JARINGAN PENJUALAN MANDRAX DI JALAN SABANG DAN PASAR BARU [1]
Jakarta, Kompas
JARINGAN penjualan MX (Mandrax), sejenis obat penenang, telah diketahui terdapat dikalangan anak2 muda jang berkelompok di jalan Sabang dan jang berkumpul di Pasar Baru. Demikian sumber “Kompas” menerangkan kemarin.
Adapun kedua kelompok itu dikoordinir oleh seorang dokter muda, Dr. N yang berpraktek dijalan R Dokter N ini memberikan resep2 khusus untuk memperoleh obat (tablet) Mandrax disalah satu apotik dijalan M. Jatinegara.
Setiap Djumat sore, biasanya dua orang yang masing2 mewakili kedua kelompok itu mendatangi rumah Dr N untuk mengambil resep khusus. Kemudian dengan selembar resep itu, mereka membeli obat (tablet) warna putih dengan garis tengah dan kode “MX” dalam jumlah antara 25 sampai 50 butir dengan harga resmi Rp 38 setiap tabletnja.
Setelah memperoleh pil2 yang berbahaya itu, mereka langsung berkumpul disalah satu restoran dijalan Sabang beberapa puluh meter dari Jl. Kebon Sirih, untuk membagi2 pil secara rata.
Kemudian sekelompok pemuda yang sudah terlatih menjual tablet2 mandrax berangkat ke daerah2 Pintu Besi, Pecenongan dan Tanah Abang Barat, tempat2 pendjualan “bebas”. Di tempat2 itu biasanya sudah menunggu sejumlah pemuda pembeli. Mereka tampak pucat, lemah, loyo dan sepanjang kiri kanan tanganya nampak bintik2 hitam bekas suntikan morphin.
Tablet mandrax berkode “MX” itu dijual dengan harga rata2 antara Rp 400 sampai Rp 500 per butir. Adapun langganan2 pembeli mandrax itu umumnya adalah pecandu2 morphin. Berhubung ketatnya operasi polisi terhadap jaring2 penjualan morphin, maka anak2 itu banyak yang beralih ke mandrax. “Harganya tidak jauh berbeda dan reaksinya sama saja mas” demikian salah seorang pecandu mandrax menyatakan.
Menurut PT, salah seorang diantara mereka kalau ingin cepat merasakan reaksinya, tablet itu sebaiknya diminum dengan cream soda atau air soda biasa. Kalau ingin belajar separo dulu dan kalau sudah biasa 3/4 tablet kemudian kalau sudah mulai sering ketagihan langsung minum satu tablet. Begitu katanya yang sudah barang tentu tak perlu diturut. (DTS)
Sumber: KOMPAS (13/11/1971)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 961-962.