Pedjabat Djenderal Soeharto Kepada Para Demonstran :
“KALAU MAU MENINDAK, TINDAKLAH SAJA. SAJA JANG BERTANGGUNG DJAWAB”[1]
Djakarta, Kompas
Ratusan pemuda peladjar dan mahasiswa di Ibukota jang tergabung dalam 10 Kesatuan Aksi Rabu kemarin melantjarkan demonstrasi ke gedung Presidium Merdeka Barat 15, untuk menjampaikan seruan dan adjakannja kepada Pemerintah, melalui Pedjabat Presiden Djenderal Soeharto.
Para demonstran jang datang sedjak pagi tidak dapat segera diterima oleh Presiden karena ia sedang memimpin Sidang Routine Kabinet jang diselenggarakan tiap hari Rabu.
Diminta Perhatian Pemerintah
Dalam seruan jang dikeluarkan itu, ke 10 Kesatuan Aksi meminta pada pemerintah agar memberikan perhatian dan penanggulangan jang sungguh2 terhadap kesulitan bidang ekonomi jang sekarang ini berteriak di dalam kehidupan rakjat dengan meningkatnja harga semua dan minjak tanah juga sudah hampir tak terbeli oleh rakjat.
Diharapkan pula agar pemerintah mengerahkan semua aparat hukum dan keamanan jang ada untuk menghantjurkan setiap bentuk korupsi, manipulasi, penjalahgunaan djabatan untuk kepentingan golongan/pribadi, baik jang dilakukan oleh pedjabat sipil maupun militer.
Ketua Laskar Ampera Fahmi Idris berbitjara atas nama KAMI, KAPPL, KAPI, KAPNI, KAGI, KABI, KAWI, KATI, dan KANI serta KASI menjatakan, bahwa demonstrasi ini bukanlah untuk mendiskreditkan Pemerintah, tetapi sebaliknja adalah sebagai social-kontrol terhadap sesama partner. Diharapkan agar para penjelewengjg mengakibatkan kehantjuran itu segera ditindak.
Sajalah Jang Bertanggung djawab
Pd. Presiden Soeharto dalam sambutannja pertama2 mengutjapkan terima kasih kepada demonstran atas kedatangan mereka jang telah menunggu terlalu lama, karena Kepala Negara sedang memimpin sidang routine Kabinet.
Selandjutnja pak Harto berkata:
“Mengenai keadaan sekarang ini, djawaban jang pertama2, kalau sdr mau bertindak, maka tindakan itu harus ditundjukan kepada penanggung djawabnja, sesuai dengan Ketetapan MPRS, maka sajalah, kalau sdr2 benar2 mau bertindak tegas, bertindaklah terhadap saja. Karena pada taraf pertama, sajalah jang bertanggungjawab. Memang, diumumkan masih terdapat kekurangan2. Kalau itu jang hendak saudara ketahui, baiklah saja akan djelaskan tetapi kalau hendak bertindak tegas, haruslah jg bertanggungjawab.”
Selandjutnja pedjabat Presiden mengemukakan sebab2 dari pada naiknja harga beras jaitu selain karena 110 djuta rakjat Indonesia ini terlalu “mendewakan” beras, hingga tidak makan makanan lain, djuga karena tidak ada kenaikan dalam hal produksi beras, serta kurangnja fasilitas pengangkutan.
Katanja, pada pihak swasta sudah diidjinkan untuk memasukkan beras dari desa ke kota tetapi njatanja mengalami kematjetan. Sehingga kekurangan beras ini terasa benar akibatnja di kota. Untuk itu produksi beras perlu dinaikkan.
Dikatakan oleh Pak Harto beras tidak bisa diatasi dalam satu atau dua bulan, akibat kebobrokan2 dari masa lampau.
Tidak Suka Gembar Gembor
Memang kata Pak Harto dalam pekerdjaannja pemerintah tidak suka gembar gembor. Karena Pemerintah hanja bekerdja dan kalau belum berhasil akan terus bekerdja.
“Saja merasakan djuga kenaikan harga2, saja merasa penderitaan rakjat, karena sajapun asalnja dati rakjat”, kata Pak Harto.
Kemudian Pak Harto mengemukakan: Saja ingin memberikan sebuah tjontoh dalam kehidupan keluarga. Seorang anak minta beras pada ajah. Ajah belum bisa memberikan, tetapi terus didesak oleh sang anak. Akibatnja lagi, karena orang mengetahui bahwa ajah itu memerlukan beras, maka sang pendjual segera menaikan harga berasnja.
Demikian pula dengan keluarga besar, seperti negara ini. Negara pendjual beras jang mengetahui bahwa pemerintah didesak untuk membeli beras akan segera menaikan harga beras itu, kata Pak Harto, menggambarkan pada para demonstran akibatnja juga tidak baik dari para demontrasi sematjam itu.
Sampai April Beras Tjukup
Menurut Pak Harto pertengahan November ini sudah akan tiba di indonesia beras jang diimport dati Singapura, Birma, Muangthai, Pilipina, AS. Import beras itu ditambah dengan produksi dalam negeri sendiri kata Pak Harto, sudah akan dapat memenuhi kebutuhan beras dalam negeri sampai pulan April jad.
Mengenai kesulitan minjak tanah hal itu disebabkan karena pengakutan kurang lantjar terutama karena Sungai Musi ditutupi oleh kabut jang terlalu tebal.
Selandjutnja Pak Harto merigatakan bahwa didalam sistim distribusi memang terdapat penjelewengan2, tadinja distribusi itu dipegang oleh Tjina, karena mereka punja uang.
Tapi distribusi kemudian mendjadi mat jet karena penjaluran minjak diserahkan kepada orang2 kita, dan orang2 kita tidak beruang. Hingga tidak segera menjalurkan uangnja. Akibatnja sampai sekarang, uang sebesar Rp. 68 djuta belum disetor kepada Pemerintah.
Untuk mengatasi kesulitan minjak itu Pemerintah akan mengimport minjak tanah dari luar negeri.
Terpaksa minjak tanah diimport. Tentu ini ditetawakan tetapi terpaksa dilakukan demi kepentingan rakjat banjak.
Tidak Dibenarkan Ambil Tindakan Sendiri
Menanggapi pertanjaan para demonstran jang akan mengambil tindakan kepada setiap penjeleweng, kalau ditemukan fakta2nja, pedjabat Presiden berkata semua ambil tindakan sendiri tidak dibenarkan. Kalau saudara mempunjai fakta2nja serahkan pada saja, nantinja saja jg. akan menjelesaikannja. Kalau saudara mau mengambil tindakan sendiri, maka saja akan menindak saudara2.
“Kalau saudara mau mengambil tindakan pada jang bertanggung djawab, silahkan bertindak pada saja”, Pak Harto mengharapkan pula kewaspadaan para mahasiswa akan kemungkinan ditungganginja aksi sematjam itu, oleh gesta gerilja politik dan gerilja ekonomi.
Kalau saudara bersedia ditunggangi silahkan. Tapi dari kami akan tetap menghadapi gerpol Gestapu/PKI.
Dikatakan pula, social kontrol boleh sadja diadakan. Tapi djanganlah sampai Social kontrol ini lebih menjuruskan keadaan. Untuk itu, Pak Harto mengandjurkan kembali supaja diadakan taskforce. Karena taskforce ini akan sangat membantu.
Sebagai tjontoh dikemukakan dan harga kelapa di Banten Rp. 4 perbuah. Kalau sampai di Djakarta mendjadi Rp. 15.
Tetapi kalau Mahasiswa pemuda dan peladjar mau mengusahakan mengirimkan kelapa itu ke Djakarta, maka harganja mungkin tjuma akan mendjadi Rp. 5.
Achirnja Pak Harto mengarahkan “Koreksi2 djangan sadja diadakan pada lain orang, tapi djuga pada diri sendiri.
Achirnja pertemuan face to face dengan para mahasiswa itu diakhiri oleh Pak Harto dengan semangat “Merdeka” jang di djawab “Ampera” dan begitu sebaliknja. (DTS)
Sumber: KOMPAS (09/11/1967)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 868-872.