J. NARO TEMUI LETDJEN DARJATMO DAN MENDAGRI “BUKAN KUP TAPI RESHUFFLE…..” [1]
Djakarta, Kompas
Senin siang sekitar djam 11.20 nampak masuk ke Hankam, rombongan J. Naro SH, jang terdiri kurang lebih dari 12 orang. Mereka mengendarai sebuah Toyota dan sebuah Microbus mobil2 hadiah Presiden kepada Parpol. Kedatangan mereka ke Hankam untuk menghadap Kepala Staf Kekaryaan Hankam Letdjen Darjatmo itu setjara tiba2. Selama 1 djam mereka berunding dengan KAS – KAR dikamar tertutup.
Dalam keterangannja kepada pers diteras gedung Kopkamtib J. Naro SH dan Drs. Ali Imran Kadir menjatakan bahwa pagi itu mereka djuga telah menghadap Mendagri Amir Machmud jang didampingi oleh Dirdjen Chusus Wang Suwandhi SH dan Irdjen Surjosumpono. Ditandaskannja bahwa Mendagri sudah bisa memaklumi akan adanja perubahan pimpinan. Sebab sesuatu perubahan dalam rangka perdjuangan adalah suatu hal jang lumrah. Selain itu Naro SH djuga mengutarakan garis kebidjaksanaan jang telah ditentukan melalui Muktamar di Malang dan 3 kali sidang Dewan Partai Muslimin Indonesia. Muktamar Malang menetapkan strategi tidak konfrontatif dengan pemerintah.
Selandjutnja ditandaskannja bahwa Mendagri telah menjatakan/mengakui bahwa antara Parmusi dan Pemerintah ada persamaan tjita2 jaitu mensukseskan Pantjakrida, menegakkan Pantjasila dan UUD ’45 serta melaksanakan ketetapan2 MPRS.
Diakuinja bahwa mau tidak mau Parmusi harus setjara otomatis mendukung program2 Pemerintah, karena suksesnja Pembangunan nasional akan dirasakan djuga oleh anggota2 Parmusi. Sebab 90 Pct. bangsa Indonesia beragama Islam. Dan karena ada persamaan program antara Parmusi dan Pemerintah, maka hal itu bisa diartikan bahwa Mendagri telah merestui adanja pimpinan baru tsb.
“Apakah Mendagri betul2 telah merestuinja?” tanpa salah seorang wartawan. Saja lihat, Mendagri betul2 telah merestuinja, karena beliau mengemukakan bahwa antara Pemerintah dan Parmusi ada persamaan program. Djadi hal itu bisa diartikan sebagai pernjataan restu terhadap pimpinan baru.” demikian djawab J. Naro SH, jang selandjutnja mengatakan, bahwa “reshuffle” tersebut diadakan karena saat ini telah ada gedjala2 bahwa Parmusi akan “ditjap berbahaja” oleh Pemerintah.
Ini disebabkan karena pemimpin2 lama telah menjimpang dari muktamar Malang dan membawa partai kedalam kedudukan jang sangat sulit dan berbahaja. Lagi pula mereka bersifat konfrontatif terhadap pemerintah. Hal ini melemahkan semangat dan gairah djuang dalam keluarga bulan bintang. Selain itu, didalam tubuh Parmusi djuga terdapat dua golongan, jaitu golongan2 jang pro dan kontra terhadap pemerintah.
Golongan jang pro pemerintah adalah “kami2 ini” kata Naro, jang selandjutnja memberikan keterangan sebagai: golongan jang kontra Pemerintah itu telah menjuarakan hal2 jang belum dikonsultasikan dengan partai. Sebagai tjontoh: fraksi Parmusi telah mengadakan oposisi terhadap Pemerintah al. menentang Permen 12, PP 6, Dwifungsi ABRI, dll. Sikap fraksi tersebut tak dapat diterima oleh Partai, karena mengenai hal itu belum diadakan konsultasi dengan Partai.
“Pengertian Pimpinan Partai itu merupakan coup atau reshuffle biasa karena reshuffle diadakan masih dalam batas2 SK 70. Dan lagi tak ada muka2 baru dalam susunan Pengurus baru sekarang ini.”
“Bagaimana hubungan antara Pimpinan Baru dengan tokoh2 Masjumi dahulu?” “Kami masih tetap menghargai mereka sebagai seseorang. Dan itu adalah soal internal partai.”
“Apakah Pimpinan Baru bersedia untuk dikonfrontir dengan Pimpinan Lama Parmusi?” tanya wartawan.
“Setiap saat kami bersedia bertemu muka dengan Pengurus Lama. Tetapi kalau mau dikonfrontir ataupun diadjak bermusjawarah, kami dari Pimpinan Baru tidak bersedia. Itulah polecy kami!” demikian penegasan Naro SH. (DTS)
Sumber: KOMPAS (19/10/1970)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 532-534.