INDONESIA BERSWASEMBADA DALAM PENYEDIAAN POLIESTER

HM Soeharto dalam berita

PRESIDEN:

INDONESIA BERSWASEMBADA DALAM PENYEDIAAN POLIESTER [1]

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto menyatakan Indonesia sejak tanggal 29 Oktober 1977 berswasembada dalam penyediaan poliester, bahan penting sandang, setelah ia meresmikan beroperasinya pabrik serat sintetis “PT Tifico” di Tangerang hari itu juga.

Dengan diresmikannya pabrik yang menghasilkan 28.000 ton poliester setahun itu, produksi poliester Indonesia meningkat menjadi 48.000 ton, sedangkan kebutuhan dalam negeri hanya berjumlah sekitar 45.000 ton setahun.

Kepala Negara dalam sambutannya mengatakan, sekalipun sekarang kebutuhan poliester telah dapat dicukupi, namun kebutuhan jenis-jenis serat sintetis lain seperti nilon, rayon dan lain2nya masih cukup banyak.

Malahan, katanya melanjutkan, Indonesia masih harus mengimpor serat2 sintetis dari jenis tersebut, sekalipun bahan baku bagi pembuatan serat sintetis itu, terutama minyak bumi, banyak tersedia di Indonesia.

Oleh karena itu, Presiden mengingatkan bahwa masa depan industri serat sintetis di Indonesia masih sangat baik.

“Kita masih harus berusaha agar keseluruhan kebutuhan serat sintetis itu dapat kita penuhi sendiri, malahan, kalau mungkin nanti kita akan mengekspornya,” katanya menegaskan.

Presiden mengharapkan industri serta sintetis yang sering berperanan sebagai pelopor perindustrian petrokimia dapat lebih mengembangkan industri petrokimia, penghasil bahan baku serta sintetis, dapat berkembang lebih pesat dalam Repelita III nanti.

Pembangunan Serba Muka

Presiden Soeharto mengingatkan bahwa pembangunan yang dilakukan pemerintah sekarang ini bersifat serba muka, artinya menggarap berbagai segi kehidupan, yang tujuannya adalah untuk kebahagiaan hidup lahir bathin dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial.

“Ya, pembangunan ekonomi, ya pembangunan politik, ya pembangunan sosial budaya, ya pembangunan keagamaan, ya pembangunan pertahanan keamanan. Pendeknya, pembangunan lahir bathin,” katanya tegas.

Oleh karena itu ia mengingatkan

“Jangan ada diantara kita yang mengira, bahwa selama ini kita tidak berbuat apa2. Jangan ada di antara kita yang salah penglihatan, bahwa pembangunan sekarang seolah-olah hanya pembangunan ekonomi saja”.

Kepala Negara minta hakekat pembangunan Indonesia itu disadari sepenuhnya oleh dunia swasta, dunia industri dan juga para penanam modal asing seperti yang telah termaktub dalam Undang2 Penanaman Modal Asing.

“Ini berarti bahwa penanaman modal asing di sini harus dapat menyesuaikan diri dengan strategi, tujuan dan aspirasi2 pembangunan rakyat Indonesia”.

Sebagai contoh, ia mengemukakan pembangunan pabrik serta sintetis itu, sekalipun bergerak dalam bidang sandang, harus bisa membangkitkan gerak pembangunan di sektor lain.

PT Tifico yang memerlukan penanaman modal sebesar US $ 145 juta dari Jepang itu diresmikan oleh Presiden bersama2 dengan PT Pamindo, yang memproduksi mesin2 industri, yang terletak di sampingnya.

Sumbangan Untuk Jawa Barat

Selesai upacara peresmian Ny. Tien Soeharto menerima sumbangan sebesar Rp 10 juta untuk kegiatan sosial di Jawa Barat dari Ny. Ohya, isteri Presiden Teijin Limited, pemegang utama saham PT Tifico.

Sumbangan itu oleh Ibu Negara kemudian diteruskan kepada Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi.

Kunaefi dalam sambutannya mengatakan bahwa PT Tifico merupakan pabrik serat sintetis yang keempat di Indonesia, yang secara berkebetulan letaknya di Jawa Barat semua.

Pabrik yang memerlukan penanaman modal sebesar US $ 145 juta itu mulai dibangun pada tanggal 15 Juli 1973.

Ohya dalam sambutannya mengemukakan bahwa selesainya pembangunan pabrik itu telah mencerminkan adanya hubungan yang semakin erat antara Jepang dan Indonesia.

Hubungan yang makin erat antara kedua bangsa itu juga dilambangkan oleh dua orang anak2 laki2 yang memakai pakaian adat Sunda dan dua orang gadis Jepang dalam pakaian adat Jepang. Keempat anak tadi bertugas menyerahkan pena yang akan dipergunakan Presiden untuk menanda-tangani prasasti dan bunga anggrek kepada Ibu Negara.

Upacara peresmian itu disaksikan Menteri EKUIN Widjojo Nitisastro, Menteri Perindustrian M. Jusuf, Mensesneg Sudharmono, Ditjen Perindustrian Tekstil Ir. H. Syafiun dan pejabat sipil dan militer Jawa Barat. (DTS)

Sumber : ANTARA (29/10/1977)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 484-486.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.