HARI KESAKTIAN PANTJASILA DIPERINGATI DENGAN PENUH KEHENINGAN

HARI KESAKTIAN PANTJASILA DIPERINGATI DENGAN PENUH KEHENINGAN [1]

 

Djakarta, Kompas

Upatjara chidmat jang dipimpin sendiri oleh Presiden Soeharto berlangsung kurang dari 30 menit tanpa atjara pidato2 Mukadimah Undang2 Dasar’ 45 telah dibatjakan oleh Sekretaris Negara Majdjen Alamsjah. Disusul dengan pembacaan pantjasila oleh Wk. Ketua MPRS Melanthon Siregar jang mewakili Djend Nasution jang berhalangan hadir karena kesehatannja terganggu. Sesudah itu dibatjakan Ikrar Kebulatan Tekad dan ketua DPR-DR A. S jaichu, atjara diachiri dengan doa jang dipandjatkan oleh Menteri Agama KHA  Dahlan.

Hadir dalam atjara peringatan di Lubang Buaja itu para menteri, atase2 militer asing, para pedjabat Hankam. Dari keluarga para pahlawan, tampak ibu Harjono, Ibu Pandjaitan, masing2 membawa puteri. Kelihatan pula kakak perempuan alm. Kapten anumerta Piere Tendean.

Ikrar Kebulatan Tekad

Adapun Ikrar Kebulatan Tekad jang dibatjakan oleh Ketua DPR-GR itu berbunji sebagai berikut:

Dengan ridho Tuhan Jang Maha Esa, kami jang melakukan uptjara ini menjadi sepenuhnja:

  • bahwa pada tanggal 1 oktober 1965 teljadi coup terhadap pemerintah RI jang sjah jang dilantjarkan oleh PKI dengan G-30-S/PKI nja jang mengakibatkan timbulnja tragedi nasional dengan ditandai gugurnja pahwalan2 revolusi dengan kedjam dan kedji diluar batas2 perikemanusiaan.
  • bahwa tragedi nasional tersebut dimungkinan oleh kelengahan, kekurangwaspadaan dan adanja kegiatan pimpinan PKI jang sengadja menghasut sebagian rakjat Indonesia dalam usahanja menumbangkan Pantjasila.
  • bahwa kebenaran dan keadilan adalah sendi perikehidupan manusia jang harus didjunjung tinggi, dipertahankan dan ditegak hormati.

Maka dihadapan Tuhan Jang Maha Esa dalam memperingati Para Pahlawan Kusuma Bangsa jang telah membasahi persada Ibu Pertiwi dengan bagaikan amanat perdjuangan bagi kita sekalian, kami membulatkan tekad untuk mempertahankan dan mengamankan Pantjasila sebagai sumber kekuatan dalam perdjuangan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan demi terlaksananja amanat penderitaan rakjat.

Nopember: ke-7 Patung Selesai

Selesai upatjara, Presiden diiringi hadirin mengundjungi Monumen. Para keluarga pahwalan, terutama Ibu Harjono dan Ibu Pandjaitan tak dapat menahan airmata ketika mereka mendjenguk sumur Lubang Buaja jang kini dinaungi dengan tjungkup, tetapi keadaannja tetap seperti dulu.

Majdjen Soedjono selaku putra pelaksana projek Monumen Pahlawan Revolusi mendjelaskan, bahwa pembangunan monumen telah dimulai sedjak tahun 1965 dan dilakukan diatas tanah seluas 5 ha.

Adapun mengenai 7 patung pahlawan revolusi jang dikerdjakan ASRI Jogya dinjatakan, bahwa keseluruhan patung itu akan selesai pada bulan Nopember. Kini patung sedang selesai. Jang belum siap adalah patung alm Djen Yani, Djen Pandjaitan dan Piere Tendean. Menurut rentjana benda2 itu akan diletakan diatas salah sebab sumur maut. (DTS)

Sumber: KOMPAS (01/10/1970)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 527-528.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.