INDONESIA SESALKAN SIKAP SEJUMLAH NEGARA TENTANG PERISTIWA TIMTIM
Karakas, Pelita
Indonesia menyesalkan adanya pernyataan dan sikap sejumlah negara yang terlalu terburu-buru memberikan penilaian mengenai Peristiwa 12 November di Dili, Timor Timur.
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Menlu Ali Alatas dan Mensesneg Moerdiono kepada para wartawan Indonesia di Karakas, Venezuela, Senin petang (Selasa 26/11 subuh WIB), di tengah kesibukan persiapan Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok 15 yang akan dibuka Rabu 27/11 petang (Kamis dinihari WIB).
Wartawan Pelita H. Azkarmin Zaini melaporkan dari Karakas semalam bahwa Menlu Ali Alatas menyatakan, seyogianya penentuan sikap semacam itu menunggu dulu kesimpulan Komisi Penyelidik Nasional, tidak hanya atas dasar pemberitaan pers internasional saja, yang sering membesar-besarkan dan tidak atas dasar kenyataan sebenarnya.
Mengenai reaksi-reaksi keras dari Belanda, Amerika Serikat dan Kanada atas Peristiwa Dili tersebut Menlu Ali Alatas mengungkapkan,ia memang sudah mendapat laporan dari KBRI Den Haag maupun sumber-sumber di Jakarta, sehingga sudah mengetahui faktanya.
Faktanya adalah, demikian Ali Alatas, Pemerintah Belanda setelah melalui perdebatan di parlemen, untuk sementara menangguhkan dulu pemberian bantuan baru kepada Indonesia. Jadi yang ditangguhkan dulu itu bantuan baru, sedangkan bantuan lama tetap berjalan. Waktunya adalah sampai ada basil penyelidikan internasional.
Sedangkan di AS, ada pernyataan pendapat di Senat, jadi tidak mengikat pemerintah. Di Kanada, demikian Menlu RI, memang ada pertanyaan di parlemen, dan dalam jawa bannya pemerintah menyatakan sedang pikir-pikir tentang tindakan yang akan diambil.
Pada kesempatan yang sama, Mensesneg Moerdiono mengatakan bahwa Presiden dan para menteri yang sedang berada Karakas selalu mengikuti perkembangan di Tanah Air. Kami setiap hari melakukan kontakke Jakarta. Jadi, sekalipun Presiden di luar negeri, beliau selalu mengetahui perkembangan.
“Sikap kita jelas, yaitu ingin agar peristiwa 12 November tersebut diteliti menyeluruh. Presiden telah membentuk Komisi Penyelidik Nasional untuk melihat secara tuntas semua aspeknya.”
Lebih lanjut Moerdiono menegaskan bahwa komisi tersebut betul-betul independen.“Kornisi tersebut,” demikian dikatakan, ketemu Presiden saja tidak,kok. Nanti kalau tugasnya sudah selesai, baru ketemu dengan Presiden. Karena Presiden yang membentuk komisi tersebut, wajar kankalau hasil kerja mereka nanti dilaporkan kepada Presiden. Jangan khawatir, pemerintah sendiri punya kepentingan untuk mengetahui apa yang sebenarnya. Saya jamin komisi ini independent.
Dikatakan, program dan jadwal kerja ditentukan sendiri oleh Komisi. Juga tidak ada target waktu, kapan Komisi hams menyelesaikan tugasnya.
Peristiwa Timtim tersebut, menurut Mensesneg juga ditanyakan oleh Presiden Venezuela dalam pembicaraan empat mata dengan Presiden Soeharto, Senin siang. “Sebagai sahabat, Presiden Soeharto lalu menjelaskan masalah Timor Timur sejak awal integrasi sampai Peristiwa Dili 12 November”, ujarnya.
Tak Akan Minta
Sementara itu, Menhankam LB Moerdani yang juga bertindak selaku Menlu ad Interim mengatakan, Indonesia tidak akan minta bantuan kepada negara yang memutuskan untuk menghentikan bantuannya kepada Indonesia karena terjadinya peristiwa 12 November di Dilli. Penghentian itu adalah hak mereka sepenuhnya.
Saya anggap, negara yang karena peristiwa Timor-Timur itu menghentikan bantuannya adalah hak mereka dan kita tidak akan minta. LB Moerdani juga minta kepada masyarakat Indonesia untuk mempercayakan sepenuhnya kepada Komisi Penyelidik Nasional (KPN). Komisi ini adalah yang paling tinggi terdiri dariunsur-unsur Mahkamah Agung, DPR, DPA, ABRI, Depdagri, Deplu, dan Depkeh.
Pembicaraan Empat Mata
Dalam kunjungan kenegaraannya di Venezuela, Presiden Soeharto Senin siang melakukan pembicaraan empat mata dengan Presiden Carlos Andres Perez. Pembicaraan di Istana Miraflores yang dijadwalkan selama satu jam itu ternyata berlangsung satu sentengah jam lebih.
Mengenai pembicaraan tersebut, Mensesneg mengatakan kedua presiden bertukar pikiran dan pandangan tentang masalah-masalah yang menyangkut kepentingan kedua pihak. Keduanya sepakat bahwa masing-masing pihak memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan bagi kerjasama ekonomi, dan sepakat untuk segera mengambil langkah nyata untuk mewujudkan kerjasama.
Dikatakan, Venezuela mengetahui kemampuan kita dalam bidang pertanian, karena itu mereka mengharapkan kita segera mengirim ahli pertanian ke Venezuela. Sebaiknya, Venezuela menawarkan kepada Indonesia kemampuan mereka dalam
teknologi minyak bumi, khususnya minyak: berat, penemuan atas vaksin untuk penyakit lepra, dan ak:an mengirim tena’ga ahli produksi alumina.
Selain itu, kedua kepala negara juga sepakat mengenai perlunya kedua negara bekerja sama erat memelihara stabilitas harga minyak bumi dan perlunya mengembangkan dialog antara negara produsen dan negara konsumen untuk mencapai tingkat harga yang wajar.
Sementara itu Menko Ekuin dan Wasbang Radius Prawiro menambahkan, sementara kedua kepala negara melakukan pembicaraan, para pejabat tinggi kedua pihak:juga melangsungkan pembicaraan paralel. Pembicaraan diawali dengan saling memberi penjelasan mengenai apa- apa yang sedang dilakukan untuk meningkatkan potensi masing-masing. Dan temyata Venezuela sejak pemerintahan Presiden Carlos Andres Perez juga melakukan langkah-langkah deregulasi, perbaikan sistem perpajak:an dan lain-lain seperti Indonesia, sehingga pengusaha mereka juga bisa lebih maju.
Karena kedua pihak sangat berkeinginan meningkatkan hubungan ekonorni satu sama lain, maka Indonesia dan Venezuela sepakat merumuskan suatu perjanjian hubungan ekonomi dan teknik yang ditandatangani hari Selasa 26/11 oleh para menlu, disaksikan oleh kedua kepala negara.
Politik
Mengenai hubungan bilateral di bidang politik, Menlu Ali Alatas mengatakan, selama ini tidak adalah masalah, bahkan cukup akrab, terutama di forum-forum intemasional. Meskipun demikian, dalam menghadapi dunia yang sedang berubah ini. Indonesia dan Venezuela sepakat untuk lebih meningkatkan lagi kerjasama yang sudah baik itu. Antara lain misalnya akan ada tiga pertemuan penting di mana kepentingan Indonesia maupun Venzuela memerlukan penanganan bersama yang terkoordinasi. Pertemuan tersebut adalah Putaran Uruguay yang kini sedang memasuki tahap penting, Konferensi UNCTAD ke-8 bulan Februari 1992 di Kalagena, Bolivi, serta Konferensi PBB mengenai lingkugan hidup dan pembangunan pada pertengahan tahun depan.
Nyerere dan Boutros Ghali
Presiden Soeharto Senin petang di Karacas Hilton Hotel menerima secara terpisah pemimpin Afrika Julis Nyerere dan Wakil Perdana Menteri Mesir Boutros Ghali, Julus Nyerere, mantan Presiden Tanzania dan ketua Komisi Selatan merupak:an kawan lama Presiden Soeharto. Sebelum menemui Presiden Soeharto, Boutros Boutros Ghali juga menemui Julius Nyerere di hotel yang sama.
Kepada para wartawan seusai menemui Presiden Soeharto, Julius Nyerere mengatakan, negara-negara berkembang sama sekali tidak ingin berkonfrontasi dengan negara maju melainkan bekerja sama.
“Walaupun konfrontasi antara Timur dan Barat sudah mereda, namun hingga saat Ini masih terdapat ketimpangan yang tajam antara negara maju dan negara berkembang. Banyak cara mengatasi kesenjangan tersebut, antara lain dengan mengadakan pertemuan Utara-Selatan membicarakan masalah perdagangan, pengalihan teknologi dan sebagainya.”
Mantan Presiden Tanzania itu berpendapat bahwa jika negara maju tidak mau ikut dalam mengatasi kesenjangan ini, tentu konfrontasi akan ada terus. “Bila kita bicara mengenai konfrontasi, tidak berarti kita minta konfrontasi melainkan bagaimana mengatasi perbedaan-perberdaan yang ada. Kita semua menginginkan suatu dunia yang penuh perdamaian,” katanya, seraya mengutarakan harapan agar KTT G- 15 dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi negara-negara Selatan. Dalam pertemuan dengan Boutros Boutros Ghali, Presiden Soeharto antara lain mengucapkan selamat atas terpilihnya Wakil PM Mesir tersebut sebagai calon Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menggantikan Xavier Perez de Cueller yang akan habis masajabatannya.
Indonesia menyambut gembira terpilihnya Boutros Boutros Ghali sebagai calon Sekjen PBB yang tinggal menunggu pengesahan oleh Sidang Umum. Segera setelah mendengar kabar mengenai hal tersebut, Presiden Soeharto danjuga MenluAli Alatas sudah mengirim kawat ucapan selamat kepadanya.
Selatan-Selatan
Pagi harinya, Presiden Soeharto meletakkan karangan bunga di Panican Nacional, makam pemirnpin Venezuela Simon Bolivar. Makam tersebut terletak di sebuah bangunan bekas gereja, yang pada tahun 1874 diubah fungsinya menjadi semacam mausoleum oleh PresidenAntonio Guzman Blanco.
Bangunan tempat makam tersebut sangat antik, pagunya penuh dengan lukisan wama-wami yang menggambarkan suasana revolusi yang kemudian melahirkan Republik Venezuela ,Tito Salas,yang selesai mengetjakannya pada tahun 1930.Pada dinding bangunan tersebut tersusun patung para pahlawan Venezuela, antara lain Francisco Miratida,Antonio Jose de Sucre, Jenderal Jose Antonio Paez, Jenderal Fafael Urdaneta, Dr. Jose Maria Vargas, Jenderal Santiago Marino, dan lain-lain.
Malamnya, Presiden dan Ny. Tien Soeharto beserta rombongan menghadiri Jamuan santap malam yang diselenggarakan oleh Presiden Venezuela dan Ny. Blanca Rodrigues de Perez di Istana kediaman tuan rumah, La Casona
Dalam pidatonya pada Jamuan tersebut, Presiden Soeharto antara lain menyinggung KTT Kelompok 15 yang akan dibuka hari Rabu.
Sumber : PELITA (27/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 271-275.