JANGAN MEMPERLAKUKAN MANUSIA HANYA SEBAGAI FAKTOR PRODUKSI[1]
Jakarta, Business News
Presiden Soeharto menegaskan, kita tidak boleh salah langkah. Kita tidak boleh memperlakukan manusia hanya sebagai faktor produksi. Sebab hal itu bertentangan dengan cita-cita pembangunan nasional bangsa kita, bertentangan dengan falsafah hidup bangsa kita. Hal tsb ditandaskan Kepala Negara pada peresmian Kampus Universitas Pancasila di Srengseng, Pasar Minggu, Kamis kemarin.
Hakekat pembangunan bangsa kita, demikian Soeharto, adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Kita melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin manusia Indonesia dan memajukan masyarakat kita. Pembangunan kita di masa mendatang juga akan sangat ditentukan oleh kemampuan dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dalam melaksanakan pembangunan di masa-masa mendatang kita harus lebih memacu proses industrialisasi. Sebab industrialisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa. Menurut Presiden, hanya bangsa-bangsa yang memiliki industri yang maju saja,rakyatnya dapat hidup makmur. Bangsa kita hanya akan memiliki industri yang maju jika kita dapat menguasai pengetahuan dan teknologi yang mendukungnya.
Zaman Bergerak Amat Cepat
Dewasa ini kita hidup dalam zaman yang bergerak dengan sangat cepat. Di tengah-tengah kehidupan kita terjadi perubahan-perubahan besar yang penuh dinamika. Perubahan-perubahan yang dinamis itu, kita rasakan dalam derap pembangunan kita secara nasional, di kawasan kita dan di mana2 di seluruh dunia. Menghadapi situasi yang demikian itu kita harus terus memantapkan kesetiaan kita kepada Pancasila. Sebab, tanpa kesetiaan kepada Pancasila kita akan terombang ambing dalam perubahan dunia yang penuh dinamika tadi.
Tanpa nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, misalnya, kita akan kehilangan nilai nilai etik, moral dan spiritual. Tanpa nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, maka kemajuan ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia justru dapat memerosotkan nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa nilai-nilai persatuan dan kesatuan, kita akan tercabik-cabik dari dalam, seperti yang kini sedang diderita oleh sejumlah bangsa. Tanpa nilai-nilai kedaulatan rakyat akan tumbuh kekuatan otoriter, yang akhirnya hanya akan membawa keruntuhan. Tanpa nilai-nilai keadilan sosial, maka kemajuan ekonomi akan membuka kesenjangan sosial dan menirnbulkan keresahan.
Terhindar Dari Akibat Buruk
Karena itulah nilai-nilai kehidupan yang kita anggap luhur, yang terkandung dalam Pancasila, harus tetap kita jadikan pedoman dalam perjalanan sejarah dan pembangunan bangsa kita. Dengan demikian, di satu pihak,kita dapat terhindar dari akibat-akibat buruk yang dibawa oleh kern ajuan zaman dan di lain pihak yang dapat tetap membangun masyarakat yang menjadi cita-cita kemerdekaan kita.
Banyak sekali masalah-masalah baru, tantangan-tantangan baru dan harapan harapan baru yang muncul di depan kita yang dibawa oleh dinamika perubahan. Banyak di antaranya yang belum kita kenai, belum kita pikirkan dan malahan barangkali belum kita bayangkan sebelum ini. Semuanya itujelas memerlukan jawaban yang setepat-tepatnya dan sebaik-baiknya. Jawaban yang kita berikan harus tepat dilihat dari sudut sosial dan ekonomi harus masuk akal secara politis dan harus kuat secara ideologis. Itulah yang kita maksud dengan menegaskan bahwa pembangunan kita merupakan pengamalan Pancasila.
Dalam melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila perguruan tinggi perlu memainkan peran yang penting. Sebab, perguruan tinggi merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia yang kuat bekal ilmu pengetahuannya dan sadar akan ideologi nasionalnya.
Sumber: BUSINESS NEWS (23/04/1993)
________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 414-416.