JERMAN BANTU PENINGKATAN EKSPOR INDONESIA KE EROPA

JERMAN BANTU PENINGKATAN EKSPOR INDONESIA KE EROPA

 

 

Bonn, Antara

Presiden Soeharto hari Rabu di Bonn mengadakan pembicaraan dengan Presiden Jerman, Richard von Weizsaecker mengenai upaya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antara kedua negara.

“Presiden Jerman mengatakan bahwa ia senang dengan suasana pertemuan dengan Presiden Soeharto tersebut, karena yang dibicarakan bukan hal-hal yang bersifat abstrak, tetapi konkret,” kata Mensesneg Moerdiono kepada wartawan.

Presiden Jerman, menurut Mensesneg, dalam pertemuan itu memberikan jaminan kepada Indonesia bahwa Jerman akan tetap memperjuangkan agar ekspor mata dagangan dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia akan terus meningkat setelah terbentuknya Pasar Tunggal Eropa (PTE).

Presiden Soeharto dalam pertemuan itu mengharapkan agar perhatian Jerman kepada negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia tidak berkurang walaupun negara itu saat ini sedang berusaha keras untuk membangun kembali wilayah bekas Jerman Timur.

Sementara itu, Menko Ekuin Drs. Radius Prawiro yang juga memberikan keterangan kepada wartawan, mengemukakan, ia telah melakukan pertemuan dengan rekannya Menteri Perekonomian Jerman, Jurgen Molleman.

“Pembicaraan berlangsung terbuka, langsung ke materi dan tanpa basa-basi,” Ujarnya. Untuk mengatasi ketimpangan  neraca perdagangan kedua negara (selalu menguntungkan Jerman), dalam pertemuan itu dibicarakan upaya untuk meningkatkan ekspor mata dagangan RI ke wilayah bekas Jerman Timur.

Indonesia, menurut Radius Prawiro, juga dapat memanfaatkan kapasitas produksi yang ada di wilayah bekas Jerman Timur dengan bantuan pendanaan dari pemerintah pusat (Bonn).

Diungkapkan dalam pertemuan itu, industri kapal keruk yang ada di wilayah, bekas Jertim dapat dimanfaatkan untuk memproduksi kapal keruk yang diperlukan Indonesia.

“Industri di wilayah Barat yang lebih maju dapat membantu meningkatkan kemampuan teknis kapal keruk yang diperlukan RI, begitu pula pendanaannya, dapat diberikan oleh pemerintah Jerman,” tutur Menko Ekuin.

Pemerintah Jerman, menurut dia, menaruh perhatian serius terhadap keinginan RI untuk membeli kapal keruk tersebut, karena juga akan membantu menghidupkan kembali industri di Wilayah Timur yang nyaris bangkit.

Dalam pertemuan itu disinggung pula upaya untuk meningkatkan kegiatan penanaman modal Jerman di Indonesia, karena sejauh ini dianggap tertinggal diantara negara-negara industri lainnya.

“Rasanya tidak wajar, jika Jerman yang tahun lalu tercatat sebagai negara pengekspor terbesar di dunia, kegiatan PMA-nya di Indonesia hanya menempati peringkat ke-16,” kata Radius Prawiro.

Pertemuan khusus dengan pengusaha Jerman untuk membahas masalah peluang dan kendala yang dihadapi mereka dalam kegiatan usahanya di Indonesia, juga akan dibahas dalam pertemuan terpisah.

Tahun lalu,nilai ekspor Jerman ke Indonesia tercatat sebesar 1,33 milyar dolar AS sedangkan impor negara itu dari Indonesia tercatat sebesar 810 juta dolar AS.

Jerman banyak mengekspor barang-barang modal,termasuk yang berteknologi canggih, sebaliknya mata dagangan ekspor RI antara lain berupa teksil, karet, minyak sawit dan berbagai komoditi hasilpertanian dan perkebunan lainnya.

Presiden Jerman Richard von Weizsaecker mengemukakan, keterbukaan terhadap nilai-nilai dan cara hidup yang terjadi akibat perubahan ekonomi dan masyarakat yang dalam jangka panjang akan mempertinggi stabilitas bangsa Indonesia. “Harapan Jerman besar dalam hal ini, “kata Wizsacker dalam sambutannya pada jamuan malan untuk menyambut Presiden RI, Soeharto di Istana Augustburg,Bruhl, dekat Bonn Rabu malam.

Menurut dia, perkembangan ekonomi yang pesat, sering menimbulkan perubahan dan ketegangan dalam masyarakat. Ia melihat adanya keinginan masyarakat untuk ikut mengecap hasil kemakmuran dan untuk lebih ikut serta dalam menentukan haluan politik.

“Pesatnya kenaikan jumlah organisasi masyarakat dan semakin besarnya peranan parlemen, membuktikan hal itu,”katanya. Presiden Jerman itu melihat pula bahwa hak­hak asasi manusia termasuk bagian dari keterbukaan yang diinginkan masyarakat

Karena itu, katanya, Jerman menyambut gembira masuknya Indonesia menjadi anggota Komisi Hak-Hak Asasi Manusia di PBB sejak tahun ini. “Kami menilai bal itu sebagai tanda kesediaan berdialog,”kata Weizsaecker.

Pada bagian lain ia mengemukakan, tiba waktunya untuk menyelesaikan konflik-­konflik yang masih ada dan mengembangkan kerja sama yang terbuka serta dilakukannya usaha-usaha untuk melindungi kelompok minoritas.

Dukungan atas terjadinya peralihan menuju pasar bebas yang sedang dilancarkan dewasa ini, menurut dia, juga merupakan suatu hal yang dianggap sangat penting oleh Jerman.

Tata perdamaian yang hendak diciptakan di kawasan Eropa saat ini, menurut Presiden Jerman itu, hanya bisa dicapai jika semua bangsa melihatnya sebagai sesuatu yang adil. Ia juga meyakinkan kepada Presiden Soeharto bahwa terciptanya Pasar Tunggal Eropa nanti akan memberikan peluang tambahan bagi Indonesia, karena hapusnya perbatasan negara-negara di Eropa, akan membawa keuntungan bagi seluruh mitra dagang.

 

Hak-hak Asasi

Dalam sambutan balasannya pada jamuan makan malam itu, Presiden Soeharto mengemukakan bahwa berdasarkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab dan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Indonesia selalu berusaha menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.

Konsep dasar hak-hak asasi manusia yang dilaksanakan di Indonesia, menurut Kepala Negara, diwujudkan berupa penghargaan selaku manusia seutuhnya.

Manusia, demikian Presiden, selain sebagai mahluk individu, juga sebagai mahluk sosial. “Jadi buat kami, masalah hak-hak asasi manusia bukanlah sesuatu yang hanya bersifat individu, tetapi juga dilihat dari kepentingan masyarakat ,bangsa dan negara,” katanya. Selain diakuinya hak-hak perseorangan, Indonesia, menurut Presiden Soeharto,seseorang juga dituntut tanggung jawab sosialnya.

Dalam pembangunan hak-hak asasi manusia, Indoneaia mendorong terciptanya keseimbangan antara berbagai faset penting yang ada di dalam hak-hak dasar manusia sendiri.

Menurut Kepala Negara, orang tidak bisa menerjemahkan masalah hak-hak asasi manusia hanya dengan pemikiran sempit karena harus dilihat dari sejarah perjalanan bangsa, kondisi politik, kebudayaan dan tingkat pembangunan tiap-tiap negara.

Pada hari kedua kunjungan kenegaraannya di Jerman, Kamis,Presiden Soeharto akan mengadakan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Helmut Kohl, Menlu Jerman Hans Dietrich Genscher, dan dengan Ketua Parlemen Ny. Rita Sussmuth dan pimpinan Partai Politik (CDU dan SPD serta FDP).

 

Hubungan Baik

Presiden Soeharto seusai menerima Menteri Luar Negeri Jerman Hans Dietrich Genscher di Wisma Tamu Negara, Petersberg. Kamis pagi waktu setempat mengatakan kepada wartawan dalam hubungan bilateral Indonesia-Jerman selama ini berlangsung baik. Kepala Negara juga menyatakan harapannya agar hubungan ekonomi kedua negara dapat ditingkatkan. Presiden Soeharto beradadi Jerman untuk kunjungan kenegaraan lima hari atas undangan Presiden Richard von Weizsaecker. (SA)

 

 

Sumber : ANTARA (05/07/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 79-82.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.