INDONESIA TERBUKA BAGI KERJA SAMA DI LUAR AFTA DAN APEC [1]
Singapura, Antara
Menko industri dan perdagangan hartarto mengemukakan kendati sebagai anggota AFTA dan APEC, Indonesia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan negara lain di luar kawasan Asia-Pasifik sejauh kerja sama itu menguntungkan. “kami tidak punya sikap ekslusif. Sikap demikian tidak akan baik terhadap negara,” kata hartarto di hadapanlebih dari 500 peserta KTT ekonomi Eropa/Asia Timur di singapura, Jum’at. para peserta terdiri atas pengusaha dan tokoh pemerintahan di kawasan asia dan eropa menghadiri KTT itu yang berlangsung 12-14 oktober dan di selenggarakan oleh word economic forum bekerjasama dengan dewan pengembangan ekonomi (edb) singapura. Presiden Filipina Fidel Ramos, PM Malaysia Mahatir Mohamad, PM pertama Kamboja, Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew dan sejumlah menteri dari Eropa serta Asia, berbicara khususnya ekonomi dan perdagangan. menteri hartato menyatakan pengembangan hubungsn antara kelompok subregional dalam APEC, terbuka, begitu juga hubungan antar negara-negara asia timur khususnya indonesia dengan negara-negara Eropa. Menurut dia, iklim usaha di kawasan asia pasifik berkembang dan ada peluang peluang untuk berusaha di kawasan itu.
“Perusahaan Eropa dapat memanfaatkan peluang melalui sinergi dengan perusahaan-perusahaan di Asia Timur,” ujarnya.
Kerjasama yang saling menguntungkan kedua pihak, katanya, dapat dijajaki antara lain dengan pembukaan pasar yang lebih besar dan promosi kegiatan ekonomi di Indonesia.
“Kami dapat mengarahkan kerjasama untuk memberikan dukungan bagi pengembangan liberalisasi multilateral,” katanya yang menjadi salah satu panelis dalam session yang bertema “Europe and East Asia in the New Game of Shofting Alliances.” Panelis lainnya adalah Menteri Urusan Perdagangan Luar Negeri dan Eropa Belgia Robert Urbain dan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Yeo Cheow Tong.
Deregulasi
Pada bagian lain Hartarto menegaskan bahwa Indonesia punya komitmen untuk terus melakukan liberalisasi unilateral dengan mengadakan langkah deregulasi dan debirokratisasi. Langkah-langkah itu bertujuan untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.
Kerjasama dalam APEC dan AFTA diharapkan dapat mendukung usaha-usaha itu, tambahnya. Mengenai adanya kelompok subregional dalam tubuh APEC seperti AFTA dan NAFTA, dia berpendapat hubungan antara kelompok (arrangement) subregional itu akan berkembang dan dengan demikian ini tidak akan menjadi penghalang bagi pengembangan APEC. Dia menyebutkan adanya saling ketergantungan di antara pelaku-pelaku ekonomi di kawasan Asia Pasifik . Bagi Indonesia, menurut Menko Indag, APEC akan menawarkan peluang pasar untuk produk Indonesia. Meski masih terjadi tingkat perbedaan di antara anggota APEC yang berjumlah 18, dia berpendapat perdagangan di antara para anggotanya merupakan salah satu unsur pendukung bagi pertumbuhan ekonomi di masing-masing anggota.
“Apakah kita dapat memajukan lebih besar liberalisasi dalam perdagangan dan investasi diantara anggota APEC, masih akan ditentukan pada pertemuan pemimpin ekonomi APEC nanti,”katanya.
Pertemuan itu akan diadakan Nopember di Bogor yang akan dihadiri, antara lain oleh Presiden AS Bill Clinton dan Presiden Soeharto sebagai tuan rumah. Dia mengatakan Indonesia berharap besar pertemuan di Bogor akan menghasilkan persetujuan mendasar dalam tipe kerjasama anggota APEC dan tingkat liberalisasi perdagangan dan investasi.
WTO
Hartarto juga menyinggung Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang akan menggantikan GAIT (Persetujuan Umum tantang Tarif dan Perdagangan) dalam kerangka Putaran Uruguay.
Supaya WTO bermakna , katanya, setiap negara yang menandatangani GATT seyogyanya melaksanakan komitmennya dalam GAIT,mengikuti disiplin GAIT dan membuka pasamya.
Karena pasar dunia terbuka lebih Iebar, semua pihak akan mengambil peluang dan memasuki pasar yang potensial. Pelaksanaan GAIT persetujuan Babak Uruguay akan berdampak terjadinya kompetisi.
“Untuk mengatasi gejala ini,negara-negara harus siap dan mengambillangkah strategis untuk menyesuaikan sehingga mereka dapat memperbaiki posisinya di dunia,”katanya.
Dia menegaskan, kelompok regional tidak bertentangan dengan persetujuan GAIT, yang mempromosikan perdangan dunia yang lebih bebas dan adil dan kegiatan investasi, karena GATT membolehkan bentuk kelompok itu sepanjang kelompok kelompok itu konsisten dengan peraturan-peraturan GAIT.
“Pelaksanaan konsistem persetujuan itu akan membuka pasar lebih besar dan mempercepat arus perdagangan dari satu negara ke negara lain,”kata Hartarto. (FAC-BTM .001/SU05/B/EU07/)
Sumber:ANTARA (14/10/1994)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 383-385.