IDELISME TANPA BERPIDJAK PADA REALITA LAMUNAN KOSONG TANPA WUDJUD

IDELISME TANPA BERPIDJAK PADA REALITA

LAMUNAN KOSONG TANPA WUDJUD [1]

 

Djakarta, Berita Yudha

Pada upatiara penganugerahan pandji2 kepada Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional) kemarin pagi Presiden Soeharto minta perhatian tjara pendekatan dan pemetjahan masalah pembangunan di Indonesia umumnja, chususnja dalam persiapan pelaksanaan pembangunan lima tahun jad. Berkata Presiden bahwa pendekatan itu harus realistis dan pragmatis, mampu kita laksanakan dan ada hasil2nja jang terasa langsung oleh rakjat.

Kita harus pelihara dan laksanakan sebaik2nja pemaduan setjara tepat dari realisme dan idealisme tsb. Karena idealisme tanpa berpidjak pada realita sama dengan lamunan kosong tanpa wudjud. Sebaliknja terpaku kepada realitas2 jang pahit sadja tanpa dorongan idealisme dapat membuat kita putus asa.

Pada awal amanatnja dihadapan Ketua MPRS Djend. Nasution, beberapa ment. angg. Kab. Pembangunan, Care-taker Gub. Lemhanas, anggota staf, guru besar, dosen dan karyawan Lembaga tsb. Presiden Soeharto menekankan keharusan dari Lemhanas untuk seperti aparatur negara lainnja menaruh segala perhatian pada tugas2 mendesak nasional dewasa ini persiapan dan pelaksanaan pembangunan lima tahun jad. Lemhanas wadjib memberikan pandangan2 dan pertimbangan2 tentang pembangunan lima tahun tsb. Oleh karena Pelita merupakan salah satu bagian jang penting dalam rangka mewudjudkan ketahanan nasional. Lemhanas sebagai satu lembaga jang bersifat ilmiah dengan peserta2nja terdiri dari pedjabat2 tinggi ABRI dan sipil mempunjai keuntungan2 jang dapat melihat segala persoalan setiara objektif, ilmiah dan sangat luas.

Upatjara jang bertempat di gedung Lemhanas Djl. Kebon Sirih kemarin pagi dimulai dgn upatjara militer di mana Presiden bertindak sebagai Inspektur upatjara.

Kemudian dilandjutkan dgn. penganugerahan pandji2 operasi Lemhanas jang diberi nama Bunga Serodja Dharma kepada care-taker Gubernur Lemhanas Laksda Udara I.S. Wirjosaputro. Penganugerahan tersebut menurut Kepala Negara adalah atas pertimbangan untuk membina serta mempertebal Kode Kehormatan dan Djiwa Korps dan segenap mereka jang bernaung di bawah pandji2 tsb. Djuga penganugerahan itu merupakan manifestasi penting dari penilaian dan penghargaan Negara kepada lembaga tsb terutama mengenai arti, fungsi dan tugas pokok Lemhanas bagi bangsa dan Negara. (DTS)

Sumber: BERITA YUDHA (26/07/1968)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 63.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.