KAPAL PHINISI DIBAWA KEMBALI KE INDONESIA
Jakarta, Antara
KAPAL LAYAR phinisi yang sudah dihibahkan kepada sebuah perguruan tinggi di California AS, terpaksa dibawa kembali ke Indonesia karena pihak penerima hibah meminta dana tambahan sebesar US dolar 500.000 untuk biaya penyempurnaan kapal itu, sesuai ketentuan pemerintah setempat.
Rencana itu sudah disetujui Presiden Soeharto hari Rabu yang disampaikan kepada Menaker Soedomo yang datang menghadap Presiden di Bina Graha.
Menurut Soedomo, semula yang disetujui untuk diberikan adalah US dolar 50.000 atau sekitar Rp. 82 juta. Tetapi di AS, biaya penyempurnaan agar naik laut sesuai ketentuan yang berlaku setempat adalah sekitar US dollar 500.000 atau sekitar Rp. 820 juta.
“Biaya itu sangat tinggi, maka kita menolaknya”, kata Soedomo. Kapal layar itu tadinya dimaksudkan untuk dijadikan sebagai kapal latih oleh perguruan tinggi itu bagi para mahasiswa jurusan pelayaran yang diperkirakan sekitar 4.000 mahasiswa/tahun.
Pihak perguruan tinggi AS itu khawatir tentang kemungkinan terjadinya kebocoran dalam sistem bahan bakar minyak termasuk minyak pelumas, karena itu perlu ada penyempurnaan penyemprurnaan terhadap kapal layar itu.
Coast guard (badan penjaga pantai) AS menetapkan ketentuan yang cukup ketat, sehingga setiap kapal yang mengalami kebocoran minyak di laut dikenakan denda sekitar 1.000 dolar AS.
Oleh karenanya sesuai petunjuk Presiden, maka pengembalian Phinisi Nusantara akan dilakukan segera bersamaan dengan pengangkutan peralatan untuk proyek listrik Suralaya dengan kapal “Faitmast”.
“Kalau sudah tiba di Indonesia, kita akan mempertimbangkan kemungkinan kapal layar itu akan dijadikan kapal layar yang mewah (yacht) atau disimpan saja di Museum Bahari.”
Sebagai yacht, Soedomo yakin akan banyak orang yang memesan kapal layar sejenis itu nantinya. “Ini penting untuk pariwisata”, katanya.
Tetapi Soedomo menyatakan pula, kapal tersebut nantinya akan dijual, karena uangnya diperlukan untuk mengembalikan saham-saham para penyumbangnya.
Dikatakan, semula beberapa perusahaan minyak asing di Indonesia sudah sepakat untuk membayar kapal tersebut dengan harga 250.000 dolar AS, tetapi batal, karena ada rencana menghibahkannya ke universitas di AS itu.
Phinisi Nusantara yang dibuat di Sulawesi Selatan dengan biaya sekitar Rp. 400 juta, telah melayari Samudra Pasifik dan hadir meramaikan Expo ’86 di Vancouver, Kanada. Kapal ini dinilai sukses, karena kapal layar ini sebagai kapal tradisional yang dibuat putera-putera Indonesia dengan bahannya dari dalam negeri.
Sumber: ANTARA (07/01/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 805-806