INDONESIA DAN THAILAND CAPAI KESAMAAN PENDAPAT TENTANG PENYELESAIAN KAMBOJA

INDONESIA DAN THAILAND CAPAI KESAMAAN PENDAPAT TENTANG PENYELESAIAN KAMBOJA

Indonesia dan Thailand berkeinginan sarna bahwa penyelesaian masalah Kamboja dilakukan melaIui jaIan politik dan diplomasi dan sama2 berpendapat bahwa kedua negara tidak langsung merupakan pihak dalam sengketa ini karena pada hakekatnya ini merupakan sengketa antara Vietnam dan Kamboja dan secara tidak langsung antara Vietnam dengan RR Cina.

Kesamaan pendapat ini dicapai dalam pembicaraan empat mata antara Presiden Soeharto dan PM Thailand Prem Tinsulanonda, hari Rabu, dan pertemuan antara Menlu Mochtar Kusumaatmadja dengan Menlu Thailand Siddhi Savetsiladi Bangkok yang diadakan dalam rangka kunjungan kerja Presiden RI ke Thailand selama dua hari yang berakhir Kamis.

Mensesneg Sudhannono maupun Menlu Mochtar dalam penjelasan kepada para wartawan di atas pesawat Boeing 707 dalam perjalanan pulang kembali ke Jakarta, Kamis siang, menyatakan, pada hakekatnya antara Indonesia dan Thailand terdapat kesamaan pandangan mengenai hal-hal pokok yang menyangkut penyelesaian masalah Kamboja.

Menlu Mochtar mengakui bahwa antara Indonesia dan Thailand terdapat perbedaan suasana khususnya dalam pendekatan mengenai penyelesaian masalah Kamboja ini. Satu dan lain hal karena letak geografis kedua negara, Thailand berada dekat sekali dengan negara yang bersengketa sedang Indonesia jauh dari negara yang sedang terlibat dalam konflik tersebut.

Namun yang penting adalah dasarpemikiran Indonesia dan Thailand adalah sama. Kedua negara sama2 menginginkan penyelesaian secara damai dan melalui jalan politik.

Mensesneg Sudharmono yang mengawali penjelasan mengenai penjelasan hasil kunjungan tersebut kepada pers mengatakan bahwa dalam pembicaraan empat mata, antara Presiden Soeharto dan PM Prem Tinsulanonda telah dapat dicapai kesamaan pandangan antara kedua pemimpin yang dapat dijadikan modal untuk mengambil langkah lebih lanjut baik dalam hubungan bilateral maupun dalam kerangka ASEAN.

Dalam pembicaraan empat mata itu, antara Presiden dan PM Prem telah dilakukan tukar menukar informasi dan pandangan mengenai masalah2 yang dihadapi yang menyangkut kepentingan kedua belah pihak dan juga dalam kerangka ASEAN.

Pembicaraan itu meliputi masalah2 bilateral yang menyangkut kepentingan kedua negara. Tapi, kata Mensesneg, banyak juga dibicarakan mengenai masalah kawasan yang dekat dengan kawasan ASEAN, khususnya masalah Indocina, lebih khusus lagi masalah Kamboja.

Dengan demikian, meskipun kunjungan Presiden kali ini merupakan kunjungan kerja tetapi dengan adanya pertemuan antara kedua kepala pemerintahan itu secara langsung dan dalam suasana akrab, dapat dicapai saling pengertian dan kesamaan pandangan antara kedua belah pihak.

“Ini sangat bermanfaat bagi kedua negara dan bagi pertumbuhan ASEAN,” kata Sudharmono dengan menambahkan bahwa dengan demikian kunjungan ini telah dapat memenuhi sasaran yang diharapkan.

Tidak Beralasan

Menlu Mochtar dalam pada itu terpisah dengan rekannya Menln Siddhi lebih terperinci mengenai hal2 yang dibicarakan pada tingkat pemerintahan.

Dengan dapat dicapainya kesamaan pandangan antara Indonesia dan Thailand dan dengan diadakannya tukar2 pandangan pada tingkat tinggi itu, Menln Mochtar menyatakan bahwa sama sekali tidak beralasan spekulasi yang menyatakan bahwa terdapat ketidaksamaan pandangan antara negara2 ASEAN, bahkan pertentangan.

Menlu RI dan Thailand sepakat bahwa pertemuan2 tidak hanya pertemuan pada tingkat-tingkat kepala pemerintahan tapi juga tingkat Menlu dan pejabat tinggi sering diadakan, justru untuk menghilangkan salah faham satu hal lebih2 lagi pada saat2 terjadinya perkembangan yang cepat.

Selain melalui saluran diplomatik biasa, saling tukar pandangan dan pendapat ini dapat juga dilakukan dengan cara yang lebih memuaskan yaitu bertemu muka dan mengadakan pembicaraan dengan sejelas-jelasnya dan blak-blakan antara pemimpin dari kedua negara sebagaimana layaknya dua negarara yang bersahabat.

Kabar-kabar seolah-olah ada perbedaan pandangan kalau tidak dihilangkan secara tuntas tentunya tidak baik bagi perkembangan hubungan kedua negara dan pertumbuhan ASEAN, lebih-Iebih lagi menghadapi perkembangan di kawasan terdekat dengan ASEAN.

Hargai Usaha Khmer

Thailand dalam pada itu menjelaskan bahwa pihaknya menghargai usaha-usaha orang-orang Khmer untuk menggalang persatuan di antara mereka. Tapi tidak menyetujui adanya istilah kekuatan ketiga.

Adanya istilah kekuatan ketiga ini di Kamboja akan menambah pihak yang bersengketa. Yang diusahakan adalah penyelesaian. Istilah kekuatan ketiga ini tidak sesuai dengan niat untuk mencari penyelesaian.

Ini dijelaskan Thailand kepada Indonesia, kata Menlu Mochtar yang menambahkan bahwa ASEAN akan mendukung pemerintahan yang sah di Kamboja sebagaimana dinyatakan dalam resolusi PBB.

Thailand Nyatakan Penghargaan

Mengenai masalah hubungan bilateral, Mensesneg menyatakan bahwa Pemerintah Thailand menghargai uluran tangan Indonesia membantu Thailand dengan suplai minyak mentah.

Dalam tahun 1980 Indonesia telah menyuplai minyak mentah 10.000 barel sehari untuk Thailand. Menjelang akhir tahun 1980 Thailand meminta agar suplai itu diteruskan, dan meminta agar suplai itu jika mungkin ditambah dua kali menjadi 20.000 barel.

Indonesia mempertimbangkan hal itu, tapi menambah suplai sebanyak 5.000 barel sehingga sejak awal tabun 1981 menjadi 15.000 barel sehari. Namun Thailand masih menginginkan suplai sebanyak 20.000 barel sehari.

Pihak Indonesia, menurut Mensesneg, masih mempertimbangkan permintaan Thailand tersebut jika sudah ada penambahan produksi, terutama sekali bila eksplorasi bersama Indonesia-Thailand yang sekarang sedang dirundingkan pelaksanaannya berhasil menambah produksi, tentunya sebagian akan diberikan kepada Thailand.

Sudah Waktunya

Ketika ditanya mengenai apakah sudah waktunya bagi Indonesia mengadakan persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Thailand, yang ditanda-tangani Rabu petang, Menlu Mochtar mengatakan bahwa memang sudah waktunya perjanjian itu diadakan, sebab sudah mulai ada pengusaha Thailand yang ingin berusaha di Indonesia dan sebaliknya. Menlu mengatakan, tidak usah ditunggu sampai timbulnya kebutuhan baru diadakan perjanjian yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun untuk merundingkannya

Masalahnya, karena perkembangan pembangunan di Indonesia yang sangat memberikan harapan, juga perkembangan ekonomi Thailand yang terus mengalami peningkatan meskipun ada persoalan2, sudah dapat diramaIkan bahwa hanya soal waktu saja bagi kebutuhan akan persetujuan itu. Lebih2 lagi dengan tambahnya jumlah komoditi yang dibebaskan dan diringankan tarifnya

Dalam menanggapi hal ini harus dilihat perkembangan atau kecenderungan agar jangan sampai ditunggu sampai adanya kebutuhan yang dapat menyebabkan hilangnya keinginan para pengusaha.

Ketika ditanyakan apakah hasil pembicaraan Menlu Siddhi Savetsila, utusan khusus Sekjen PBB Essaaffi, juga disampaikan kepada pihak Indonesia, Menlu Mochtar menyatakan bahwa tidak banyak yang disampaikan. Tapi menarik adalah hasil penibicaraan Essaaffi di Hanoi nantinya karena dia juga akan kembali lagi ke Bangkok.

Tapi Thailand, kata Menlu Mochtar, tentunya tetap berpegang kepada resolusi PBB mengenai penyelesaian masalah Kamboja ini.

Selama berada di Bangkok, Presiden, bersama Menlu Mochtar, Mensesneg Sudharmono Dubes Hasnan Habib juga telah mengadakan kunjungan kehormatan kepada Raja Bhumibhol Adulyadej. Dalam kesempatan itu dibicarakan masalah-masalah yang dihadapi kedua negara, terutama dalam melaksanakan pembangunan.

Rabu malam, Presiden menghadiri jamuan makan malam yang diselenggarakan PM Prem Tinsulanonda dan pada kesempatan itu diadakan tukar-menukar cinderamata. Presiden memberikan ukiran Jepara dan PM Prem menyerahkan kaca dengan bingkai yang diukir.

Kamis pagi, Presiden bersamaPM Prem bermain golf di lapangan golf Angkatan Darat Thailand. Selesai golf Presiden menuju KBRl untuk mengadakan pertemuan kekeluargaan dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di Thailand.

Dari KBRl, Presiden dengan diantar PM Prem Tinsulanonda dan Menlu Siddhi Savetsilla langsung menuju pelabuhan udara Dong Muang dan kurang lebili pukul 12.55 waktu setempat bertolak kembali menuju Jakarta. (DTS)

Jakarta, Antara

Sumber: ANTARA (27/03/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 47-51.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.