GOLKAR TAK ANGGAP OPP LAWAN TAPI MITRA PEMBANGUNAN POLITIK[1]
Jakarta, Antara
Ketua Umum DPP Golkar Harmoko menegaskan, Golkar tidak pernah menganggap Organisasi Peserta Pemilu (OPP) lainnya sebagai lawan, tapi sebagai mitra dalam pembangunan politik.
“Peserta Pemilu, dianggap Golkar bukan lawan, tetapi mitra dalam pembangunan politik .Karena itu, marilah berlomba-lomba untuk melaksanakan program sesuai GBHN, misalnya mengentaskan rakyat miskin,” tegasnya menjawab pertanyaan pers seusai penutupan Rapat Kerja Nasional Golkar di Jakarta, Rabu.
Ditanya mengenai Pemilu 1997, Ketua Umum DPP Golkar itu mengatakan, Golkar harus berjuang demi suksesnya Pemilu 1997 yang bertolokukur tetap tegaknya negara kesatuan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menjaga kelangsungan pembangunan nasional dalam iklim stabilitas nasional yang dinamis dan kepemimpinan nasional tetap di tangan Orde Baru berlandaskan konstitusi.
“Yang coba-coba akan mengganti Pancasila akan berhadapan dengan Golkar, kita tidak menginginkan situasi yang beringas,”tegasnya.
Harmoko menegaskan kembali, target Golkar pada Pemilu 1997 adalah ingin meraih suara sebanyak-banyaknya. “Caranya, Golkar akan melakukan upaya-upaya program mensukseskan Pemilu sesuai dengan peraturan yang berlaku, secara ksatria, Iuber,”ujarnya.
Golkar, menurutnya, juga sudah mempunyai konsep khusus untuk menjaring suara generasi muda. “Tapi konsep itu tidak bisa kita umumkan di sini, karena mahal harganya,”katanya sambil tertawa. Untuk mensukseskan Pemilu mendatang, Golkar juga akan menerapkan sistem manajemen modern. Anggota Fraksi Karya Pembangunan (FKP), baik di DPR maupun DPRD dihamskan sering “turun ke bawah” untuk mendengarkan hati nurani rakyat, untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat, karena Golkar menjadi besar karena rakyat.
Karena itu, katanya, bila ada kesan bahwa Golkar memenangi Pemilu secara tidak ksatria, itu salah besar, karena Pemilu melalui proses yang sudah disahkan yaitu Undang-Undang tentang pelaksanaan Pemilu.
“Makanya, Golkar tidak perlu main kayu, tidak ada kampanye Golkar yang tidak tertib. Kalau Golkar dituduh melanggar ketentuan Pemilu, itu bohong besar,” tegas Harmoko.
Penyelewengan
Menjawab pertanyaan tentang langkah-langkah Golkar menghadapi kader-kader yang menyeleweng, seperti dalam kasus pemilihan kepala daerah dan kasus-kasus penyuapan, Harmoko menegaskan, Golkar bertekad untuk menegakkan pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa dikaitkan dengan pelaksanaan hukum.
“Di manapun, kader yang melakukan penyelewengan hams ditindak dan hukum harus ditegakkan. Setiap kader Golkar yang melakukan penyelewengan harus dituntut melalui hukum,” tukasnya.
Harmoko juga mengatakan, apa yang disebut faktor eksternal dan internal Golkar itu dibicarakan dalam Rakernas, dan Golkar mengambil sikap untuk lebih cermat mempersiapkan program-program dalam Trisukses, yakni sukses konsolidasi, kaderisasi dan Pemilu 1997.
“Golkar yakin dengan program-program yang dimilikinya, kendala internal dan eksternal itu tidak akan mengurangi tujuan peraihan suara Golkar dalam Pemilu 1997,” tegasnya.
Dia juga mengatakan, Golkar tidak pemah khawatir dan pesimis menghadapi Pemilu, karena saat ini OPP berlambang pohon beringin itu sudah menjadi kekuatan politik terbesar.
Harmoko juga percaya, dampakkasus-kasus yang muncul akhir-akhir ini, tidak akan berpengaruh terhadap citra Golkar, karena perjuangan Golkar tetap mengacu pada upaya terwujudnya pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa. Mengenai pengertian “arus bawah”, Ketua Umum DPP Golkar menyatakan, apa yang dikatakan Ketua Dewan Pembina Golkar (Presiden Soeharto) itu benar, dalam konteks pemilihan kepala daerah.
“Tetapi mengenai dinamika masyarakat, misalnya yang perlu dientas dari kemiskinan, Golkar senantiasa tanggap terhadap kepentingan rakyat, wong cilik. Buktinya rakyat miskin berhasil diperkecil dari 70 juta pada tahun 1968/69 menjadi 25,5 juta sekarang,” ujarnya. “Jangan dikira, kita tidak mengamati isu-isu yang direkayasa,” kata Harmoko sambil tertawa.(U-JKT.OO l/18:15/PU08/19:06/RE2/30/03/94 19:30)
Sumber:ANTARA (30/03/1994)
__________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 31-33.