HABIBIE: PUSAT PERAGAAN IPTEK DIHARAPKAN JADI TONGGAK SEJARAH

HABIBIE: PUSAT PERAGAAN IPTEK DIHARAPKAN JADI TONGGAK SEJARAH[1]

Jakarta, Antara

Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), yang peresmiannya dilakukan bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 Nopember, diharapkan menjadi salah satu tonggak sejarah dalam perjuangan generasi penerus untuk merebut penguasaan iptek.

“Seperti halnya para pahlawan kesuma bangsa merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa kita sejak 50 tahun lalu dan sepanjang masa,” kata Menristek BJ Habibie, di Jakarta, Jumat, saat menyampaikan laporannya pada peresmian Pusat Peragaan Iptek TMII dan Pembukaan Seminar Nasional Budaya Bangsa, yang dilakukan oleh Presiden Soeharto.

Pusat Peragaan Iptek yang dibangun di atas tanah seluas lima hektar, dimulai pada 26 Januari 1994, berupa bangunan megah tiga lantai dengan luas 23 meter persegI.

Bangunan megah tersebut merupakan perluasan dari Pusat Peragaan Iptek sebelumnya, juga di TMII, yang hanya seluas 1.000 meter persegi. Pada kesempatan itu, Menristek juga menjelaskan bahwa Pusat Peragaan Iptek yang baru tersebut akan terus disempurnakan, sehingga benar-benar dapat menjadi wahana yang dapat diandalkan.

“Untuk itu, kami terus akan mengundang bantuan dan dukungan dari semua pihak, terutama dari kalangan perusahaan dan industri dari negara-negara sahabat, khususnya yang mewakili berbagai industri bermuatan teknologi tinggi,”kata Menristek Habibie.

 

Organisasi Cendekiawan

Ia juga mengatakan, peresmian Pusat Peragaan Iptek yang dirangkaikan dengan pembukaan Seminar Nasional Budaya Bangsa,mengungkapkan makna yang sangat dalam mengenai pentingnya bangsa Indonesia untuk mengembangkan iptek yang didukung oleh budaya seluruh bangsa. Seminar Nasional Budaya Bangsa, yang berlangsung dua hari (10-11November), diselenggarakan oleh lima organisasi cendekiawan yang berasaskan Pancasila dan bernafaskan keagamaan, yaitu Fonun Cendekiawan Hindu Indonesia (FCHI), Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI) dan Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI).

“Bagi bangsa kita yang telah berhasil memantapkan wawasan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam segenap sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kesadaran iptek itu sendiri berkaitan erat dengan akar budaya masyarakat Indonesia yang dikenal religius,”kata Habibie.

Atas dasar itu, jelasnya, tumbuh berkembangnya organisasi cendekiawan di kalangan masyarakat  lima agama di Indonesia, mencerminkan kesadaran bangsa Indonesia bahwa perkembangan iptek perlu didampingi secara komplementer dengan peningkatan kesadaran iman dan taqwa seluruh bangsa Indonesia. Habibie yang juga Ketua Umum ICMI mengatakan kerjasama kelima organisasi cendekiawan itu menyelenggarakan Seminar Nasional Budaya Bangsa, memperlihatkan semangat para cendekia Indonesia untuk menyatukan langkah dan potensi bagi kemajuan bangsa.

“Perbedaan agama, kebhinekaan latar belakang budaya dan keragaman profesi dan keahlian, justru menjadi mozaik yang indah, yang apabila berhasil dirajut dalam suasana kerjasama akan dapat melahirkan kekuatan kebangsaan kita yang dahsyat, dalam membangun peradaban Indonesia yang maju dan mandiri di masa depan,” katanya. (TZ-PU 16/21 :3011O-ll-95/B/DN03/ 10/ 11/95 21 :57/RU2)

Sumber : ANTARA (I0/11/995)

_____________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 614-615.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.