KASAD: MUSTAHIL TERJADI “GAP” ANTARA PRESIDEN DENGAN ABRI [1]
Bandung, Suara Karya
Kepala Staf TNI-AD (Kasad) Jenderal TNI R. Hartono menegaskan, tidak benar anggapan yang menyebutkan telah terjadi “gap” atau konflik antara ABRI dengan Presiden.
“Adalah mustahil, terjadi gap antara ABRI dengan Presiden, karena secara struktural Presiden adalah Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,”kata Kasad menjawab pertanyaan wartawan usai upacara serah terima jabatan Komandan Secapa TNI-AD di Bandung, Jumat.
Jabatan Komandan Secapa diserah-terimakan dari Brigjen TNI Rachrnat HS Mokoginta kepada pejabat baru Brigjen TNI Tengku Rizal Nurdin. Kasad mengemukakan hal itu berkaitan dengan anggapan seolah-olah sekarang ini ada konflik antara Presiden Soeharto dan ABRI, bahkan Golkar. Hartono mengatakan, prajurit ABRI memiliki loyalitas yang tegak lurus dan vertikal kepada atasannya, mulai dari prajurit terbawah sampai yang tertinggi, dalam hal ini panglima tertinggi.
“Apa mungkin ada gap atau kesenjangan antara Presiden sebagai panglima tertinggi danABRI. Jadi isu itu tidak mungkin, dan mustahil,” katajenderal berbintang empat itu.
Setiap prajurit ABRI yang tidak memiliki loyalitas tegak lurus kepada atasannya, kata Hartono, akan mendapat hukuman yang sangat berat. “Kalau di medan operasi, itu dapat berarti hukuman mati,” tandas Hartono. Menjawab pertanyaan wartawan apakah oknum-oknum yang menyebarkan anggapan tersebut perlu dimintai pertanggungjawabannya, Kasad mengatakan tidak perlu.
“Boleh-boleh saja mereka berpendapat seperti itu, wong nyatanya tidak pernah terjadi konflik antara ABRI dan Presiden, lagi pula itu bukan persoalan hanya isu,”kata Hartono sambil mempertanyakan dari mana munculnya isu tersebut.
Kasad rnenjelaskan, Presiden sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata sudah jelas membawahi angkatan perang dan Polri sehingga mustahil ada gap itu.
Semakin Baik
Menjawab pertanyaan wartawan mengenai RUU yang akan mengurangi jumlah anggota ABRI di DPR, Kasad mengatakan, pengurangan anggota F-ABRI tidak jadi masalah karena ABRI memandang situasi sudah makin baik.
“Yang penting dengan jumlah 75 orang, peran ABRl sebagai stabilisator dan dinamisator dalam kehidupan legisIatif masih bisa maksimal,”katanya.
Kendati demikian Kasad mengatakan, bahwa keputusan pengurangan belum final, masih menunggu pembahasan lanjutan. “Tetapi dalam pembahasan intern, ABRl tidak mempermasalahkan pengurangan tersebut, karena yang terpenting adalah kualitas anggotanya bukan kuantitasnya,” tandas Hartono. Rizal Nurdin, lulusan Akabri-1971, sebelumnya menjabat sebagai Paban III Pembinaan Karir (Binkar) Personil AD, Mabesad, sedangkan Rachmat HS, lulusan AMN 1965 sudah dilantik sebagai Kasdam 111/Siliwangi, Bandung. Rizal Nurdin, kelahiran Bukit Tinggi, 21 Februari 1948 ini pemah mengikuti pendidikan militer di AS, antara lain di Fort Beanning ( 1980) dan Ranger/Airborne (1974) Pria berperawakan tinggi besar beristerikan Siti Mariam dan mempunyai dua putri itu pernah ditugaskan di Kamboja sebagai perwira perwakilan UNTAC (pasukan keamanan PBB di Kamboja) di perbatasan Kamboja dan Laos, pada tahun 1993. Dalam amanatnya Kasad mengatakan, sebagai lembaga pendidikan yang strategis, Secapa harus terus mengevaluasi program pendidikannya dan berkoordinasi dengan Komando Pembinaan dan Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) agar dapat mengikuti perkembangan zaman.
“Hal ini perlu dilakukan untuk memiliki kesamaan visi sehingga menghindarkan ketumpang- tindihan dalam penyelenggaraan pendidikan, “kata R Hartono.
Selain itu, katanya, Secapa juga dituntut untuk mengembangkan partisipasi aktif siswa agar menjadi prajurit yang profesional yang memiliki wawasan ilmu pengetahuan selain militer. Selain melantik Dan Secapa, Kasad selanjutnya akan mengunjungi Markas Pusat Persenjataan Kavaleri dan Sekolah StafKomando TNI-AD, sekaligus memberikan pengarahan singkat.
Sumber : SUARA KARYA( 29/04/ 1995)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 428-429.