GRASI XANANA, KUNJUNGAN KE VATIKAN, DAN PIFA ADALAH PERTANDA BAlK [1]
Denpasar, Antara
Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Theo Syafei mengatakan, pemberian grasi bagi Xanana Gusmao, rencana tokoh masyarakat Timtim bertemu Sri Paus di Vatikan dan terbentuknya Asosiasi Persahabatan Portugal- Indonesia (PIFA), merupakan pertanda baik bagi persoalan propinsi ke 27 tersebut.
“Biasa-biasa saja dan justru saya melihat Timtim semakin bagus,” kata Mayjen Theo Syafei menjawab pertanyaan wartawan tentang grasi yang diberikan Presiden Soeharto kepada Xanana, seusai mengikuti upacara peringatan HUT ke-35 Pemda Bali di Denpasar, akhir pekan lalu.
Gembong GPK Timtim dan pimpinan tertinggi Fretilin, Jose Alexandre Gusmao alias Xanana Gusmao (47) mendapat grasi dari Presiden Soeharto, yang berarti pengurangan hukuman dari seumur hidup menjadi 20 tahun penjara.
Xanana oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Dili pada 21 Mei lalu dijatuhi hukuman seumur hidup, karena terbukti melakukan makar dengan usaha ingin memisahkan Timtim dari Indonesia serta penguasaan senjata api tanpa izin.
“Grasi ini tidak berarti bukan seumur hidup, 20 tahun bisa saja dikatakan sama dengan seumur hidup, sebab lihat dulu usianya (Xanaria kini berusia 47 tahun- red.),” katanya.
Namun menurut dia, kalau Xanana nanti memang berkelakuan baik, maka dia bisa juga mendapat remisi lagi. Ketika ditanya mengenai kepastian dimana Xanana akan menjalani hukuman penjara, mantan Pangkolakops Tuntim (kini sudah dihapus) ini mengatakan,”yang pasti di sebuah lembaga pemasyarakatan di Pulau Jawa.”
“Apa di Semarang,” tanya wartawan, yang dijawab “barangkali di Semarang”.
Vatikan-PIFA
Mayjen Theo Syafei menilai bahwa kondisi Timtim saat inisemakin menunjukkan pertanda bagus, khususnya setelah ada rencana kunjungan tokoh masyarakat Timtim dipimpin Gubemur Abilio Jose Osorio Soares kepada Sri Paus di Vatikan.
“Kalau tidak salah tanggal 25 Agustus ini mereka akan bertemu Paus dalam suatu audiensi khusus,” kata Pangdam IX Udayana ini.
Ketika ditanya tentang terbentuknya Asosiasi Persahabatan Portugal-Indonesia (PIFA: Portugal- Indonesia Friendship Association) serta manfaatnya bagi Timtim, ia menilai sebagai sesuatu yang baik. “Orang ingin bersahabat tentu kita terima, ini pertanda bagus bagi Timtim,” tegasnya.
Sejumlah anggota PIFA kini tengah berada di Indonesia hingga 23 Agustus, untuk berdialog dengan sejumlah menteri dan bertemu Presiden Soeharto di Jakarta.
Apakah PIFA juga akan bertemu dengan Panglima, tanya wartawan yang dijawab Mayjen Theo Syafei, “belum ada permintaan termasuk rencana ke Timtim”.
10 : 0
Pangdam juga mengatakan rasio batalyon tentorial dan tempur yang ada di Tuntim saat ini, yakni 9 : 1 masing- masing sembilan batalyon tentorial untuk pembangunan dan satu batalyon tempur.
“Direncanakan pada September dan Oktober mendatang rasionya menjadi 10 :0, artinya seluruhnya batalyon teritorial untuk membangun Timtim dan tidak ada lagi batalyon tempur,” katanya.
Ketika ditanya sikap AS menggagalkan pembelian pesawat tempur F-5 oleh Indonesia dari Jordania yang dikaitkan dengan hak asasi manusia (HAM) di Timtim, Theo Syafei mengatakan, “HAM itu kan ada di sini, bukan di atas seperti F-5 itu, itu hanya dipolitisir saja”.
Sedangkan turis Australia yang membuat film tentang Timtim tanpa izin, ia mengatakan “ini yang tidak dibolehkan. Kalau turis itu sebagai wisatawan kemudian melakukan kegiatan jurnalistik, tidak dibenarkan.”
Dari Australia dilaporkan seorang turis bernama David Bradbury asal Darwin telah mengunjungi Timtim dan melakukan pengambilan film di Dili tanpa izin, kemudian mewawancarai para pemuda pengangguran dan obyek yang terlarang disertai provokasi menentang Indonesia. U-Dps-003/Dps-001/EL02/16/08/93 16:38
Sumber: ANTARA(16/08/1993)
_______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 676-678.