmi disampaikan oleh Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia atas kedjadian tsb.

Walikota Wassenaar Mr. Grensema kepada pers menjatakan bahwa pemuda2 “RMS” itu semuanja bersalah karena telah banjak melakukan tindak pidana. Anggota2 keluarga Dubes RI dan Staf KBRI didjadikan sandera telah terang2an memperoleh perlakuan buruk (mishandeling), beberapa diantaranja diikat erat dan dipukuli oleh gerombolan “RMS” tsb. Perbuatan pemuda2 “RMS’? ini akan ditindak tegas sesuai dengan saluran hukum, demikian kata Walikota Wassenaar.

Sementara itu Menlu Belanda Mr. Luns atas pertanjaan pers menjatakan, bahwa adalah tidak mungkin bagi Presiden Soeharto melakukan kundjungan kenegaraan ke negri Belanda selagi warganegara2 Indonesia orang sebangsanja sebanjak 13 atau 14 orang mendjadi sandera gerombolan teror “RMS” jang menanggung risiko dapat ditembak mati oleh gerombolan tsb.

Keluarga Dubes dan Staf KBRI jang mengalami perlakuan busuk itu, belakangan selamat dari bahaja maut setelah mereka berhasil dibebaskan oleh Polisi Belanda.

Sampai berita ini ditulis, belum diketahui setjara detail bagaimana tjara Dubes Taswin dapat selamat meloloskan diri dari kepungan gerombolan teror “RMS” tsb. (DTS)

Sumber: BERITA YUDHA (24/08/1970)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 513-517.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.