INVESTASI PENDIDIKAN UNTUK WANITA CIPTAKAN MANFAAT GANDA [1]
New Delhi, Antara
Presiden Soeharto menegaskan, investasi pendidikan untuk anak perempuan akan menciptakan manfaat ganda serta menyiapkan generasi mendatang semakin handal dan bermutu. Investasi pada seorang anak perempuan akan berdampak positif bagi seluruh keluarga dan akan menjadikan keluarga sebagai wahana pembangunan bangsa, demikian Kepala Negara dalam pernyataannya pada KTT EFA (Pendidikan Untuk Semua) di New Delhi, Kamis.
Presiden mengatakan, pada umurnnya anak perempuan cenderung keluar dari sekolah atau tidak melanjutkan sekolahnya karena alasan-alasan ekonomi.
Sejalan dengan kornitmen terhadap peningkatan landasan akan hak wanita guna mendukung pelaksanaan Strategi Nairobi untuk kemajuan Wanita Hingga Tahun 2000, Indonesia akan lebih meningkatkan upaya agar wanita bersekolah setinggi mungkin, tegas Kepala Negara. Presiden menjelaskan bahwa karena keterbatasan Pemerintah, maka orang tua dan masyarakat diajak untuk aktifberperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan, yang berdasarkan Undang-undang Pelaksanaannya , tetap diatur pemerintah.
Dengan demikian, masyarakat mendapat kesempatan yang luas untuk berperanserta dalam pendidikan, kata Kepala Negara. 0leh karena itu pula, madrasah dan pondok pesantren serta lembaga pendidikan swasta lainnya terus didorong untuk tumbuh dan berkembang, kata Kepala Negara. Pemerintah menyadari bahwa PJPT I, Pemerintah dalam bidang pendidikan baru menekankan pemerataan. Selanjutnya dalam PJPT II, Pemerintah akan memperhatikan mutu pendidikan tanpa mengabaikan pemerataan, katanya. Dengan upaya itu, Indonesia mengundang negara maju untuk lebih memberikan kesempatan kepada anak-anak dan generasi muda negara sedang berkembang guna mempelajari Iptek, katanya.
“Bagi kami, memberikan pendidikan yang maksimal disertai dengan penghayatan agama akan membawa anak-anak kami, generasi di masa datang, ke arab yang lebih gemilang.Mereka berhak untuk menjadi mitra yang terhormat dari bangsa-bangsa maju lainnya di dunia,”kata Kepala Negara.
Mitra
Indonesia juga mengusulkan agar generasi muda negara berkembang dapat dimanfaatkan sebagai mitra yang handal dalam pembangunan di sesama negara berkembang.
“Marilah kita singkirkan perasaan rendah diri di antara kita,bahwa kegiatan saling membantu sesama negara berkembang itu kurang mempunyai nilai tinggi dibandingkan dengan menerima bantuan dari negara yang lebih maju,” ajak Kepala Negara.
Tukar menukar pengalaman diantara sesama negara berkembang di samping menghemat biaya juga akan menampilkan citra baru untuk mengukuhkan kemitraan antara sesama negara berkembang, tegas Presiden.
Kepala Negara juga menceritakan pengalaman Indonesia dalam bidang pendidikan. Pada tahun 1969, buta aksara mencapai tingkat 39,1 persen pada usia penduduk 10 tahun ke atas, lebih dari separuh anak usia sekolah (7-12 tahun) tidak bersekolah. “Melalui kerja keras, pendidikan ini berhasi ditingkatkan. Buta aksara pada tahun terakhir PJPT I hanya 15,8 persen dan angka partisipasi pendidikan di sekolah menjadi lebih dari 90 persen,” demikian Kepala Negara.
Sementara Presiden India Shanker Dayal Sharma yang membuka KTT EFA itu menyatakan bahwa pendidikan merupakan sebab yang akan membuka sejarah baru bagi umat manusia. KTT itu disponsori oleh UNESCO, UNICEF dan UNFPA, dan merupakan kelanjutan dari konferensi dunia mengenai EFA di Jornfien, Thailand tahun 1990. (FAC-EU03/SU05/7:55PM/DN03/16/12/93 14:54/RU3)
Sumber:ANTARA(16/ 12/ 1993)
__________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 736-738.