INDONESIA SOVYET KURANG KERJASAMA DAGANG
Jakarta, Antara
Indonesia dan Uni Sovyet belum sepenuhnya memanfaatkan potensi yang memungkinkan meningkatnya kerjasama dibidang perdagangan dan ekonomi karena kurangnya informasi dalam hal kemampuan ekspor dan pasar maupun kemampuan ekonomi masing-masing pihak, kata seorang pimpinan Parlemen Uni Sovyet di Jakarta, Kamis.
Pimpinan delegasi Uni Sovyet Tertinggi URSS (parlemen Uni Sovyet), Georgi Tarazevitch, dalam jumpa persnya mengatakan, kesempatan untuk memanfaatkan potensi sepenuhnya itu dapat digunakan oleh organisasi-organisasi perdagangan dan ekonomi luar negeri Uni Sovyet serta para pengusaha Indonesia.
“Paling tidak ini adalah kesan saya dari pembicaraan dengan Menteri Pedagangan Rachmat Saleh,” katanya sambil menambahkan, prospek kerjasama di bidang perdagangan dan ekonomi di antara kedua negara itu sebetulnya cerah bila keduanya memiliki keinginan saling mempelajari lebih seksama.
Delegasi parlemen yang terdiri dari enam orang itu bertemu dengan Menteri Rachmat Saleh Rabu untuk membahas cara-cara mengembangkan dan meningkatkan perdagangan serta hubungan ekonomi antara kedua negara.
Tarazevitch mengatakan, mereka menyinggung masalah perluasan penjualan traktor kepada Indonesia, antara lain buatan kota Minsk, yang setiap tahun memproduksi 105 ribu buah.
Kredit
Mengenai kemungkinan pemberian kredit atau hibah oleh Uni Sovyet kepada Indonesia, Tarazevitch menegaskan bahwa pemberian kredit itu adalah suatu hal yang sering dilakukan dalam kerjasama ekonomi. Dewasa ini, kata Tarazevitch, sedang berlangsung perundingan mengenai syarat-syarat perkreditan Uni Sovyet untuk sejumlah proyek yang kemungkinan dapat didirikan di Indonesia, tanpa memperinci lebih jauh.
Menurut sumber Kantor Penerangan Uni Sovyet di Jakarta, volume perdagangan antara kedua negara tahun 1986 berjumlah 70 juta dolar AS. Di antaranya ekspor Indonesia 65 juta dolar AS dan sisa lima juta dolar adalah nilai impor Indonesia.
“Jenis barang yang diimpor dari Uni Soviet diantaranya kapas, mesin tekstil dan mesin diesel. Sedangkan jenis barang yang diekspor Indonesia meliputi komoditi tradisional seperti teh, karet, Kopi, dan minyak kelapa sawit,”kata sumber itu.
Uni Sovyet awal bulan ini menawarkan kepada Indonesia untuk meluncurkan Palapa ke orbitnya serta melatih para astronot Indonesia bagi serangkaian misi Soviet ke antariksa.
Menlu Mochtar mengatakan setelah kembali dari Amerika Serikat, 25 Mei lalu bahwa ia telah meminta Washington untuk meluncurkan Palapa dengan pesawat ulang alik pada tahun 1989 atau selambatnya tahun 1990.
Undangan untuk Presiden
Tarazevitch mengatakan, Presiden Soeharto telah mempunyai undangan untuk berkunjung ke Uni Soviet demikian juga sejumlah menteri, termasuk Menlu Mochtar Kusumaatmadja.
Kunjungan delegasi Sovyet ini merupakan undangan DPR-RI yang pada bulan Juli-Agustus 1985 mengirimkan delegasinya ke negara itu dipimpin Wakil ketua DPR Hardjanto Sumodisastro. (LS)
Sumber: ANTARA (11/06/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 464-465.