HUBUNGAN EKONOMI INDONESIA-TUNISIA

HUBUNGAN EKONOMI INDONESIATUNISIA[1]

 

Jakarta, Media Indonesia

DALAM rangka menghadiri pertemuan tidak resmi para kepala pemerintahan APEC (Asia Pasific Economic Cooperattion) di Seattle AS-19-20 Nopember 1993, dalam kunjungan kenegaraan yang dilakukan Presiden Soeharto kali ini, terdapat tiga negara, yakni Tunisia, AS dan Iran. Di antara ketiga negara tersebut, Tunisia merupakan negara pertama yang akan dikunjungi selama tiga hari, untuk memenuhi undangan Presiden Tunisia baik semasa Habib Bourghiba maupun Ben Ali, saat ini. Sebagaimana diungkapkan Mensesneg Moerdiono kepada pers, kunjungan kenegaraan ke Tunisia juga akan dimanfaatkan untuk melihat potensi-potensi yang ada, terutama di bidang perdagangan. (Media Indonesia, 11/11/ 1993).

Sehubungan dengan kunjungan penting tersebut, berikut ini hendak ditelaah kondisi hubungan antara Indonesia dengan Tunisia, terutama dalam hubungan ekonomi. Karena bila meningkat hubungan ekonomi dengan Tunisia dari kondisi selama ini, dapat merupakan babakan baru lagi dalam rangka perluasan pasar atas negara tujuan ekspor.

Strategis

Tunisia memiliki wilayah yang strategis, karena terletak di bagian ujung utara benua Afrika. Negara ini bertetangga dengan Aljazair dan Libya (di kawasan Timur Tengah) dan juga berbatasan dengan ltalia, Spanyol, Swiss Perancis, dimana Laut Mediteranean (Tengah) merupakan perbatasannya dengan kawasan Eropa. Luas wilayahnya sekitar 185.150 km-hampir sama dengan luas Sulawesi dengan jumlah penduduk sekitar 8.5 juta jiwa.

Negara ini merupakan bekas jajahan Perancis dengan sifat protektor. Perancis melepaskan hak keprotektoratn ya pada 20 Maret 1956, dan sekaligus hari kemerdekaan bagi Tunisia. Sebelum kemerdekaannya ini sebenarnya Indonesia telah mempunyai hubungan, yang diperlihatkan dengan dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Tunisia untuk memperoleh kemerdekaannya.

Tunisia termasuk sebagai negara agraris, dengan berbagai mata dagangan utama, yang telah mampu menerobos pasar di berbagai negara. Sebagai ciri negara kawasan Timur Tengah, negara ini juga termasuk penghasil/produsen kurma, yang diekspor ke berbagai negara.

Beberapa jenis kurma yang diproduksi yang bermutu tinggi di pasaran internasional seperti jenis Deglet Nour-yang dikenal sebagai “Tunis Dates”-sejak tahun 1870. Dari kurma ini saja, bisa diperoleh devisa senilai US.$ 46,4 juta pada periode 1992/1993 lalu.

Di samping terkenal dengan kurmanya, dengan keindahan alam dan letak strategisnya, telah membuat Tunisia termasuk sebagai salah satu daerah tujuan wisatawan di dunia. Kunjungan wisatawan ke negara ini sekitar 4 juta orang per tahun, sehingga perolehan pendapatan dari wisata memberikan devisa sekitar US$ 1 miliar per tahun.

Dengan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang ada, telah mampu membuat Tunisia sebagai negara yang berpenghasilan baik, yakni dengan pendapatan per kapita sebesar USS 1.500 per tahun. Bahkan penghasilan ini telah pula mempengaruhi struktur masyarakat ke arab yang menggembirakan, dimana sudah mengarah kepada peningkatan jumlah masyarakat menengah, yang jumlahnya sekitar setengah dari jurnlah penduduknya.

Hubungan ekonomi

Tunisia menganut sistem ekonomi pasar dan juga menerapkan prinsip perdagangan bebas (free trade) tanpa pembatasan masuknya berbagai jenis mata dagangan, khususnya bahan baku, produk semi manufaktur maupun suku cadang yang dibutuhkan oleh industri dornestik. Dengan sistem ini,Tunisia memberlakukannya dengan berbagai kebijakan seperti pola swastanisasi perusahaan umum, penurunan tarif bea masuk barang, penyediaan kawasan bebas (free zones) serta kemudahan lainnya.

Sebagaimana dikemukakan bahwa Indonesia sebenamya telah lama menjalin hubungan dengan Tunisia termasuk hubungan ekonomi. Berbagai mata dagangan kita telah dapat memasuki pasar Tunisia, demikian juga dengan berbagai mata dagangan negara tersebut telah masuk ke Indonesia. Namun belum memberikan nilai yang diharapkan bagi pengembangan pasar kedua negara, karena nilainya cenderung masih kecil. Di samping itu juga belurn diperoleh keseimbangan nilai perdagangan antara kedua negara. Hal ini dapat dilihat dalam neraca perdagangan berikut:

Tabel: Neraca Perdagangan Indonesia-Tunisia, 1989-1992 (dalam US$)

 

Tahun Ekspor Impor Neraca
 

1989

 

8.430.617

 

49.107.490

 

40.676.873

1990 1.443.835 26.030.255 24.586.420
1991 1.973.236 22.132:538 20.159.302
1992 2.112.098 19.611.177 17.499.079

 

Dari tabel di atas terlihat bahwa baiknilai ekspor walaupun impor yang nilainya masih rendah, cenderung mengalami penurunan. Untuk tahun 1989 ekspor ke Tunisia kontribusinya terhadap total ekspor Indonesia hanya sekitar 0.060%, kemudian menurun tahun 1990 (0.009%), 1991 (0.007%) dan 1992 (0.10%). Sedangkan impor dari Tunisia juga masih rendah dibandingkan dengan total impor kita, yakni 1989 sebesar 0,33%, 1990 (0.13%), 1991(0.09%), dan 1992 (0.06%). Penurunan nilai ekspor-impor ini memberikan indikasi bahwa kedua negara sama-sama merasakan resesi ekonomi di penghujung dekade delapan puluhan lalu, sehingga mempengaruhi telah perdagangan internasionalnya.

Dalam hal neraca perdagangan kedua negara, Indonesia kelihatannya cenderung masih mengalarni defisit. Dari angka neraca, defisit terbesar dalam empat tahun terakhir ini adalah tahun 1989 sebesar US$ 40.6 juta, namun terns menurun hingga tahun 1992 lalu defisit perdagangan ini diperkirakan sekitar USS 17.5juta. Terjadinya defisit perdagangan ini karena nilai ekspor kita peningkatannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai impor. Beberapa indikasi menunjukkan bahwa mengecilnya nilai ekspor kita ke Tunisia, karena kurang berminatnya pengusaha Indonesia untuk mencari pasar ke Tunisia, sedangkan sebaliknya pengusaha Tunisia cenderung agresif mencari pasar serta memperkenalkan berbagai produknya, seperti dengan pameran atau kunjungan langsung.

Dilihat dari jenis mata dagangan, maka ekspor Indonesia masih lebih banyak, namun demikian nilainya cenderung lebih kecil bahkan ada yang mengalami penurunan malahan terhenti sama sekali. Sedangkan mata dagangan impor dari Tunisia, yang terbesar serta pemicu besarnya nilai impor adalah pupuk, khususnya TSP (triple super phosphate). Ini terjadi karena Tunisia tidak menjual pupuk dalam volume kecil, yang merupakan persyaratan dalamjual beli pupuk. Masih sedikitnya volume maupun nilai serta jenis mata dagangan yang ditransaksikan kedua negara, tidak tertutup kemungkinan karena letak masing-masing negara yang sangat jauh.

Adapun mata dagangan (komoditas) utama dalam perdagangan kedua negara, yakni baik yang diekspor Indonesia ke Tunisia maupun sebaliknya yang diimpor, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel: Mata Dagangan Utama Ekspor-Impor

 

 

Ekspor

 

Impor

 

coffee

splces

feedingstuff animals

tobacco

fixed vegetables

paper

fabrics

womenscoat

fertilizer

inorganic chemicals

pumps

electric

telecommnication equipment

 

Sedangkan dalam bidang investasi, cenderung kedua negara masih pasif untuk menanamkan modalnya. Hanya Indonesia yang barn melakukan investasi, yakni oleh PT. Texmaco Jaya, sebuah industri tekstil. Namun demikian ada indikasi bahwa Tunisia juga dalam waktu dekat akan mencoba melakukan investasi di Indonesia.

Peningkatan  Hubungan

Ditilik mengenai potensi ekonomi yang ada di Tunisia, ternyata sangat baik, yang indikasinya terlihat dari sistem ekonomi pasar dan perdagangan bebas yang diterapkan. Disamping itu pengembangan usaha dan Industri di negara tersebut ternyata sangat membutuhkan berbagai produk seperti bahan baku, bahan setengahjadi serta suku cadang.

Menurut kalangan bisnis di Indonesia, masalah yang dihadapi dalam berhubungan dagang dengan Tunisia ini adalah masih kurangnya informasi yang diperlukan kedua belah pihak, disamping jarak yangjauh antar kedua negara. Untuk ini, Dubes Tunisia untuk Indonesia Mohamed Gerib, telah mengajukan tiga usul untuk mengembangkan bisnis kedua negara, yakni pertama, saling mengadakan kunjungan misi perdagangan dari kedua belah pihak. Kedua, saling tukar menukar informasi bisnis (trade informa­tion) antara kamar dagang dan industri kedua negara. Dan ketiga, menyelenggarakan pameran  dagang secara langsung (Business News, 22/3/1993).

Diharapkan dari kunjungan Kepala Negara ke Tunisia ini bisa lebih meningkatkan dan memperkokoh hubungan ekonomi kedua negara ke arah yang konstruktif. Sehingga potensi yang ada di kedua negara dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk ini, tindak lanjut berikutnya tentu ada di tangan para pengusaha kita dalam rangka pengembangan  dan perluasan pasar.

Sumber: MEDIA INDONESIA (23/11/1993)

________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 396-400

.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.