INFLASI BULAN JULI TINGGI SEKALI HINGG A 1,37 PERSEN

INFLASI BULAN JULI TINGGI SEKALI HINGG A 1,37 PERSEN[1]

 

Jakarta, Antara

Kenaikkan berbagai berbagai jenis barang mulai dari minuman tak beralkohol, sayur hingga beras mengakibatkan inflasi pada bulan Juli mencapai 1,37 persen.

Ketika menjelaskan hasil Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku, Wasbang dan Indag yang dipimpin Presiden Soeharto di Bina Graha, Rabu, Menpen Harmoko menjelaskan kepada pers bahwa kenaikan indeks harga padi-padian dan umbi pada bulan Juli mencapai 6,05 persen.

Harmoko menyebutkan pula inflasi 1,37 persen itu juga disebabkan naiknya harga kelompok ikan segar 0,87 persen, sayur 0,29 persen. Namun indeks kelompok barang lemak dan minyak turon 0,72 persen. Tingginya angka inflasi itu juga disebabkan naiknya indeks kesehatan dari 0,00 persen pada bulan Juni menjadi 4,98 persen pada bulan Juli dan pendidikan dari 00,1 persen menjadi 2,40 persen.

Inflasi pada tahun takwim 1994 ini telah mencapai 5,96 persen sedangkan untuk tahun anggaran 1994/95 telah mencapai 2,25 persen. Ketika mengomentari kenaikan harga-harga tersebut , Harmoko mengatakan

“menurut pengamatan Kepala Negara, salah satu penyebab kenaikan harga adalah karena pemberitaan media massa khususnya televisi baik TVRI maupun TV swasta”.

Karena itu, Menpen mengimbau media massa untuk melakukan pemberitaan secara seimbang, yaitu tetap memberitakan kenaikan harga akibat kekeringan, juga memberitakan bahwa masih banyak sawah yang bisa dipanen.

Sekalipun kemarau panjang telah merusak sejumlah sawah, ternyata masih banyak areal pertanaman padi yang bisa dipanen secara baik. Karena itu, media massa juga diminta meliput panen yang berhasil itu.

Kekeringan 246.450 ha

Pada sidang yang dihadiri Wapres Try Sutrisno dan para pejabat tinggi lainnya, Mentan Sjarifuddin Baharsyah melaporkan bahwa musim kemarau ini mengakibatkan sawah yang kekeringan seluas 246.045 ha dibandingkan dengan keseluruhan areal yang bisa dipanen 6,2 juta ha.

Harmoko menyebutkan kemarau panjang tahun ini tidaklah separah tahun 1991 karena pada tahun 91, sawah yang kering mencapai 843.092 ha dan tahun ini hanya 246.045 ha.Dari jumlah itu, yang puso tahun 1991 adalah 190.000 ha dibanding tahun ini 64.076 ha. Khusus mengenai Pulau Jawa, kekeringan tahun 1991 mencapai 572.048 ha dibanding tahun 94 seluas 230.000 ha pada tahun ini. Sedangakan di luar Jawa pada tahun 1991, yang kekeringan 160.005 ha dibanding tahun ini 271.004 ha. Ketika mengomentari operasi pasar (OP) yang dilakukan Bulog untuk membantu masyarakat yang mengalami kesulitan membeli beras,Presiden mengatakan Bulog harus mempelajari penanganan masalah ini sehingga kekurangan beras tidak terjadi lagi pada tahun-tahun mendatang. Menurut Harmoko, pada sidang ini Kepala Negara kembali minta masyarakat untuk terus menganekaragamkan makanannya sehingga tidak bergantung pada beras saja.

Neraca Perdagangan

Menpen Harmoko mengatakan pula para peserta sidang membahas perkembangan neraca perdagangan Mei yang menunjukkan surplus 591 juta dolar AS karena ekspor 3,191 miliar dolar AS dibanding impor 2,599 miliar dolar AS.

Surplus neraca perdagangan selama periode Januari-Mei tahun ini mencapai 2,92 miliar dolar karena ekspor 14,82 miliar dibanding impor 11,902 miliar dolar AS. Harmoko menjelaskan pula dalam sidang ini dibahas perkembangan produksi dan harga semen yang akhir-akhir ini terus naik. Sidang memutuskan bahwa pabrik diminta untuk memasok semen di atas suplai normal dan langsung mengirim barang ke proyek-proyek besar sehingga tidak menganggu suplai ke toko biasa. Jam kerja pengiriman juga harus diperpanjang.

“Menurut pengamatan Presiden, naiknya permintaan semen adalah karena ngebutnya para developer untuk membangun proyek-proyek perumahan sehingga selesai sebelum musim hujan mendatang,” kata Presiden.

Sidang, kata Harmoko, juga membicarakan pinjaman dari Spanyol sebanyak 200 juta dolar AS untuk membangun 31 kapal penangkap ikan. Kapal-kapal itu akan diserahkan secara bertahap mulai April 1996 hingga 1998.

(T/EU02!B/EU08/ 3/08/9415:24/re3)

Sumber: ANTARA(03/08/1994)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 326-328.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.