JEPANG ANDALKAN AS DAN NEGARA TERDEKAT UNTUK AMANKAN SELAT MALAKA
Jakarta, Antara
Jepang terpaksa mengandalkan Amerika Serikat dan harus menjalin kerjasama dengan negara-negara terdekat untuk mengamankan jalur niaganya di Selat Malaka karena pihaknya hanya mampu mengamankan sekitar 1.000 mil dari pusat-pusat industri, seperti Tokyo, Nagoya dan Osaka, kata Menteri Pertahanan Jepang.
Mengakhiri lawatan tiga harinya di Indonesia hari Jum’at, Menteri Pertahanan/Dirjen Badan Bela Diri Jepang Tsutomu Kawara mengatakan kepada pers bahwa pengamanan jalur itu sangat penting, bukan saja bagi Jepang untuk mengamankan kapal-kapal niaganya, tetapi juga bagi negara-negara terdekat, seperti Indonesia, Singapura dan Malaysia.
Namun, pejabat penting itu menyebutkan masalah yang menyangkut kerjasama antara Indonesia-Jepang mengenai pengamanan jalur laut ini tidak sempat disinggung dalam berbagai dialognya dengan para pemimpin Indonesia selama ia di Jakarta.
Sementara itu, Menhankam Benny Moerdani menegaskan selama jalur Selat Malaka itu merupakan jalur niaga internasional, maka Indonesia pun turut bertanggungjawab untuk mengamankannya. Bagi Indonesia, jalur itu tidak menjadi masalah sebab “kita tidak melindungi apa-apa di sana.” kata Menhankam Moerdani seusai melepas rekannya dari Jepang itu di Bandara Soekarno-Hatta.
Kunjungan Kawara ke Indonesia (yang kemudian akan dilanjutkan ke Singapura dan Hongkong itu) lebih banyak bertujuan untuk menjelaskan kebijaksanaan pertahanan Jepang sehubungan adanya kekhawatiran bangkitnya militerisme Jepang.
Rencana anggaran militer Jepang tahun 1987 yang mencapai lebih dari satu persen dari GNP (1,004 persen) atau sama dengan 3,5 triliun yen lebih, dianggap terlalu tinggi dan menimbulkan kekhawatiran akan bangkitnya kembali militerisme Jepang seperti sekitar Perang Dunia Kedua. Menurut Atase Penerangan Kedubes Jepang di Indonesia, Antatsu, realisasi dari rencana itu ternyata hanya mencapai 0,98 persen atau sekitar 3,4 trilyun yen lebih. “lni pun masih lebih kecil dari realisasi tahun 1986, yaitu 0,99 persen,” tambahnya.
Benny Moerdani pun setuju bahwa realisasi dari rencana anggaran itu memang menurun sedangkan kekhawatiran yang beredar selama ini diakibatkan oleh adanya kenaikan nilai mata uang yen.
Sementara itu, Kawara menjelaskan bahwa justru yang paling penting dari kunjungannya ke Indonesia itu adalah adanya pengertian terhadap kebijaksanaan pertahanan Jepang, yakni hanya untuk membela diri dan bukan untuk menyerang negara lain.
Kunjungan Menhan Jepang ke wilayah Asia Tenggara ini merupakan yang pertama kali sejak Perang Dunia Kedua. Karena itulah banyak yang berspekulasi tentang tujuan lain dari kunjungan tersebut.
Para pengamat menilai bahwa kunjungan Kawara itu juga banyak kaitannya dengan kepentingan Jepang untuk mengamankan kapal-kapal dagangnya yang melewati Selat Malaka.
Secara umum Kawara juga menjelaskan bahwa sebenarnya, yang paling penting bagi Jepang dalam mengamankan semua kepentingannya di wilayah ini adalah adanya ketahanan nasional masing-masing.
Selain dengan Presiden Soeharto dan Benny Moerdani, Kawara juga bertemu dengan Pangdam Jaya dan Pangab. Jum’at petang itu, Kawara meninggalkan Jakarta untuk mengunjungi Singapura.
Sumber : ANTARA (01/07/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 405-406.