Tadjuk rencana
IDEOLOGI DAN TEKNOKRASI [1]
Djakarta, Kompas
Dalam kampanjenja lewat televisi, M. Isnaeni Pd Ketua Umum PNI menegaskan untuk pembangunan diperlukan bukan hanja teknokrasi tapi djuga ideologi. Kita sependapat pembangunan bertudjuan mengangkat martabat manusia. Untuk tidak menjimpang dari aspirasi dan martabat manusia, maka dibutuhkan pandangan hidup jang tepat menangani manusia diperlukan ideologi.
Dalam ikatan negara, dalam ikatan masjarakat, manusia tidak sendirian membangun, melainkan bersama2. Maka diperlukan ideologi negara, ideologi dalam bermasjarakat negara.
Setjara konstitusionil, itu sudah kita miliki, Pantjasila seperti jang terurai dalam pembukaan Undang2 Dasar 1945.
Pantjasila ini kita terima, bukan hanja karena setjara efektif ia merupakan ideologi paling tangguh untuk bangsa Indonesia Tapi setjara individuilpun, Pantjasila memenuhi aspirasi2 manusia setjara lengkap, termasuk misalnja aspirasi beragam setjara bebas dan beradab.
Mengapa kini ada arus deideologi? Ini harus djelas, maksudnja bukan deideologisasi negara, melainkan deideologisasi organisasi2 politik dari ideologi kelompoknja, dari berbagai eksklusif.
Bahkan lebih lunak dari itu, Paling sedikit dalam tahap sekarang, bukan untuk menghapuskan ideologi golongan. Tetapi untuk merubah orientasi dari ideologi2 golongan. Bukan lagi dikonsentrasikan pada ideologi2 golongan itu belaka, tapi dioerintasikan pada program pembangunan bersama.
Mengapa timbul arus yang menekan program? Ada dua segi. Selama 25 tahun, ada periode2 dimana ideologi negara Pantjasila amat ditondjolkan setjara dogmatis. Fungsinja ada, jaitu memberikan identifikasi bangsa.
Tetapi, ideologi bukan hanja itu fungsinja. la djuga harus berfungsi menggerakan pembangunan, disamping memberikan arah. Maka idelogi itu harus diuraikan dalam program2 pembangunan. Bukan hanja diuraikan, melainkan dilaksanakan. Ini memerlukan kemampuan dan ketjakapan. Memerlukan teknologi.
Tanpa diuraikan dalam program jang setjara bertahap dilaksanakan dengan kongkrit dan membawa perbaikan njata bagi kehidupan orang banjak. Ideologi mendjadi Djumat jang mandul.
Sekarang ini masanja, ideologi nasional itu diuraikan dalam program, dilaksanakan setjara bertahap dan mulai menampakkan hasil2nja jang kongkrit. Karena tekanan pada program, maka menondjollah segi ini. Orientasi program itu djuga perlu ditondjolkan sebagai rekasi terhadap periode, dimana periode ideologi hanja berfungsi setjara doktriner belaka.
Penondjolan program djuga diperlukan sebagai usaha memperlunak ataupun menjalurkan potensi konflik berbagai ideologi eksklusif dalam kelompok2 politik. Atau lebih tepat mempositifkan berbagai ideologi politik eksklusif jang masih menjemangati organisasi2 politik di negeri kita.
Program dan teknokrasi menondjol djuga oleh perkembangan masjarakat Indonesia sendiri. Kebutuhan mendesak kini adalah perbaikan nasib rakjat banjak. Ini hanja bisa diwudjudkan dengan pembangunan.
Pembangunan disamping prasarana dan kepemimpinan politik, djuga memerlukan ketjakapan, keahlian, teknologi. Keperluan akan ketjakapan dan teknologi itu mendesak2, sebab kita tidak hanja dihadapkan pada kebutuhan rakjat banjak tapi djuga dengan kemadjuan negara2 lain di sekeliling kita.
Pembangunan disamping prasarana dan kepemimpinan politik, djuga memerlukan ketjakapan, keahlian, teknologi. Keperluan akan ketjakapan dan teknologi itu mendesak2, sebab kita tidak hanja dihadapkan pada kebutuhan rakjat banjak tapi djuga dengan kemadjuan negara2 lain di sekeliling kita.
Orientasi pada program dengan demikian memang tidak berarti deideologisasi tapi mengkreatifkan ideologi Pantjasila untuk mewudjudkan kesedjahteraan rakjat banjak setjara bertahap tapi pasti. Itulah proses jg sedang tetjadi jang harus ditanggapi setjara sadar, sistematis dan terencana. (DTS)
Sumber: KOMPAS (15/05/1971)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 721-722.