HUBUNGAN BAlK INDONESIA – VENEZUELA PERLU DIISI
Karakas, Antara
Indonesia dan Venezuela membuka hubungan diplomatik 10 oktober 1959. Sejak itu hubungan kedua negara selalu berjalan baik, namun keakrabannya lebih banyak terlihat di forum-forum multilateral saja. Karana itu kunjungan Presiden Soeharto di Karakas, ibukota Venezuela 24- 26 November ini dinilai sebagai kesempatan yang baik untuk mengakrabkan hubungan kedua negara dengan kerjasama yang lebin nyata, terutama di bidang ekonomi dan perdagangan.
Sebagai anggota Organisasi Negeri Pengekspor Minyak (OPEC), Indonesia dan Venezuela sangat aktif menjaga kekompakan organisasi itu. Keduanya bersikap moderat dalam masalah penentuan harga minyak.
Kedua Negara juga sama-sama merasakan akibat harga minyak yang terlalu tinggi dan kemudian anjlog drastis pada awal tahtm 1980-an.
Akibatnya, mereka menanggung beban hutang yang besar. Hanya bedanya Indonesia tidak termasuk dalam kelompok negara yang sangat terbelit hutang seperti Venezuela.
Dari pengalaman itu pula kedua negara berupaya memperbaharui perekonomiannya dengan deregulasi, diversifikasi dan liberalisasi. Kini keduanya sudah memperoleh hasil upaya itu. Namun disadari upaya pembaharuan ekonomi di dalam negeri tidak cukup bila tidak diimbangi dengan perbaikan lingkungan ekonomi internasional yang masih menguntungkan negara maju. Karena itu kedua negara di berbagai forum multilateral aktif menyuarakan hal itu.
Dalam isu-isu internasional lainnya Indonesia dan Venezuela juga selalu sejalan dan aktif memperjuangkannya baik lewat Kelompok-77 (negara berkembang) maupun Gerakan NonBiok.
Di PBB,kedua negara sering menjadi pemrakarsa bersama resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB. Dalam masalah Timor Timur, Venezuela mengambil sikap “abstein” dalam pemungutan suara terakhir tahun 1982 di Majelis Umum PBB.
Kerjasama
Beberapa kalangan di Karakas melihat sudah waktunya kedua Negara meningkatkan kerjasama bilateral, terutama di bidang teknik, ekonomi dan perdagangan. Venezuela menyatakan keinginannya untuk mendapatkan tenaga ahli Indonesia khususnya di bidang pertanian padi. Sedangkan Indonesia menurut keterangan ,berminat mendapatkan kesempatan latihan bagi tenaga kerjanya di bidang industri aluminum.
Di bidang pardagangan, hubungannya belum ada yang bersifat langsung, masih melalui Hongkong, Jepang dan Singapura. Nilainyapun belum besar dibandingkan dengan potensi yang dimiliki kedua negara.
Komoditi Indonesia yang masuk Venezuela ialah karet, alat-alat dan bahan-bahan kesehatan, barang seni dan kerajinan serta pakaian jadi. Menurut Drs. Gede Putu Arcisme dari KBRI Karakas, akhir-akhir ini sudah terlihat di beberapa toko bahan makanan, tingting jahe buatan Indonesia.
Ekspor Venezuela ke Indonesia terutama besi plat, penbangkit tenaga non listrik, dan gelas. Aktivitas keluar masuk barang antara kedua negara itu sampai saat ini belum stabil, karena tidak adanya hubungan dagang langsung dan hubungan kapal di antara kedua negara tersebut.
Menurut catatan pada ICE (Institute Commercial Exterior), lembaga perdagangan luar negeri di Karakas pada tahun 1989 surplus dagang berada pada Indonesia sebesar 7.616 juta dolar AS.
Jadi Jembatan
Beberapa pihak di Karakas mengungkapkan kemudahan yang bisa diperoleh dalam kerjasama dagang dengan Venezuela, di antaranya Venezuela dapat menjadi jembatan untuk memasuki beberapa Negara Amerika Latin yang lain.
Venezuela sekarang berada di pusat wilayah yang sedang melakukan integrasi ekonomi. Bersama Bolivia, Kolombia, Ecuador dan Peru telah membentuk Pakta Andrean untuk persetujuan pasar bebas.
Karena Venezuela memiliki prasarana yang paling baik diantara kelima negara itu, dan mempunyai sumber energi yang besar dan murah, maka Venezuela tampaknya akan menjadi pusat kegiatan pasar bebas.
Dengan jumlah penduduk 92 juta jiwa pasar bebas Pakta Andrean merupakan pasar yang tidak kecil. Yang paling penting sekarang menurut mereka,harus ada saling mengenal antara pengusaha Indonesia dan Venezuela. (SA)
Sumber : ANTARA (22/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 209-210.