INDONESIA DIHADAPKAN PADA USAHA MENGATASI AKIBAT RESESI EKONOMI DUNIA

INDONESIA DIHADAPKAN PADA USAHA MENGATASI AKIBAT RESESI EKONOMI DUNIA

PRESIDEN SOEHARTO :

Presiden Soeharto mengatakan, dalam menjalankan tanggung jawab lima tahun mendatang kita dihadapkan pada usaha-usaha mengatasi akibat resesi ekonomi dunia dengan berusaha memelihara momentum pembangunan.

Karena kalau tidak, kata Presiden, hal itu bukan saja berpengaruh negative terhadap perekonomian dan pembangunan nasional, melainkan juga memberi dampak terhadap ketenangan sosial, kriminalitas, dan stabilisasi nasional.

Hal ini dikemukakan Presiden dalam sambutan tertulis yang dibacakan Menko Ekuin Prof. Ali Wardhana pada pembukaan Kongres IX Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Cipanas, Rabu sore.

Presiden Soeharto selanjutnya mengatakan, ini berarti wawasan dan pemikiran kita dalam menyusun Repelita IV harus melampaui kurun waktu lima tahun mendatang.

"Sebab apa yang akan kita kerjakan dan apa yang tidak kita kerjakan dalam Repelita IV nanti akan menentukan berhasil tidaknya kita tinggal landas dalam Repelita IV untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila di masa jauh ke depan", kata Presiden.

Presiden menilai kongres IX ISEI ini mempunyai arti yang khusus karena berlangsung pada bulan-bulan terakhir bangsa Indonesia menyelesaikan Repelita III, dan bersiap-siap memasuki Repelita IV.

Ditekankannya bahwa dalam rangka pembangunan jangka panjang, Repelita IV merupakan tahap yang sangat strategis peranannya karena seperti ditegaskan dalam GBHN.

"kita harus berjuang keras untuk menciptakan kerangka landasan bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila".

Kerangka landasan yang kita ciptakan dalam Repelita IV tersebut, menurut Presiden, akan dimantapkan lagi dalam Repelita V, hingga dalam Repelita VI bangsa Indonesia dapat tinggal landas melanjutkan pembangunan dengan kekuatan sendiri.

Presiden menegaskan bahwa Repelita IV merupakan babak penting dalam pembangunan bangsa Indonesia karena dalam Repelita IV itu bangsa Indonesia harus dapat menciptakan tiang-tiang kerangka landasan yang memadai, baik di bidang industri maupun di bidang pertanian dan bidang-bidang lainnya.

Presiden menekankan, kesuksesan atau kegagalan bangsa Indonesia nanti setelah mengadakan tinggallandas akan ditentukan oleh sukses atau gagalnya bangsa Indonesia selama Repelita IV untuk menciptakan kerangka landasan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya bagi bangsa dan negaranya.

Dikatakan bahwa dalam menjalankan tanggungjawab yang besar selama lima tahun mendatang, bangsa Indonesia juga menyadari bahwa tahun-tahun itu akan penuh dengan ujian berat dan tantangan besar.

Pengaruh Politik lnternasional

Presiden juga mengatakan bahwa perkembangan lima tahun mendatangjuga tidak akan terlepas dari dampak perkembangan politik internasional.

Sampai sekarang belum ada tanda-tanda meredanya ketegangan Timur-Barat, sebaliknya perlombaan senjata terus berlangsung, yang di samping mengurangi kemampuan umat manusia untuk membangun juga mengandung potensi bagi kehancuran manusia jika adu senjata pemusnah yang dahsyat dan sekarang bertumpuk itu pecah.

Belum ada tanda-tanda munculnya kesadaran baru di kalangan negara industri untuk menangani sungguh-sungguh masalah utara selatan, yang akan menjadi kunci penting perbaikan ekonomi dunia secara menyeluruh, hingga terbuka kesempatan bagi pembangunan dunia yang tertib berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial, kata Presiden.

Di dalam negeri bangsa Indonesia, menurut Kepala Negara, akan menghadapi masalah-masalah yang lebih rumit. Sejalan dengan pembangunan yang telah dapat dicapai sampai sekarang, lima tahun mendatang aspirasi-aspirasi dan keinginan masyarakat Indonesia juga akan meningkat.

"Masalah-masalah sosial ekonomi yang besar menunggu penanganan kita, seperti masalah kesempatan kerja, masalah pendidikan, masalah perumahan, dan masalah kependudukan lainnya", kata Presiden.

Sumbangkan Pemikiran Baru

Ketua Umum ISEI Dr. Arifin M. Siregar dalam pidato pembukaannya mengatakan, selama 28 tahun berdirinya ISEI telah banyak mengalami tantangan baik kepada organisasi maupun anggotanya.

"Sebagai sarjana ekonomi kita dituntut untuk tidak hanya sanggup menguasai serta menggunakan ilmu yang kita pelajari tetapi juga diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran-pemikiran baru demi meningkatkan mutu dan manfaat dari ilmu 4 tersebut", kata Arifin.

Dikatakan, dalam masyarakat yang sedang membangun, sarjana ekonomi di sini tidak dapat hanya bergerak dalam "menara gading" tetapi harus hidup dan bekerja sama dengan masyarakat dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat tersebut.

Oleh karena itu berdasarkan Anggaran Dasar ISEI, salah satu tujuan utama organisasi ini adalah menghimpun sarjana-sarjana ekonomi ke dalam suatu ikatan guna membaktikan diri pada negara, nusa dan bangsa untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Ini berarti, kata Arifin, sarjana ekonomi tidak cukup hanya bertindak sebagai pengamat atau penilai yang pasif mengenai masalah ekonomi pada khususnya dan perkembangan masyarakat pada umumnya.

Mereka diharapkan untuk terjun ke lapangan guna turut secara aktif membangun Negara dan ini merupakan tantangan yang menarik bagi para sarjana ekonomi dan mengharuskan mereka mengabdikan ilmunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang prioritasnya sering mengalami perubahan, demikian Ketua Umum ISEI

Diikuti 250 peserta

Menurut panitia penyelenggara, Kongres IX ISEI ini akan berlangsung dari 27 Juli sampai 30 Juli 1983.

Kongres kali ini diikuti 250 peserta yang datang dari 16 cabang di daerah-daerah. Selama Kongres akan dibahas sekitar 25 makalah.

Hadir pada pembukaan Kongres IX tersebut para sesepuh dan bekas ketua­ketua ISEI seperti Prof. Moh. Sadli, Prof. Dr. Sarbini, Prof. Sumitro Djojohadikusumo, Dr. Pang Lay Kim, dan tidak ketinggalan Menteri Pertambangan dan Energi Prof. Dr. Subroto dan Ketua Bappenas Dr. Sumarlin. (RA)

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (28/07/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 303-306.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.